Prolog

21 11 2
                                    

Lama sejak mama dan papa memutuslan untuk bercerai, aku lebih suka berdiam diri di kamar, membaca buku sajak berulang kali.

Aku tinggal di rumah nenek, aku lebih memilih seperti itu. Aku sama sekali bingung harus ikut siapa.  Mama menikah lagi, papa juga. Namun aku yang tidak dekat dengan papa tidak terlalu sedih karena hal itu, tetapi ketika mendengar mama menikah lagi, aku sangat terpukul.

Sebenarnya mama mendapat hak asuhku, tetapi aku menolak, mana mungkin aku bisa hidup bersama papa baru di umurku yang beranjak 16 tahun ini. Di saat teman-temanku merayakan ulang tahun dengan kedua orang tua, atau bertamasya bersama, aku mengurung diri di kamar.

Nenek adalah pendengar setiaku, dia hidup bersama dua pembantunya, Pak Suto sebagai supir pribadinya dan Mbak Tami sebagai pembantu rumah tangga. Nenek selalu memberiku dorongan agar selalu bersemangat tentang apa yang terjadi. Aku sering menangis ketika bercerita kepada nenek tentang aku yang memiliki empat orang tua, tentang aku yang canggung ketika menceritakan keluargaku, nenekku selalu mengelus rambutku lembut.

Tentang apa yang terjadi di keluargaku membuatku semakin menjadi sosok pemalu, teman? Aku punya satu-dua, pacar? Jangan kau tanya itu, aku sungguh tak peduli tentang itu.

Who Stuck in The SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang