"Aku lapaaaaaaar."
Sosok laki-laki berambut hitam itu berhenti berjalan, menatap temannya yang baru saja merengek.
"Aku benar-benar butuh sesuatu untuk dimakan sekarang," keluh Ten sambil cemberut.
Taeyong menghela napas. "Baiklah, dimana?"
Ten menunjuk ke arah salah satu gang gelap sambil melompat-lompat seperti anak kecil.
"Di sana saja!"
Dia berlari ke gang itu lebih dulu, Taeyong mengikutinya perlahan. Ten berjongkok di dekat tempat sampah besar saat Taeyong sampai, matanya berubah merah dan mengilat-ngilat di kegelapan.
ZREEEET
Dalam gerakan cepat, dia menghilang dan kembali ke tempat tadi sambil tersenyum lebar. Dengan kedua tangannya, dia memegang tikus besar yang memberontak minta dilepaskan. Matanya terlihat sedih saat berkata pada tikus itu. "Maaf, teman kecil, kau kurang beruntung malam ini."
Taeyong berbalik sambil meringis jijik saat Ten menenggelamkan taringnya pada binatang pengerat malang itu. "Aku tidak akan pernah terbiasa dengan itu," katanya menahan mual.
"Bagaimanapun, aku harus makan." Ten tertawa, benar-benar tidak malu. Dia menjatuhkan bangkai tikus mati yang darahnya sudah kering itu ke tong sampah.
Taeyong menatap Ten. Dia mungkin terlihat lebih muda dari Taeyong, tampak seperti baru berusia awal dua puluhan, padahal kenyataannya sudah hidup jauh lebih lama dari itu. Rambutnya hitam, dengan banyak piercing menghiasi telinganya. Suara tawanya terdengar puas dan senyum lebarnya bisa menular pada siapapun yang melihat.
'Dia terlalu ceria untuk ukuran vampir,' pikir Taeyong.
"Apa itu cukup?"
"Cukup untuk sekarang. Aku akan makan lagi saat pulang nanti." Dia merangkul tangan Taeyong dari samping. Seperti adik yang bermanja-manja pada kakak laki-lakinya. "Ayo pergi~!"
KRAAAAK
ZREET
Suara yang tiba-tiba terdengar membuat mereka berdua berbalik. Di celah masuk gang kecil yang gelap, mereka bisa melihat dua sosok lain. Seorang pria tinggi dan wanita yang terlihat angkuh. Mereka berjalan mendekat. Ten langsung melepaskan rangkulannya dan memposisikan dirinya di depan Taeyong.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya si wanita, suaranya terdengar tegas dan dingin.
Sinar bulan menyorot mereka, membuat Taeyong akhirnya bisa melihat keduanya dengan lebih jelas. Tidak seperti Ten yang sudah bisa melihat mereka karena penglihatan tajamnya, Taeyong yang manusia biasa sedikit kesulitan melihat mereka di kegelapan.
Wanita itu sangat cantik, kulit seputih porselen tanpa cela dan mengenakan setelan jas dan celana hitam. Rambutnya yang panjang dan bergelombang berwarna merah. Ekspresinya begitu dingin tak terbaca.
Pemuda di sampingnya berambut hitam, wajahnya yang terlihat halus dan putih pucat menampilkan ekspresi dingin yang sama. Saat Taeyong menatap matanya yang hitam gelap, dia merasa jantungnya mulai berdegup kencang dan wajahnya memerah. Saat mata mereka bertemu, mata pemuda itu melebar dan sebuah terkesiap kecil lolos dari bibirnya.
Wanita berambut merah itu sepertinya sadar, tapi tidak menunjukkan reaksi apapun. Masih terus menatap Ten.
"Aku tidak tahu siapa kau, dan aku juga tidak suka jika harus mencari masalah dengan kaumku sendiri," kata wanita itu, dia melirik Taeyong yang berdiri diam di tempatnya. "Tapi jika kau berniat menyakitinya, aku akan menghentikanmu. Aku tidak akan membiarkannya seorang manusia terluka oleh vampir jika bisa mencegahnya."