2-Fall

4 1 0
                                    

Author

Gadis itu meracau pelan saat pipinya di tepuk-tepuk oleh cowok disebelahnya.

"Ariel. Bangun. Udah nyampe."

Adsel bingung harus membangunkannya bagaimana. Rasanya, kasihan hanya untuk sekedar membangunkan, melihat gadis itu tidur pulas. Tapi mereka harus segera turun kalau tidak mau ketinggalan rombongan. Lagi pula, di dalam bus hanya tersisa segelintir orang saja.

Satu hal lagi. Adsel merasakan perasaan aneh saat kepala Ariel bersandar di bahu kirinya, meski ia tahu itu ketidaksengajaan.

Tak lama, Ariel mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk. Adsel tak bisa menahan senyum saat melihat cewek di hadapannya terlihat bingung.

"Eh... sorry," ucap Ariel terbata-bata. Ia langsung menjauhkan dirinya dari Adsel, bersikap normal.

Adsel menunjukkan senyum kecilnya.

"Sejak kapan aku tidur?" gumam Ariel yang masih terdengar jelas oleh Adsel.
"Ngapain juga sampai ketiduran di sana?"

Melihat Ariel yang menepuk-nepuk keningnya berulang kali, Adsel langsung angkat suara, "Ngapain gitu? Mending turun, yuk."

Ariel mengangguk dan langsung menyandang tasnya. Tak lupa, plastik makanan tadi juga ia pegang.

Ariel berjalan menuju pintu di bagian belakang bus, membiarkan Adsel berjalan di belakangnya.

◇◇◇

"Perhatian semua!"

Teriakan Hari mampu membuat suara yang terdengar seperti suara lebah, kini berubah menjadi tenang.

Hari menatap seluruh peserta yang sudah berbaris dua berbanjar dengan pandangan tegas.

"Kita harus naik kapal lagi, setelah itu baru sampai ke tujuan. Jadi pastikan barang kalian tidak ada yang tertinggal di dalam bus."

"Eh! Ada yang ketinggalan!" ucap Angga sambil menepuk keningnya keras.

"Buruan ambil! seru Dio heboh sambil mendorong-dorong badan Angga untuk kembali ke bus. "Keburu kapalnya datang!"

"Bukan di bus elah," Angga menepis tangan Dio yang masih berada di pundaknya.

"Jadi dimana?" tanya Dio sedikit sewot.

"Emang apa sih yang ketinggalan? Penting banget, apa?"

Angga mengangguk dan berkata, "Hati."

"Hah?"

Tangan kanan Angga terkepal lalu diletakkan di dada kirinya. "Hati yang memang gue tinggal untuknya."

Semua anak yang melihat keributan tadi tertawa geli. Tak sedikit dari mereka yang malah berseru heboh kalau ucapannya tadi termasuk kategori 'Candaan Garing'.

"Nggak jelas, dasar!" Dio kembali kebarisan, meninggalkan Angga yang masih terdiam di tempatnya dengan senyum yang menurut Dio aneh.

"Guys! Kapalnya udah datang!" Elza menepuk-nepuk tangannya, mencari perhatian semua peserta.

"Ada yang mabuk laut?"

Semua anak saling pandang. Lalu menggeleng serempak.

"Bagus. Perjalanan mugkin memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit menggunakan kapal yang lumayan cepat."

"Itu pun kalo nggak macet ya," kata Hari dengan tangan yang terlipat di dada.

"Ha-ha, lucu mas," cibir Dio.

More FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang