Berhentilah
Sayapmu akan basah
Gadis bermanik ungu tua mengintip dari ujung tembok. Dia sudah berencana mengintip sepasang sejoli yang saling bergandeng tangan. Mereka adalah Sarada dan Mitsuki. Pagi hari tadi, gosip tentang Mitsuki yang akan menembak Sarada menyebar. Sumire, dia salah satu pemilik perasaan spesial untuk pangeran kampus, Mitsuki. Dia kira dia 'lah yang akan menjadi kekasih Mitsuki karena mereka cukup dekat.
"Jadilah kekasihku, Sarada." Terbukti, gosip itu benar. Mitsuki bahkan mencium punggung tangan Sarada. Sarada mengangguk. Mereka saling melempar senyum manis. Dan pasti melakukan suatu hal yang lebih intim.
Sumire tidak ingin melihat itu. Dia muak dan ingin muntah sekarang. Ketika berbalik hendak kembali ke kelas, dia menabrak dada bidang seseorang. Dia mendongak, lalu mendapati yang ditabraknya adalah Boruto.
"Boruto-kun?"
Boruto merentangkan tangan. Dia tahu Sumire sakit hati karena si brengsek Mitsuki. Dia hendak memeluk Sumire, lalu membiarkannya mengeluarkan bebannya. "Kemarilah."
Sumire menerjang Boruto sampai hampir terjatuh. Dia kemudian menangis dalam diam. Cakaran pada punggung Boruto menunjukkan kalau Sumire benar-benar terlukai. Boruto pun begitu, dia bisa merasakan karena dia mencintai perempuan di pelukannya.
Buag ...
Pukulan kuat mendarat di wajah tampan nan menawan Mitsuki. Membuat Mitsuki mundur beberapa langkah dan memegangi rahangnya. Boruto menarik kerah seragam Mitsuki. Dia menatap bengis playboy kelas kakap itu. "Kuperingatkan lagi, Mitsuki. Jika kau tidak menyukai Sumire, jangan memberinya harapan. Jangan berpura-pura baik, manis, perhatian. Kau menjijikan." Dia menghempaskan Mitsuki hingga menabrak meja. Mitsuki tidak tinggal diam. Dia membalas perbuatan Boruto. Mereka berkelahi sampai tak terbentuk lagi muka mereka.
Kau yang selalu mendatangiku diam-diam ketika malam tiba
Menghapus semua kegelapan
Membangunkanku dari tidur
Kemudian meninggalkanku ketika kubuka jendela ini
Boruto meringis ketika luka lebamnya disentuh. Dia mengerjapkan kedua matanya. Melihat Sumire yang iseng menekan luka-luka itu. Padahal ini sudah malam, Sumire memang hobi menyelinap ke kamarnya, lebih tepat apartemen. Membangunkannya yang tertidur lelap. Kemudian, terpaksa berolahraga di malam hari. Tepat sekali, terkadang mereka melakukan seks.
"Ada apa?" tanya Boruto. Dia menarik Sumire ke kasur. Membaringkannya di samping, lalu melingkarkan tangan di pinggang.
Sumire mengusap luka membiru di pipi dan pelipis Boruto. "Apa kau menghancurkan ketampanan Mitsuki-san?" Netra Sumire berkaca. Dia lebih khawatir pada Boruto dibandingkan Mitsuki. "Aku lebih sakit melihatmu seperti ini, Boruto-kun."
"Seharusnya, kau membiarkan si bajingan itu mati. Tidak perlu acara penyelamatan tragis." Mitsuki dan Sumire dekat bukan tanpa alasan. Mitsuki merasa hutang budi karena telah diselamatkan dari kematian. Dia terus-terusan bersikap seakan mencintai Sumire. Sehingga, Boruto berpikir; Sumire terlarut dan jatuh cinta sampai detik ini karena sebuah kepalsuan. Sumire tidak memedulikan ocehan Boruto. Dia malah mencuri sebuah ciuman. Tidak dipungkiri, Sumire seolah meminta jatahnya malam ini. Diawali desahan, berakhir decitan.
Boruto merenggangkan ototnya yang kaku. Pegal melakukan aktivitas itu sampai tengah malam menjelang pagi. Biasanya, Sumire tertidur di pelukannya, lalu menghilang sebelum dia terbangun. Boruto beranjak dari kasur. Dia memakai boxer yang kemarin terlempar jauh. Kemudian, membuka gorden biru muda. Langit masih agak gelap, matahari belum terlihat. Dia menghirup udara pagi sedalam-dalamnya.
"Boruto-kun?" Sumire datang bersama dua piring roti panggang berselai kacang dan teh hijau panas. Dia memakai kaos kebesaran dan celana pendek milik Boruto. Rambutnya belum mengering sempurna. Dia meletakkan sarapan terlalu pagi itu di meja belajar Boruto.
"Kukira kau pulang seperti hari-hari lalu." Boruto mendaratkan kembali tubuhnya di kasur. Disusul Sumire yang berbaring kelelahan. Boruto kemudian melingkarkan tangannya di atas perut Sumire.
"Aku malas pulang. Aku kosong hari ini, tidak ada yang menarik di apartemenku."
"Kau wangi. Sampo dan sabunku tercium pekat." Boruto tidak menyia-nyiakan kesempatan. Tangannya menyusup ke balik kaos, meremas bagian atas tubuh Sumire dengan perlahan, lalu menarik puncaknya. Dia mencium dan menggigit leher jenjang yang masih memiliki tanda kemerahan bekas kemarin malam. Hal itu menimbulkan desah kepuasan. Mereka melakukannya sekali lagi.
Mungkinkah kau kehilangan arah lagi?
Udara masih dingin, jadi diamlah
Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri
Dan aku mengikutimu dari jarak ini
Sumire kembali riang ketika mendengar kabar buruk tentang hubungan Mitsuki dan Sarada. Kabarnya, mereka telah mengakhiri hubungan setelah seminggu menjalin asmara. Penyebabnya; orang ketiga. Dia tidak tahu orang itu siapa. Yang terpenting, kini Sumire dan Mitsuki seperti semula. Sumire belum sadar kalau Mitsuki lelaki yang tidak baik. Cinta atau kagum, apa pun itu telah membutakan semua pandangan buruknya pada Mitsuki.
"Mitsuki-san, apa kau bisa membantuku di bagian ini?" Mereka berdua berada di dalam perpustakaan yang sepi. Semenjak musim dingin, jumlah pengunjung perpustakaan turun perlahan karena sebagian mahasiswa lebih memilih diam di kelas.
"Oh, itu sangat mudah. Jadi, seperti ini ...." Sebenarnya Mitsuki sedang sibuk dengan calon pacarnya yang entah keberapa. Dia mengumpat dalam hati karena tidak bisa menolak permintaan Sumire. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk mengajari perempuan yang menurutnya bodoh.
Sosok bersurai pirang mengawasi gerak-gerik mereka. Bermodal syal yang menutupi sebagian wajah, dan sebuah komik hentai, dia mampu menyembunyikan keberadaannya. Dia ingin sekali bisa menarik Sumire menjauh dari Mitsuki. Namun, melihat ekspresi gembira itu, Boruto tidak sanggup.
Seharian ini, kegiatan yang dilakukan Boruto adalah mengikuti Sumire dari jarak jauh. Tidak mungkin dia berada diantara Mitsuki dan Sumire. Yang ada, Sumire malah membencinya karena telah mengganggu. Dia juga berjaga. Kalau Mitsuki mulai lancang pada Sumire, dia akan langsung menghajarnya di tempat.
"Mitsuki-kun," panggil perempuan berwajah bule.
"Oh, Evelyn." Mitsuki meninggalkan Sumire tanpa segan. Dia membiarkan Sumire mematung di koridor sembari menyaksikan punggung tegap Mitsuki yang menjauh darinya. Dan hilang dari pandangannya.
Sumire memutar badan untuk pergi ke arah lain. Dia menabrak Boruto lagi. Dia bersyukur, Boruto ada untuknya. Tidak peduli itu kebetulan atau kesengajaan.
"Boruto-kun."
"Bagaimana perasaanmu? Apa kau kehilangan arah lagi?" Boruto membentangkan tangannya untuk merengkuh Sumire lagi. Tidak akan habis rasa cintanya untuk Sumire. Bahkan, saat Sumire terjatuh karena lelaki lain.
Sumire menenggelamkan wajahnya di dada bidang lelaki itu. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menangis dan mengeluh. "Aku bingung harus ke mana. Kumohon, jangan tinggalkan aku, Boruto-kun."
"Tenanglah. Aku tidak akan meninggalkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[8] Moonlight
FanfictionAku bingung pada perasaanku. Sebenarnya, aku ini mencintai siapa. Ini semua bukan kesalahanku, tapi perasaanku. Aku lebih sakit melihatmu seperti ini. Hentikan. Cukup Hentikan. . . . Semi-mature [Pair: Borusumi]