Bab 2. Munculnya Para Roh

462 31 2
                                    

   Sampailah Aikha di depan pintu gerbang sekolahnya. Dia merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Sekolah yang sebelumnya terasa biasa saja, kini terkesan agak menyeramkan. Aikha berhenti di depan pintu gerbang. Dia memejamkan mata, kemudian menghela nafas dan melangkah masuk melewati pintu gerbang sekolah. Tiba-tiba, ada suara yang terdengar tidak begitu jauh dari Aikha.

   “Noonaaa …  Aku ingin berada di dekatmu.”

   Aikha merasa ada yang berjalan mendekatinya dari belakang. Dia pun menoleh.

   “Aaakkhhh …! Jangan mendekat!” Aikha berteriak histeris dan berlari menjauh.

   Suara teriakan keras Aikha menarik perhatian semua orang yang berada di sekitarnya. Ada yang terbengong-bengong melihat Aikha berlari. Ada yang tertawa mengejeknya. Serta beberapa anak berbisik-bisik membicarakannya. Tetapi Aikha, dia terus berlari secepat angin. Dia terlihat seperti dikejar oleh sesuatu yang menakutkan. Kemudian Aikha masuk ke dalam kelasnya dan bersembunyi di bawah meja.

   “Hei penjaga! Kenapa kamu berlari?”

   “Ada hantu mengejarku. Dia sangat menakutkan, mukanya dipenuhi dengan darah,” Aikha tergagap.

   “Hantu? Apa roh tadi yang kamu maksud? Penjaga takut dengan roh?!”  Kirin terkejut dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

   “Aku belum pernah melihat hantu sebelumnya. Aku tidak pernah menyangka kalau ternyata hantu semenyeramkan itu.” Aikha terlihat celingukan.

   “Aku juga baru mengetahui ada penjaga kunci takut dengan makhluk yang hanya berupa roh.” Kirin mengernyitkan dahi. “Keluarlah! Tidak ada makhluk itu di sini. Penjaga kunci takut dengan roh. Tamatlah riwayatku.” Kirin terlihat kesal.

   “Syukurlah.” Aikha menghela nafas lega. “Kenapa ada hantu di sekolah? Sebelumnya tidak pernah ada.” Aikha menggeser kursinya dan duduk.

   “Kamu ini penjaga, tapi kenapa takut dengan roh? Kalau dengan roh saja takut, bagaimana kamu bisa melawan iblis?” Kirin kesal, kemudian memperlihatkan wujud aslinya dan berdiri di atas meja.

   “Hei!” Aika berteriak. “Sembunyikan dirimu sebelum ada yang melihat.” Aikha terlihat panik dan memastikan tidak ada yang melihatnya.

   Kirin kembali tidak terlihat. Kirin menggerutu dan terdengar sangat kesal pada Aikha. Dia tidak menyangka kalau penjaga yang bersamanya akan takut dengan roh, makhluk yang menurutnya tidak berbahaya. Saat masih tersegel di dalam buku, dia membayangkan penjaga yang kuat melebihi dirinya. Dia membayangkan bahwa bertarung bersama dengan penjaga kunci yang dia lindungi akan terasa sangat mengesankan. Tetapi khayalan yang telah dia bangun beribu-ribu tahun, runtuh seketika. Dia merasa sebuah batu yang sangat besar telah terjatuh dan menimpa dirinya.

   “Kenapa kamu menggerutu terus seperti itu?”

   “Kamu adalah penjaga kunci. Tugasmu membasmi para iblis. Lalu, apa yang harus aku lakukan kalau dengan roh saja kamu sudah ketakutan?” Kirin terdengar marah.

   “Akukan hanya manusia biasa. Aku belum pernah melihat hantu sebelumnya. Jadi wajarkan kalau aku takut dengan hantu?” Aikha menjawab dengan kesal.

   “Kamu bukan manusia biasa. Kamu itu penjaga kunci yang akan selalu berhadapan dengan hal-hal semacam itu. Apa jadinya kalau kamu takut?” Kirin semakin marah.

   “Kamukan pendamping yang bertugas melindungiku. Jadi, seharusnya kamu bisa menyingkirkan mereka!” Aikha kesal dan meninggikan suaranya.

   “Pelankan suaramu! Banyak orang yang melihatmu. Dengan suaramu itu, apa kamu ingin memberi tahu mereka siapa kamu sebenarnya?”

My LuciferTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang