FLASHBACK

47 4 1
                                    



HANI


Aku baru saja membaringkan tubuhku yang lelah saat aku mendengar pintu apartemenku diketuk –aniya, tepatnya digedor seseorang.

Tepat saat aku akan mendorong pintu, tiba-tiba dengan satu tarikan keras pintu itu terbuka dan membuatku terjungkal ke dada seseorang. Aku melotot, terpaku pada situasi yang awkward ini.

Segera aku bisa menguasai diri saat kepala-kepala tetangga menyembul di sepanjang lorong. Dengan cepat aku berdiri, membungkuk meminta maaf, menyeret pria itu masuk dan menutup pintu dengan sekali sentakan.

"Nuguisseo!" tanyaku sengit pada lelaki berambut hitam yang memasang tampang tanpa dosa.

Dia tampan.

Wait!

Andwae!

Aku melipat tanganku, memasang muka sebal, menunjukkan sikap otoritasku atas tempat ini.

"Anyeong Hani-ssi," dia melambaikan tangan.

Aku mengangkat sebelah alisku dengan sinis.

"Kau siapa?" tanyaku.

Dia tidak menjawab. Dia memandangku dari atas ke bawah, seolah ada sensor keluar dari matanya untuk memindaiku. Harusnya aku marah. Mengingat dia pria asing yang tiba-tiba masuk rumahku di tengah malam seperti ini. Tapi aku terlalu lelah untuk berkata-kata lagi.

"Dwesseo, lakukan apapun yang kau inginkan. Aku mau tidur," kataku sembari mematikan lampu ruang tamu dan pergi ke kamarku.

>>>

Aku terbangun saat mendengar suara dari kamar mandi. Aku mencoba mencerna apa yang ku dengar.

Suara seorang pria,

Namja?

Aku berlari keluar kamar dan meyaksikan hal luar biasa yang ada di depan mataku. Ruang tamu seperti kapal pecah. Keripik dimana-mana, onggokan selimut, karpet basah, bekas kopi dan setelan baju pria.

"Ige mwoya?" decakku kesal. Bagaimana mungkin, satu orang saja bisa membuat rumah seberantakan ini.

Aku menatap kamar mandi dengan murka sebelum akhirnya beranjak untuk membereskan kekacauan itu. Tanganku yang hendak meraih gelas bekas kopi terhenti saat bau shampoku menguar dari kamar mandi yang dibuka perlahan. Kepala seorang pria menyembul dari dalam.

"Hani-yah, pinjami aku baju."

"M- mwo, baju, baju apa? Pakai bajumu sendiri. Ini!" aku melemparkan baju di atas kursi kepadanya.

"Tapi itu kotor, aku menumpahkan sesuatu semalam," dia merengek.

Aku bisa gila.

"Hani-yah, jebal," rengeknya lagi.

Aku masuk kamarku dengan cepat, mengambil sweater dan celana training dari lemari. Begitu keluar, aku mendapati pria itu berdiri di depan dapurku -dengan handuk separuh badan- sedang membuat kopi.

"Yak, mwohaneungeoya? Cepat pakai bajumu," aku melemparkan baju ditanganku dan cepat-cepat kembali ke kamarku.

Begitu pintu tertutup, kakiku langsung merosot. Ini tidak bagus untuk jantungku.

Aku menghitung cukup lama untuk menenangkan jantungku yang mau copot. Tiba-tiba pintu kamarku di ketuk.

"Wae?" tanyaku.

Who Are You STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang