Cerpen

22 4 8
                                    

Kuda-kuda yang dipasang sudah terlihat melemah, gadis manis itu menggerutu kesal mengingat kejadian tadi.
***

(Flashback)
Dari kejauhan terlihat seorang gadis yang berlari mengenakan baju silat lengkap dengan sabuk merah yang sudah dilingkarkan di pinggangnya.

Rona sudah bersiap menyambut gadis itu dengan kedua tangan yang dilipat di dadanya.

“Heh! Anak baru ya kamu?” Tanya Rona dengan wajah yang garang

“Iya pak!” Jawab gadis itu dengan mantap

“Nama, siapa?” Tanya Rona simpel

“Cia pak!” dijawabnya lagi dengan lantang

“Kamu tuh! Mentang-mentang baru di latih oleh saya sudah terlambat” Gerutu Rona yang diketahui pelatih bary silatnya itu.

“TAKDIR Pak!” Kata Cia dengan lantang.

Mata Rona mulai melotot, dan perlahan berjalan kearah Cia yang mengatakan ‘TAKDIR’.
“Kamu tau ini sudah jam berapa?” Tanya Rona perlahan sambil menunjuk-nunjuk lengannya yang jelas-jelas tidak memakai jam tangan.

“TIDAK TAU PAK!” jawab Cia seadanya dengan lantang lagi.

“Kamu terlambat Cia!” Teriak Rona kesal

“TAKDIR Pak!”
Sekali lagi kata TAKDIR terdengar di telinga Rona, dan akhirnya Cia di suruh diam di tengah lapang dengan memasang kuda-kuda.

(END Flashback)
***

Cia dengan wajah lusu pulang kerumahnya, perlahan mengetuk pintu rumah yang dikunci dari dalam.

“Maahh!!” Tok.. Tok… Tok… panggil Cia dari luar rumah sambil terus mengetuk pintu, tapi masih saja belum dibuka dari dalam.

Tok..Tokk..Tokkk..

“Ibu Ade Ayu Safitri!! Ada kiriman paket!!” Teriak Cia dari luar yang mengeluarkan jurus andalannya memanggil ibunya.

Ceklek…(Suara pintu terbuka)

Taakk!!
Sebuah pukulan pelan dari sendok nasi mendarat tepat dikepala Cia.

“Kamu tuh kebiasaan manggil gitu ke mamah” gerutu ibu Ade

“Maaf maah, lagian mamah Cia panggilin ga keluar-keluar” kata Cia yang langsung salam kepada ibunya dan langsung masuk ke kamarnya.

***
(Ke-esokan harinya)
Pagi ini Cia sudah berdandan dan siap dengan seragam silatnya lagi, dia malas jika harus mengingat pelatihnya yang sangar itu. Tapi apa boleh buat, dia sendiri yang ingin masuk keperguruan silat itu, jadi dia yang harus menanggungnya.

Tokk.. tokk.. tokk… Suara ketukan pintu terdengar dari luar.

“Siapa itu paah, tolong buka kan!” teriak ibu Ade dari dapur kepada suaminya yang tengah menonton tv di ruang tengah.

“Iyah sebentar” teriak ayah Cia kepada orang yang diluar, yang tidak lama membukakan pintu.

“Eh Anna.. Silahkan masuk” Kata bapak Nirwana sambil mempersilahkan Anna teman dari Cia untuk masuk.

“Ciaaa!! Anna sudah datang” Teriak pak Nirwana kepada anak semata wayangnya yang sedang di kamar.

Tak lama kemudia Cia pun keluar dari kamarnya, dan mereka langsung saja pergi ke padepokan untuk latihan silat.

***
Di padepokan Cia berlatih dengan sungguh-sungguh, ia berprinsip bahwa wanita tidak lemah, wanita juga mampu setara dengan laki-laki. Gadis itu berpikir, perjuangan R.A Kartini akan sia-sia jika wanita masih banyak yang ditindas oleh laki-laki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUKAN TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang