Sammy dan Hari Ibu - Part 2

400 28 8
                                    

PART 2

“Aah uuh…, nggak, lepasin… lepasin…, lepasin !!”

Dean terbangun dengan suara rintihan yang berasal dari sampingnya. Dean langsung tersiaga dengan igauan adiknya. Sam mimpi buruk

     “Sammy…, bangun… Sammy …”

     “Nggak! Lepasin…, Deee…tolong-in ! Dee…!!” Sam masih menggigau, belum terbangun dari mimpi buruknya.

Dean mengguncang-guncangkan tubuh adiknya. Cemas melanda, dia paling tidak suka melihat adiknya tersiksa dalam mimpi buruk.

    “Sammy !!??” terus mengguncang-guncang tubuh Sam.

    “DEEEEEE !!!!!!” tiba-tiba mata Sam terbuka lebar, dan menengok pada kakaknya, lalu menghambur ke pelukan Dean.

    “Deee, dikejar monster. Monsternya mau makan aku !!!!” serunya panik di pelukan Dean.

Dean tertegun sesaat sebelum dipererat pelukan adiknya, “Sssshhhhh, nggak ada…, nggak ada yang mau makan kamu, nggak ada monster yang ngejar Sammy… itu cuma mimpi, Sam.” Dean harus berbohong lagi untuk adiknya. Tentu dia tahu ada monster di luar sana. Ayahnya membasmi semua monster itu. Itulah pekerjaan ayahnya yang membuatnya pergi-pergi keluar kota untuk membasmi berbagai macam monster. Dean tahu itu. Ia sudah tahu sejak umur 8 tahun, dan tak perlu Sammy tahu sekarang. Masih terlalu kecil untuk adiknya ini tahu kenyataan di luar sana.

    “IYA!!” Sam bersikukuh melepaskan pelukannya.

    “Shhh, nggak, ada Sammy . Monster itu nggak ada,”

    “Ada! Dan Monsternya mau nangkep aku !”

    “Nggak Sammy, itu cuma mimpi. Dan kalaupun ada, monsternya nggak akan berani deket-deket kamu, karena ada aku. Monsternya takut sama aku.”

Sam terpancing, “Monsternya takut sama kakak?”

    “Iya! Karena aku akan lawan semua monsternya. Nggak ada yang boleh ganggu adikku!” seru Dean pasti menghibur adiknya.

Sam terkikik senang.

Dean tersenyum lega.

    “Kapan ayah pulang ?” tanya Sam lirih tiba-tiba.

    “Secepatnya. Besok kita telepon ayah, dan minta pulang besok .”

    “Bisa ?” Sam meragukannya.

    “Kita coba besok, minta ayah pulang besok.”

Sam terdiam, dan mengangguk.

Dean menghela nafas lega, “Dah, sekarang tidur lagi ….,” seraya menarik selimut menyelimuti tubuh kecil adiknya.  

     “Kak…, takut …,” suara lirih terdengar, dan meringkukkan tubuhnya di pelukan kakaknya.

Dean mempererat pelukannya, “Sshhh, jangan takut, aku di sini…. selama ada aku, nggak akan ada monster yang berani dekat-dekat kamu, apalagi ganggu kamu, ya …?”

Sam mengangguk percaya mengeratkan pelukannya, mencoba untuk tidur kembali dan yakin kakaknya akan melindunginya dari serangan monster apapun.

Dean menghela nafas penuh kelegaan sebelum ikut bermimpi bersama adiknya.

Bobby mendengar rintihan itu dari kamarnya. Sam bermimpi buruk. Secepatnya ia menuju kamar Dean dan Sam. Namun pemandangan indah menghentikannya saat hendak masuk ke kamar yang memang dibiarkan terbuka sedikit. Dean dengan sukses menenangkan adiknya dari mimpi buruk, dan bisa mengantarkan Sam kembali tidur. Tak cukup kata yang bisa ia gambarkan betapa bangganya sekaligus miris pada Dean. Bukan usianya untuk mengisi sosok orang tua yang dibutuhkan adiknya. Terlalu berat untuk dilalui anak umur 10 tahun.

Sammy dan Hari IbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang