Namaku Gita, umurku 17 tahun. Hari ini adalah hari pertamaku di SMA3. Aku pindah sekolah karena aku di tindas. Mama bilang sekolahku yang baru ini sangat bagus, tapi aku dengar, terkenal mempunyai banyak sejarah menyeramkan karena dulunya gedung sekolah itu bekas tempat peninggalan perang Belanda. Aku nggak takut, tapi kurasa aku harus waspada di SMA yang sekarang ini. Semoga aku bisa mendapat teman baru dan nggak ditindas lagi.
Aku membaca novel di kelas baruku, XI-B. Sekolah masih sepi, tapi lima menit kemudian, aku mendengar suara pintu kelas yang terbuka, di ikuti langkah kaki memasuki kelas, aku merasakan sesuatu yang sangat dingin dan mencekam berada di dekatku. Setelah kulihat siapa yang datang, ternyata hanya seorang siswi berambut pendek acak-acakan dan berpakaian kusut. Siswi berambut pendek itu duduk di kursi sebelahku, menyimpan tasnya di atas meja dan menatapku.
" Hai, lo murid baru ya?" tanyanya ramah. Aku mulai menatapnya dan mengangguk pelan.
" Salam kenal, nama gue Lina. Lo siapa?" siswi yang mengaku bernama Lina itu mengulurkan tangannya
" Aku Gita." aku menjawab uluran tangannya, kami bersalaman
" Kaku banget sih. Santai aja dong. Bahasanya jangan terlalu sopan gitu, gue bukan orang jahat," Lina tersenyum lebar. Senyumannya itu sangat manis, sepertinya dia adalah sosok yang baik. Saat murid lainnya belum datang, Lina mengajakku bicara. Bersama dengan Lina ternyata lumayan juga, aku mungkin bisa berteman baik dengannya.
Lama-kelamaan murid lain berdatangan. Tapi anehnya, aku perhatikan, seragam yang mereka kenakan terlihat tidak rapih, kusut atau pun kotor seperti seragam Lina. Kurasa hanya aku saja yang menggunakan seragam sesuai aturan.
TENG!!TENG!!TENG!! suara bel masuk berbunyi dengan kencang, aku langsung duduk rapih di kursiku, tapi. Aku melihat sekeliling, murid di kelasku nggak langsung duduk di kursi mereka masing-masing, melainkan membuat kelas berantakan.
Ada yang melempar pesawat kertas, membuat suara keras yang bising, makan, menjahili teman, menggosip. Semua yang mereka lakukan benar-benar melanggar aturan sekolah. Lagi-lagi aku seperti berbeda dengan mereka semua. Lima menit setelah bel masuk berbunyi, seorang guru laki-laki pun akhirnya datang ke kelasku dan mengabsen satu-persatu murid di kelas. Guru yang sedang berdiri di depan dan mengabsen, nggak menghiraukan pelanggaran yang dilakukan murid. Guru itu terus mengabsen dengan wajah mengantuk.
" Anggita Nadya," panggil guru itu. Aku langsung menjawab
" Hadir!" jawabku lantang. Guru itu tiba-tiba langsung menatapku dan berhenti membacakan absennya. Aku gugup, apakah aku melakukan kesalahan?
" Kamu murid baru di sini?"
" Iya Pak"
Guru itu terdiam sejenak. Setelah itu tanpa mengatakan apa pun lagi, guru itu kembali melanjutkan pengabsenannya. Jelas sudah, guru yang satu ini nggak mempunyai niat sama sekali untuk memperkenalkan diri. Aku nggak disambut baik sebagai murid baru.
" Ya, bapak sudah selesai mengabsen. Selanjutnya kalian keluarkan buku paket kimia dan kerjakan halaman 40." jelas guru itu yang lalu pergi ke luar kelas dengan lemas. Aku kebingungan melihatnya, bukankah seharusnya ada penjelasan tentang materi minggu lalu? Atau misalnya sedikit penjelasan materi bab hari ini? Aku berusaha nggak marah dan langsung membuka buku paket kimia halaman 40.
Saat kubuka, yang muncul adalah materi kimia yang sudah sangat lalu. Kalau nggak salah materi ini sudah kupelajari tiga bulan yang lalu di sekolah lamaku. Apa guru tadi nggak salah memberikan soal?
" Gita, lo ngapain buka-buka buku kimia jelek itu?" tanya Lina dengan bahasa kurang sopan. Aku nggak merespon. Lagipula apa yang harus aku katakan
" Haha gue cuma bercanda. Gue bantu lo ngerjain halaman 40 dari Pak Bram deh. Itu yang namanya teman kan? saling bantu." Lina merangkulku akrab. Dan sekarang aku sudah tahu nama guru yang tadi masuk ke kelas.
Sementara murid lain sibuk bermain dan mengobrol, aku dan Lina mengerjakan tugas yang diberikan Pak Bram. Kami mengerjakannya bersama-sama.
" Gita. gue udah selesai." baru 10 menit berlalu sejak kami mengerjakan soal masing-masing, Lina menunjukkan tugas yang sudah dikerjakannya dengan lengkap. Setelah kucek, ternyata dia menjawab benar dan lengkap semua. Aku memang nggak boleh melihat seseorang dari fisiknya.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE FRIENDS (Selesai)
HorrorGita. Si cewek yang ditindas. Sejak dia pindah sekolah, kehidupannya sudah lebih tenang. Kini dia tidak sendirian, temannya banyak, kehidupannya di sekolah baru sangat menyenangkan. Tapi, apa teman-temannya yang sekarang ini baik untuk kehidupan...