Chapter 1 : The Begining

25 2 1
                                    

Aku terbangun dari tidurku, semuanya terlihat sangat gelap.

Aku menegok ke arah meja belajarku dan aku mengernyitkan mataku, sambil mengusap mataku rasa kantuk kian menjauhi diriku.

Sambil mengumpulkan kesadaran kuamati sekitar tempat tidurku.

Tampaklah sebuah kamar yang sederhana. Dengan berperabotkan lemari kayu jati, meja belajar dengan setumpuk buku diatasnya, lantai keramik beralaskan karpet abu-abu, dan dinding yang dicat dengan warna biru muda yang berhiaskan poster mobil sport serta jadwal pelajaranku.

Perlahan, kabut mulai memudar dari pikiranku.

Tiba-tiba perutku terasa sangat perih, lalu aku teringat sesuatu. "Astaga, aku tertidur lagi. Sekarang sudah terlewat jauh waktu makan malam." batinku sambil memegangi perutku yang perih. Ya, karena terlalu sibuk mengerjakan essay liburanku aku jadi lupa waktu. "Ah, terlalu banyak yang harus aku tulis dan aku belum selesai." gumam ku kesal.

Dengan malasnya aku bangun dari tempat tidurku, kemudian aku melakukan gerakan peregangan tubuh untuk menghilangkan sedikit rasa pegal di tubuhku.

Kemudian dengan perlahan aku membuka pintu kamarku dan pergi ke ruang makan untuk melihat apakah masih ada makanan yang tersisa di meja.

Aku menapakkan kaki dengan lembut dilantai keramik yang beralaskan karpet abu-abu sambil melihat dalam kegelapan, yah walaupun tidak terlalu gelap aku tetap harus berhati-hati agar aku tidak menabrak vas bunga ataupun meja di dekat tembok lorong lantai atas rumahku.

Aku menuruni tangga dan tentu saja, semuanya terlihat gelap. Semua lampu di dalam rumah telah di matikan, hanya tersisa lampu diteras rumah dan halaman belakang saja yang menyala untuk menerangi halaman rumah.

Keadaan sangat sunyi, kemudian aku melihat arloji yang melingkar di pergelangan tanganku.

Serangkaian lampu LED berwarna merah menunjukan sekarang sudah pukul 22 : 20, terang saja suasana sangat sepi. Mungkin seluruh anggota keluargaku tengah terlelap sekarang, larut dalam mimpi Indah mereka.

Aku mengernyitkan mata untuk memaksa mataku melihat dengan jelas didalam kegelapan, lalu aku menekan saklar lampu disampingku untuk menyalakan lampu ruang makan. Sesaat mataku silau karena masih beradaptasi dengan cahaya lampu, karena sebelumnya aku melihat dalam keadaan gelap.

Beberapa saat kemudian, mataku sudah bisa beradaptasi. "Akhirnya..." ucapku sambil bernafas lega.

Lalu aku melihat meja makan yang berada di tengah-tengah ruang makan, beberapa piring yang sudah di telungkupkan, dan satu piring dengan sebuah sandwich diatasnya dengan catatan kecil bersandar di sandwich tersebut.

"James, maaf ibu tidak membangunkanmu. Ibu tidak tega membangunkanmu karena ibu tahu kamu kelelahan mengerjakan tugasmu, ini ibu buatkan sebuah sandwich untuk kamu makan."
-Peluk dan cium. Ibu-

Begitulah kalimat yang tertulis di atas kertas tadi, segera aku duduk dan memakan sandwich buatan ibu dengan lahap.

Meja makan dengan dua piring kotor, itulah yang aku lihat sekarang. Walaupun aku sudah makan sandwich, tetap saja aku masih lapar.

Bayangkan saja, aku yang sedari sore belum keluar kamar dan sekarang hanya makan sandwich. 'Rasa laparku belum terpuaskan, aku masih ingin makan.' Itulah yang terbesit dipikiranku sekarang ini.

The DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang