Kembali ke acara pernikahan.
"Sah" terdengar satu kata dari penghulu nikah sesaat setelah Deni mengucapkan akad nikah.
Satu kata yang sangat berarti bagi Deni, Oliv dan gw. Satu kalimat yang menandakan bahwa oliv sah menjadi pendampingnya, Satu kata yang berarti dia hanyalah kenangan bagi gw.
Kembali gw mengingat kejadian 2 minggu lalu sebelum gw hadir di Pernikahannya, saat gw masih belum bisa melupakan kejadian di bulan Februari yang merubah semua keinginan gw, saat dimana oliv lebih memilih Deni dibanding gw.
"Pak ada paket buat Bapak" kata OB kantor gw sambil memberikan satu amplop coklat ke gw
"Terima kasih mas" jawab gw lalu menerima paket tersebut.
Gw buka paket tersebut, ada 2 buah undangan didalamnya, undangan pernikahan Hard cover berwarna biru muda, didepannya terdapat embos nama kedua calon pengantin dengan tinta berwarna emas -Oliv & Deni-, jujur saat itu perasaan gw campur aduk, ada sedikit rasa seneng dan ada juga rasa cemburu. "Ini pilihan dia" batin gw didalem hati setiap kali wajah oliv muncul di kepala gw.
Dan satu undangan lagi ditujukan untuk Andi.
Siang harinya gw menerima panggilan telphone, gw liat dilayar hp gw -Oliv-,
"yah halo" angkat gw
"halo den" suaranya terdengar diujung telepon
"ya liv, knapa" jawab gw sebiasa mungkin, padahal didalem hati gw sangat rindu denger suara dia
"kamu sudah terima paket kiriman ku" katanya
"udah liv, satu buatku satu buat andi" kata gw
"kamu dateng ya?" kata oliv
"yah nanti diusahain ya" jawab gw
"pliss den, dateng ya" paksa oliv
"nanti aku atur jadwalnya" kata gw
"kamu ajak emak sama adik2 juga ya" kata oliv
"kalau mereka gak sibuk liv" kata gw
"plis den, aku gak mau berakhir gini den" katanya
"berakhir gimana liv, kan ini keputusan kamu" kata gw
"Yah tapi gak harus gini, walau hubungan kita gak sesuai dengan yang kita harapkan paling tidak kita masih bisa jadi keluarga den" katanya
"iya liv, keluargamu sudah jadi kelurgaku, sudah sejak awal aku kenal kamu" kata gw
Dia diam sejenak, lalu dia kembali bujuk gw untuk datang, lalu dia jelasin perihal rencana pemnjemputan gw sama keluarga nanti di jogja.
Gw langsung telpon emak setelah itu, gw cerita perihal undangan oliv
"gimana mak, kita datang gak" kata gw
"yah terserah kamu, klo saran emak sih datang nak, sekalian silaturahmi.
"Yaudah mak, nanti deni cari tiketnya dulu" kata gw, setelah selesai gw langsung kabari andi perihal undangan oliv
"Lo dateng gak den?" kata andi (gw sudah cerita tentang kejadian oliv lebih milih Deni)
"kayaknya dateng ndi" kata gw
"yakin lo mau dateng, emang lo sudah ikhlas" kata andi
"yakin ndi, insha allah ikhlas ndi, mau gimana lagi ini keputusan dia" kata gw
"Oke, klo lo berangkat gw berangkat, tapi gw ajak siska ya" kata andi
"yah terserah lo" kata gw
setelah lanjut kepercakapan ringan sama andi gw tutup teleponnya.
Februari 2012
Gw lagi di Jakarta, kebetulan ada tugas dari kantor, setelah kasih tau oliv kalo gw lagi dijakarta dia sangat semangat buat ketemu gw. Kita janjian ketemu pas makan malem, "mau makan dimana" tanya gw gak lama setelah dia dateng ke tempat gw nginep
"yang deket deket sini aja yuk, lagi males bawa mobil, macet" katanya, gw setuju aja.
"kamu sudah bicara sama emak?" kta oliv
"sudah" jawab gw singkat
"terus gimana" lanjut oliv
"emak sih gak pernah ada masalah" kata gw
"terus kapan emak mau kerumah" lanjut oliv
"yah secepatnya liv, klo gak bulan 3 ya bulan 4, adik2 belum bisa ditinggal" kata gw
"ooo, sip kalo gitu" katanya
lagi asik makan hp oliv berbunyi, oliv liat siapa yang telephone lalu di reject, lalu bunyi lagi, terus direject lagi,
"siapa?" kata gw
"gak penting" kata oliv
"Deni" tanya gw
Dia ngangguk, "emang dia masih suka nelpon" tanya gw
"sering banget" kata oliv
"kamu angkat" kata gw
"nggak, males" kata oliv
"aku boleh tanya liv" kata gw
"boleh dong" kata oliv
"berapa lama kamu pacaran sama dia" tanya gw
"bisa gak jangan bahas dia" kata oliv
"aku perlu tau liv" tanya gw, dia diem sejenak
"5 Tahun" jawabnya singkat
"sejak kapan" kata gw
"SMA kelas 3" jawab oliv
"terus alesan kalian bubar kenapa" tanya gw
"Yah karena dia gak mau nerima aku kerja disini" kata oliv
"kamu yakin cuma itu, kalian sudah pacaran 5 tahun masa cuma gara gara ini aja sampe putus" tanya gw agak curiga, dia diem aja sambil geleng kepala
"kamu jujur kan liv" kata gw sambil natap matanya, dia natap mata gw, entah kenapa perasaan gw bilang kalo dia belum jujur sama gw.
"iya yank, udah ah jangan bahas dia lagi" kata oliv, dia langsung coba ganti topik, gw cuma diem saat itu.
Entah berapa lama kita sama sama diem, sampai akhirnya oliv ngomong "ok aku akan jujur, tapi kamu gak akan marah kan?" kata oliv,
"kalo kamu masih belum mau cerita juga gak papa" kata gw
"yaudah aku akan jujur, sebenernya kita memang sempat ribut saat dia tau aku akan kerja di jakarta, tapi gak sampe putus" kata oliv
"lalu" lanjut gw,
"yah gitu, aku bener bene kesel sama dia, alesan dia gak mau aku kerja dijakarta karena takut aku kenapa - napa, aku kan sudah dewasa, dia selalu perlakuin aku kayak anak kecil, aku gak suka" kata oliv "aku marah, relationship di fb aku buat single, aku gak angkat -angkat telpon dia" lanjutnya
"terus, putus?" kata gw, dia geleng
"sampe saat itu" katanya, gw natap matanya, dia gak mau natap gw
"sampe kamu ketemu lagi sama aku" tebak gw, dia manggut.
"sampe saat aku ketemu kamu lagi malem itu, aku baru bener bener bisa putusin dia" kata oliv
"kamu jahat banget liv" kata gw
"maafin aku yank" kata oliv
"kamu harusnya minta maaf sama dia, bukan sama aku" jawab gw
"5 tahun kalian pacaran, terus kamu ninggalin dia cuma karena aku" kata gw agak keras
"tapi itu karena aku bener bener sayang sama kamu den" kata oliv
Gw diem aja, gw putusin untuk balik, sepanjang perjalanan kita hanya diem, sampai dikamar gw merenung, apa yang harus gw lakuin gw bener bener merasa bersalah sama dia, gw ambil hp gw, gw sudah ada nomor deni, gw putar nomornya, gak lama diangkat.
"halo" katanya diujung
"halo den, ini gw deni" kata gw, dia diem beberapa saat
"eh ada apa? tanya nya
"lo dimana?" tanya gw
"gw dijakarta" jawab dia
"kata oliv lo masih di jogja" tanya gw
"sudah sebulan ini gw disini" jawabnya
"bagus kalo lo dijakarta, lo ada waktu? gw pengen ngomong penting" kata gw
"bisa kapan?" tanya dia, gw liat jam tangan masih pukul 10 malem
"sekarang bisa, lo bisa ketempat gw, gw nginep di hotel santika" jawab gw, dia menyanggupi.
Sekitar 30 menit gw nunggu dia, dan akhirnya hp gw berdering, gw angkat
"gw sudah di lobi" katanya
"oke, gw turun" kata gw, gw langsung turun dia duduk dilobi, setelah sampai gw jabat tangan dia. stelah basa basi sebentar
"bisa ngomongnya diluar sana" kata gw sambil nunjuk pelataran parkir, dia manggut, kita jalan kearah tersebut.
"ada apa" katanya serius
"gw cuma mau tanya perasaan lo ke oliv" kata gw
"denger ya, sampai kapanpun perasaan gw ke oliv tetep akan sama" katanya rada kenceng
"weeiis, sabar bro, gw cuma nanya baik2" kata gw
"ini semua salah lo, kenapa lo harus muncul sekarang, saat semuanya sudah matang" lanjutnya
"suara lo bisa kecil gak, gw mau ngomong baik baik, klo lo gak bisa diajak ngomong bener mendingan lo balik sono" kata gw, dia agak malu setelah gw ngomong gitu
"sumpah gw gak tau kalo kalian masih berhubungan saat itu, saat gw ketemu dia, dia bilang sudah putus sama lo" kata gw
"Lo gak usah banyak alasan, gw tau lo memang suka dia dari awal lo kenal, lo mau ngerebut dia kan" katanya nyolot
"santai kampret, gak usah bentak bentak" kata gw keras, dia kayak gak terima, alhasil satu pukulan telak gw mendarat dirahangnya, otomatis dia langsung goyang dan terkapar.
"lo yang maksa gw ya" kata gw, "perlu lo tau ya, gw memang sudah lama sayang sama dia, tapi gw gak ada maksud ngerebut dia dari lo" kata gw, dia diem saat itu, entah karena telinga mampu nangkep apa yang gw sampein atau otaknya masih goyang karena pukulan gw.
"gw bener - bener sayang dia" katanya tiba - tiba agak terbata-bata, suaranya terdengar seperti nangis, tapi gw gak bisa pastiin saat itu, kondisi gelap dan dia nunduk.
"plis den, jangan rebut dia, gw bener bener sayang dia" lanjutnya
"gw tau lo cinta pertamanya, dia cerita semua tentang lo, tapi gw gak rela klo dia ninggalin gw" katanya
"dan gw juga tau kalo sebenernya dia juga sayang gw, saat hubungan kita sudah mulai baik, tiba tiba lo muncul" kata dia
"gw gak terima den, gw gak terima lo rebut dia" katanya
"denger den, gw gak ada maksud buat rebut dia, gw bener2 gak tau kalo lo masih berhubungan" kata gw
"Jujur gw juga gak akan lepasin dia ke lo gitu aja den" kata gw
"gw juga sayang sama dia" kata gw
"terus lo maunya gimana, mau duel sama gw, gw siap den, gw rela mati buat dia" katanya
"lo jangan bego den, masih banyak perempuan lain" kata gw
"gak den, buat dia gw rela apa aja, karena dia pantes buat diprejuangin" katanya berdiri.
"udah gak perlu gitu den, gw sudah tau perasaan lo ke dia, tapi gw gak bisa lepasin gitu aja den" kata gw
"Artinya bener kita harus duel disini" katanya dengan langkah yang masih limbung
"gak perlu den, oke gw akan kasih lo kesempatan ngomong ke oliv, dia yang akan nentuin, tapi inget apapun keputusannya lo harus terima" kata gw, dia mikir sebentar
"dia gak bakal milih gw sialan, gw tau dia pasti milih lo" katanya
"gw tau oliv den, dia pasti bisa mutusin yang mana terbaik buat dia" kata gw, dia diem saat itu, seperti sibuk berpikir
"ini kesempatan lo terakhir den, gw gak bisa bantu lebih" kata gw, walau didalam hati gw sebenernya sakit.
Dia diem sebentar, lalu dia setuju dengan saran gw
"oke kalo lo setuju, besok gw minta oliv kesini jam 7 malem" kata gw
"oke" katanya lalu dia pergi.
Besoknya gw janjian sama oliv buat ketemu jam 7, dia gak tau kalo gw ngajak deni.
Jam 7 kurang dia sudah di lobi hotel, gw ajak dia keluar cari tempat makan enak yang memang gw sudah tentuin.
Setelah sampe dia langsung pesen makan
"aku laper banget" katanya
"liv, ada yang mau ketemu kamu" kata gw
"plis, lo jangan marah, dan lo harus temui" lanjut gw, oliv tampak bingung ketika deni sudah berdiri disamping dia
"lo ngapain kesini" kata oliv
"denger liv, aku yang minta dia kesini, aku sudah denger semua cerita dia, jujur aku gak bisa lanjutin hubungan kita kalo kamu gak selesain dulu masalah kamu sama dia" kata gw
"oke den, lo duduk disini" tunjuk gw ke kursi kosong disamping gw, dia duduk, dia natap oliv, oliv gak mau natap dia
"oke, silakan kalian bicara, aku tunggu disana" katanya sambil nunjuk satu pojokan, sepertinya oliv gak setuju sama ide gw, dia ngeliatin gw, gw cuma senyum.
Entah apa yang mereka bicarakan, gw cuma bisa liat dari kejauhan, kebanyakan deni yang bicara, gw liat beberapa kali oliv senyum, ada rasa kekhawatiran dalam hati gw, gw takut kalo oliv lebih milih deni dibanding gw, tapi itu sudah keputusan gw, apapun yang diputuskan oliv gw harus terima. Dari pembicaraan gw ke deni malam sebelumnya gw tau dia bener bener sayang oliv, lalu entah kenapa beberapa bulan ini gw merasa ada yang beda dengan oliv, oliv gak seperti oliv yang dulu gw pertama kenal. atau mungkin beberapa bulan ini oliv juga belum bisa lupain deni jadi sikap dia ada yang berubah.
Masih dari pojokan gw liat Deni megang tangan oliv, gw juga liat oliv merespon gerakan itu, mereka sudah tertawa bareng, deni ngeliat kearah gw, pertanda mereka sudah selesai. gw berjalan ke arah mereka.
"jadi kamu sudah mutusin liv" tanya gw sambil natap matanya, dia menunduk, entah apa sebabnya dia menangis, gw sudah tau jawabannya, dia nangis tersedu-sedu sampai gak sanggup ngomong.
Gw ngeliat deni, dia tersenyum
"makasih ya den, lo sudah kasih gw kesempatan" katanya, gw cuma bales senyum singkat
Entah kenapa, walaupun jujur gw ikhlas tapi nafas gw bener bener sesak, kaki gw bergetar.
"maafin aku yank" katanya
"gak perlu liv, selama beberapa bulan ini aku juga merasa kamu beda liv, setelah denger cerita deni semalem aku sadar kalo kamu gak sesayang dulu ke aku" kata gw, dia nunduk.
"yaudah, kalian lanjutin disini, aku mau balik ke hotel" kata gw singkat, tanpa denger apapun dari mereka gw langsung pergi. Sesampai di hotel gw liat hp ada beberapa kali misscall, dan ada beberapa sms, gw sempet liat satu sms
"Yank, angkat" isi sms oliv
Gw gak mau baca, ada rasa benci ke oliv, tapi ini kan salah gw, kenapa gw kasih waktu ke deni.
Sampai seminggu kemudian gw kembali buka inbox hp gw, ada beberapa pesen dari temen kerja, dan ada mungkin 40sms dari oliv, gw coba buka satu persatu isinya cuma
"angkat plis" atau "maafin aku" atau "plis maafin aku" sampai pada sms terkahir yang beda, kata katanya panjang.
"Mungkin ini pesen terakhirku ke kamu, gak bosen aku mau minta maaf ke kamu, aku bener bener egois maafin aku, kamu datang saat aku sedang labil, kamu datang dengan membawa kembali kenangan kenangan kita, kamu membuatku buta, buta akan kasih sayang yang selama ini aku terima dari dia, maafin aku den. Jujur aku sayang sama kamu, dan kamu juga tau sebesar apa sayangku ke kamu, sayangku ke kamu lebih besar dari sayangku ke dia, tapi aku gak bisa sia siain seseorang yang jauh lebih sayang sama aku, 5 tahun kami pacaran mungkin hanya tahun terakhir yang aku jalani sama dia tanpa ngebayangin dia adalah kamu, dan dia tau itu, dan dia nerima itu. Maaf aku gak bisa milih kamu, selamanya aku akan sayang kamu"
Gw baca pesennya beberapa kali, akhirnya gw tekan tombol panggil
gak lama diangkat
"akhirnya kamu mau ngomong sama aku" kata oliv
"maafin aku ya yank" katanya
"gak perlu liv, aku yang salah" kata gw
"gak yank, aku yang salah, dari awal aku yang salah, aku gak bisa pegang janji aku ke kamu 2 kali malah, mungkin kalau aku gak buka hati aku ke orang lain kejadiannya gak kayak gini" katanya
"sudah liv, semua tuhan yang tentuin, manusia hanya bisa berencana" kata gw
"aku bener bener bersyukur bisa kenal sama kamu, sama kamu aku bisa tau artinya sayang, sama kamu aku bisa tau artinya pengorbanan" kata oliv
"aku juga liv" kata gw
"aku akan tetep sayang kamu yank" kata oliv "Kamu?" tanyanya
"aku tetep pegang janjiku sama kamu dibandara saat kamu mau pindah, aku akan selalu sayang kamu, apapun yang terjadi" kata gw, dia diem, terdengar isak dari ujung telepon.
"udah kamu gak usah nangis, kamu pantes dapat yang lebih baik dari aku" kata gw
"makasih ya yank, makasih sudah ngisi hidupku" katanya masih terbata - bata
"aku juga makasih ya" kata gw
Kembali ke Juni 2012
Ketika kita antri untuk mengucapkan selamat, gw berbaris dibelakang emak dan adik adik gw dibelakang gw diikuti oleh andi dan siska.
Emak bersalaman sama orang tua oliv, ketika gw menjabat tangan papa oliv dia meluk gw dengan erat
"kamu hebat nak, papa bangga sama kamu" bisiknya ditelinga gw (papa oliv gak mau dipanggil om lagi, walau gw gagal jadi menantunya, tapi dia sudah nganggep gw anak sendiri)
"terima kasih pa" kata gw
"Den, kamu cepet nyusul ya" kata mama oliv
"do'ain ma" kata gw, dia tersenyum
Pas gw bersalaman sama deni dia meluk gw
"Makasih den, atas semua pengormanan lo" katanya
"lo pantes dapet oliv" kata gw "dan sorry" lanjut gw sambil nunjuk ke arah rahang dia tersenyum
Ketika gw ke tempat oliv, dia langsung meluk gw, air matanya sudah gak bisa ditahan, dibener bener tersedu sedu, gak bisa ngomong.
"Sudah jangan nangis, tar make upnya luntur, jelek fotonya" kata, dia coba senyum, sambil mukul tangan gw
Setelah resepsi, sesuai janji, gw ajak adik gw jalan jalan.
Entah kenapa setelah ini hati gw bukan sedih tapi sangat lega, seperti ada beban berat di pundah gw yang lepas, sambil jalan gw pandangi cincin pemberian oliv, sesuai janji gw, gw gak akan lepas.