Chapter 01

59 9 11
                                    

"Pagi, Historia." Sapa nya, berjalan pelan kemudian duduk disamping mejaku.

"Selamat pagi, Ymir." Balasku dengan senyuman.

Ymir melihatku seolah sedang menyelidiki setiap inch wajahku, seakan-akan memang ada yang salah. "M..melihat seperti itu, tidak sopan lho." kataku gugup.

"Ah, maaf. Hanya saja, wajahmu sembab seperti habis menangis, juga merah seperti orang terkena demam. Ada apa?" tanya-nya, dan tentu saja aku tidak menjawab.

Rupanya, mecuci muka di Wastafel sekolah sepanjang menit sebelum periode mata pelajaran pertama tidak bekerja dengan baik. Bahkan tidak membuahkan hasil, wajahku masih merah padam dengan usahaku yang sia-sia. Bagus, sekarang aku benar benar menjadi orang bodoh yang menangis karena mimpi.

"Kok diam saja. Yasudah deh–"
"Eh, maaf aku tidak mendengarnya, apa katamu tadi?" Sela ku yang tersadar dari lamunan gerutu pagi.

"Hhh.." Ymir menghela nafas. "Kalau sakit, biar kuantar ke UKS." Ulangnya.
"Terimakasih atas perhatianmu, Ymir. Tapi aku tidak sakit, jadi kupikir itu tidak perlu." Jawabku.

Bel berbunyi menandakan kelas dimulai. Kami berdiri dan mengucap salam pada guru.
Sepanjang pelajaran, aku banyak menghabiskan tissue. Bahkan sulit untuk berkonsentrasi dengan cairan sisa sisa tangisku tadi pagi.

Saat istirahat, aku berdiri hendak pergi ke cermin toilet untuk mengecek wajah absurdku, kudengar Mikasa, Sasha, Mina dan Hannah sedang berbincang membicarakan sesuatu.

"Mikasa, Mikasa, bagaimana perasaanmu terhadap Eren? Kudengar kalian tidak bersaudara, tapi tinggal dalam satu rumah kan?" Tanya Hannah.
"Aku menyayanginya." Jawab Mikasa singkat, padat, datar dan jelas.
"Hooo, blak blakan sekali." kata Mina dengan wajah tertarik.
"Kalau Sasha?" kini Hannah berganti menanyai Sasha.
"Aku menyayangi Egg Benedic" jawabnya dengan tersenyum lebar.
"Eh? siapa itu?" tanya Mina
"Itu lho, masa' kalian belum tau? jenis makanan molekuler yang dibuat dengan modernisasi untuk menghadapi persaingan globalisasi, dia direbus setengah matang dengan cara di tim dan di potong sehingga kuningnya merembes keluar, rasanya benar-benar menggiurkan jika saja ditabur dengan blackpap–" mulut sasha di bekap erat.
"Cukup, cintamu hanya untuk makanan." ketus Mina.
"Kalau kau sendiri, bagaimana dengan Frantz?" tanya Mina sembari membekap Sasha yang mulai mengamuk.
"Aku.. pernah menangisi Frantz." Jawabnya dengan menundukkan kepala.
"Eeehhhhh?? kenapa??" serentak mereka berdua mendengkik heran, kecuali Mikasa.
"Eh, bukan hal serius kok.. Hanya saja, aku pernah memimpikan Frantz meninggal dihadapanku, tubuhnya terbelah dua dan aku menangisinya, meneriaki namanya namun dia tidak kembali. Di mimpi begitu nyata, sehingga aku terbawa menangis di pagi itu juga. Sehabis itu aku menelponnya dan mengatakan ingin bertemu."
"Oh, kalau itu sih wajar saja." Kali ini Mikasa yang menanggapi.
"Aku pernah dengar, mereka yang pergi meninggalkanmu di mimpi adalah orang yang paling kau sayangi di kehidupan nyata, Jadi baguslah kau benar-benar menyayangi Frantz." Hibur Mina dengan prihatin.

Begitu ya, pikirku. "Orang yang meninggalkanmu di mimpi, adalah orang yang kau sayangi di dunia ini." Aku berjalan menyusuri lorong dan masuk ke ruang Toilet Putri. Aku masih memperhatikan wajahku yang ternyata sudah lebih baik ketimbang tadi pagi.

Saat keluar dari ruang itu.
"Jadi, siapa yang kau sayangi?" Suara Ymir mengagetkanku.
Dia bersandar pada dinding samping pintu toilet dengan tampang lembut nya, yang kurasa dia hanya membuat ekspresi itu untukku, karena aku belum pernah melihat ekspresinya seperti itu diberikan untuk orang lain.
"Aku mengikutimu." Tambahnya.
"Eh?"
"Dan aku mendengar pembicaraan mereka. Kau juga mendengarnya kan?"
"Begitulah.." aku mulai beranjak kembali ke kelas
"Kau tahu, meski terdengar konyol aku sedikit mempercayainya." Ymir menyusulku dan menyamai langkahku.
Dan aku masih terdiam.
"Hey, Historia. Hari ini kamu kenapa sih? Mood mu seperti berada di titik nol gitu, kalau ada yang bisa membuatmu merasa lebih baik mari lakukan bersama, aku akan menemanimu." Hiburnya.
Saat itu juga, jujur saja aku ingin memeluknya, tapi tidak mungkin aku melakukannya disini, di lorong ini yang banyak murid-murid. Bisa-bisa aku di cap sebagai anak aneh nantinya. Jadi aku mulai menjawab.
"Terimakasih Ymir, maukah sepulang sekolah nanti kau menemaniku ke minimarket untuk membeli beberapa cemilan manis?" Tanyaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost or Love (Yumikuri Shingeki no Kyojin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang