CHAPTER 5

463 37 8
                                    

     Taehyung POV

     "Jangan pergi" kata Ayoung pelan. Tangannya menahan lenganku.
Aku berbalik. "Apa?"

Ayoung menunduk. "Ja- jangan pergi"
Bahkan sampai sekarang pun, aku selalu bertanya tanya, kenapa ekspresinya selalu terlihat tertekan?

"A-aku ---" aku belum sempat menyelesaikan kalimatku, saat kulihat air matanya meluncur melewati matanya. "Hey. Kenapa kau menangis?" Aku menghapus air matanya dengan ibu jariku.

Kenapa dia menangis?

"Aku tidak suka ditinggal pergi. Kenapa semuanya pergi? Mama pergi. Papa pergi. Wooyeol pergi. Semua orang yang kumiliki pergi. Apakah aku memang tidak diperbolehkan memiliki satu orang pun?" Ayoung berkata begitu, dengan air matanya yang semakin deras.   

Jujur saja, aku... tidak mengerti apa yang dia bicarakan, bahkan aku tidak mengenal siapa Wooyeol, tapi... tanganku tergerak untuk memeluknya.

Aku mendekapnya erat. "Baiklah. Aku tidak akan pergi. Mau menemaniku pergi ke taman?" Kataku pelan sambil mengusap kepalanya. Aku tau, aku dan dia memang bisa dibilang tak saling kenal, tapi aku hanya ingin membuatnya nyaman perlahan lahan.

Ayoung mengangguk. "Aku ikut."


Ayoung POV

Taehyung menuntunku agar duduk di sebuah kursi kayu. Aku tidak berkata apa apa selama beberapa menit. Tanganku menggenggam erat tangannya.

"Apakah kau ingin tau penyebab kebutaanku?" Aku berkata pelan.
"Ya.  Aku mau tau."

Aku menghela nafas. Menutup mataku.

Flashback ON

Ayoung POV

"Hei. Park Wooyeol. Berhentilah bermain dengan biola mu dan bicara padaku. Kau yang mengajakku untuk datang ke taman ini, kan?"  Aku menggerutu sambil merapikan rambutku.

Sore ini, aku dan Wooyeol berada di sebuah taman , yang berada di depan jalan raya. Wooyeol dan aku adalah sahabat karib sejak kecil, bahkan samppai sekarang, saat umur kami menginjak 17 tahun, kami bertambah dekat.

     Sebenarnya aku menyukainya, dia juga menyukaiku. Kami sama-sama tau akan hal itu. Tapi kami belum siap untuk menjalin hubungan yang lebih dari itu.

"Ayoung, ayolah. Aku sudah lama tidak bermain biola. Berikan aku sedikit waktu,"  Wooyeol memelas sambil terus memainkan biola nya.

Dasar.

Lalu, tiba tiba keisenganku muncul. Aku merampas biolanya, lalu berlari.

"Park Wooyeol, ambil biola mu kalau bisa!" Aku tertawa kencang dan terus berlari ke arah jalan raya.

"SHIN AYOUNG! ADA MOBIL!" Wajah Wooyeol berubah pucat, dan dia berlari ke arahku dengan sekuat tenaga, mendorongku ke aspal, menyelamatkanku. Tapi dia kehilangan keseimbangannya, dan terjatuh. Tepat didepan mobil yang melaju kencang.

"Tidak! Wooyeol!" Aku merangkak ke arahnya, berusaha menariknya menjauh dari mobil.

Hal terakhir yang kulihat adalah wajah Wooyeol, tersenyum.

Lalu aku terbangun di rumah sakit. Aku tak melihat apa apa, hanya saja, aku mencium aroma obat obat-an.

Dan sejak saat itu, aku tak dapat melihat.

Flashback OFF


  Aku menceritakan semua itu ke pada Taehyung.

"Dokter menjelaskan bahwa saraf mata ku rusak," aku menambahkan.

"Aku turut berduka atas kematian Wooyeol-mu." Kata Taehyung pelan sambil mengusap punggungku.

"Ah. Ada satu yang ingin kutanyakan." Taehyung berkata.

"Tanyakan saja"
"Kadang.. tanpa melihat, kau bisa tau bahwa aku ada di dekatmu. Bagaimana bisa?"

"Ah. Begini. Biasanya, orang tunanetra indra penciumannya tajam. Dan semua orang, memiliki aroma tubuh tersendiri. Tubuhmu ber aroma Chamomile" jelasku.

"Lalu kenapa kau tak suka dengan harum Chamomile? Maksudku- kau terlihat terganggu dan tak nyaman saat berbicara tentang Chamomile."

Aku menunduk. "Itu karna.. aroma tubuhmu sama dengan Wooyeol. Setiap berada di dekatmu, aku teringat tentangnya. Tapi kurasa aku bisa mengatasi hal ini. Tenang saja."

"Ah. Syukurlah." Taehyung menghela nafas.

"Mulai sekarang jangan tinggalkan aku, Tae."

chamomile & paints || kim taehyungWhere stories live. Discover now