3/3 [END]

1.9K 117 11
                                    

Tidak peduli seberapa banyak aku berkata

Kau tidak mendengarku

Kau yang kembali terjatuh ke pelukannya

Kampus dikejutkan berita Mitsuki dan Sumire menjadi sepasang kekasih. Para penggemar Mitsuki tidak percaya. Bagaimana bisa orang pendiam menaklukan hati pangeran mereka? Benarkah menaklukan hati atau hanya status belaka.

"Aku ingin Mitsuki-san menjadi kekasihku," pinta Sumire. Dia menunduk sedalam-dalamnya.

"Kau memintaku menjadi kekasihmu, bukan? Baiklah, tapi resiko kau tanggung sendiri." Mitsuki tidak peduli siapa yang akan menjadi kekasihnya. Dia juga tidak peduli sang kekasih itu berakhir menjadi apa. Bisa saja masuk rumah sakit, atau paling parah menjadi seonggok mayat.

"Benarkah?" Sumire sedikit senang. Dia merasa sudah menjadi orang spesial.

"Iya," jawab Mitsuki ogah-ogahan.

Para penggemar setia Mitsuki berkumpul mengadakan rapat. Mereka menyusun rencana untuk mengerjai kekasih terbaru idola mereka, Mitsuki. Ini memang hal gila. Mereka melakukan kekerasan agar Mitsuki tetap menjadi milik mereka.

"Menguncinya di gudang?"

"Tidak, itu sudah kita lakukan pada perempuan ke dua puluhnya."

"Kita beri yang berbeda. Menyiramnya di kamar mandi, lalu menguncinya di gudang agar dia ketakutan dan kedinginan."

"Boleh juga. Bagaimana kalau kakak sepupuku ikut serta."

"Tentu. Suruhlah kakakmu memuaskan hasratnya."

Mereka melancarkan aksinya.

"Shigaraki-san, ayo temani aku ke kamar mandi. Aku takut ke sana sendirian," ucap Namida, salah satu penggagas ide itu.

"Baiklah, kebetulan aku juga hendak ke sana."

Mereka memasuki kamar mandi. Ada dua perempuan yang menahan Sumire. Mereka mengikat tangan dan kaki Sumire. Juga membekap mulutnya.

"Oh, jadi dia kekasih baru Mitsuki-sama. Ayo kita bermain. Masukkan dia ke kloset." Sesuai perintah, mereka memasukkan kepala Sumire ke kloset duduk dengan setengah air. Menenggelamkan wajah Sumire cukup lama. Sumire memberontak, tapi tidak berpengaruh.

"Sudah? Dia kehabisan napas ternyata. Siram dengan air sisa pel tadi." Seketika, air pel kotor diguyurkan ke tubuh Sumire. Sumire memejamkan matanya. Bau air itu membuatnya mual dan matanya perih.

"Let's go. Kita ke gudang. Si kembar Kim, silakan angkut." Lagi, dua perempuan dengan paras mirip mengangkat Sumire menuju gudang. Bersama gelakan tawa, mereka melempar Sumire ke matras jebol. Di sana sudah ada laki-laki yang akan melaksanakan tugas akhir.

"Perhatikan tadi ekspresi kekasih lugu Mitsuki-sama. Dia pasrah sekali. Aku mengerjainya dengan kurungan."

"Kau mengurungnya di mana, Namida?"

"Di gudang bersama kakakku."

Boruto mendengar jelas percakapan fans gila Mitsuki. Dia berlari ke gudang. Mendobrak pintu gudang yang telah lapuk. Dia menendang laki-laki yang mengungkung Sumire di bawahnya, hingga menabrak tembok, lalu pingsan. Setahunya, itu Magire, mahasiswa tahun ini.

Amarah Boruto memuncak melihat keadaan Sumire. Baju bagian atas sudah tersingkap, juga tinggal celana dalam yang menutupi bawahannya. Dan lagi, Sumire sudah pingsan. Dia segera membenahi penampilan Sumire. Untunglah, dia selalu membawa celana cadangan. Dia memakaikan jaket dan celana cadangan itu pada Sumire. Tanpa menghiraukan pemuda gila yang hampir memperkosa Sumire, dia pulang ke apartemen dengan mobilnya.


Mengapa mimpi-mimpimu begitu berbahaya

Sekarang hentikanlah

Hatiku hancur menjadi kepingan

Saat melihatmu seperti ini

Boruto menggenggam tangan Sumire. Sumire sudah pingsan berjam-jam. Boruto ingin membawa Sumire ke rumah sakit, tapi dia berpikir lebih baik dia mendampinginya sampai sadar di apartemen.

"Boruto-kun," panggil Sumire sangat lirih saat dia sudah sadar.

"Sudah kukatakan. Berhenti mencintainya! Dia itu pematah hati, juga memiliki pengikut gila. Abaikan apa yang kau mimpikan bersamanya. Hentikan ... hentikan! CUKUP HENTIKAN!" Boruto membentak dengan suara keras, anggaplah berteriak. Dia ingin menyadarkan Sumire. Cukup sudah kesabaran karena ketulian Sumire pada kata-katanya. "Hatiku hancur," gumamnya.


Kau tersenyum sakit padaku seakan tidak ada yang terjadi

Tapi bahu kecilmu mulai bergetar

Kau bisa datang padaku dan beristirahat

Ketika pagi menyapa

Kau bisa kembali terbang menuju bulanmu

"Aku baik-baik saja, Boruto-kun." Sumire tersenyum lembut. Namun, terlihat menyakitkan. Bahunya naik-turun, napasnya tersendat.

"Terserah. Silakan saja kau terus mencintainya."

"Boruto-kun."

"Jika kau tersakiti, kau bisa datang padaku. Aku mencintaimu, Sumire."

"Boru ...."

"Aku ini mataharimu, tempatmu beristirahat. Kau bisa pulang pada bulanmu."

"Boruto-kun, dengarkan aku."

"Apa yang harus kudengarkan? Kau mencintai Mitsuki? Aku sudah tahu."

Sumire menangkup pipi bergurat Boruto. Dia menciumnya untuk menghentikan ocehan tak berguna. Selepas itu, dia pun berkata, "Mitsuki-san hanya mimpiku. Aku tidak benar mencintainya, aku kagum pada paras dan sikapnya saja. Ini berbeda jika denganmu, Boruto-kun. Aku gila berdekatan denganmu. Selama ini, aku memusingkan perasaanku. Perasaanku pada Mitsuki-san seperti aku pada idolaku. Sedangkan denganmu, aku merasa kau adalah cintaku. Aku yakin ini. Aku mencintaimu, Uzumaki Boruto-kun."

"Haruskah aku menyantapmu sekarang?"

"Jangan, Boru ...."

Boruto menggila kemarin malam. Sumire pegal dan tidak sanggup berjalan. Bahkan, kini dia keberatan karena Boruto tertidur di atasnya. Dengan kepala yang menjadikan dada Sumire bantal. Tiba-tiba, dia merasakan jilatan lembut.

"Boruto-kun, ini masih pagi."

"Apa itu penting?"

"Sejak dulu memang aku sudah mencintaimu," bisik Sumire.

"Kau tadi mengatakan apa?"

"Kau berat."


End.

[8] MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang