First Time

2.7K 16 1
                                    

[Alur mundur] 1993, sudut pandang orang ketiga

Suatu hari salah satu orang yang dihutangi nyiur, Bu Erna mendatangi nyiur. Ini sudah kali ketiga ia menagih hutangnya pada nyiur.

"Nyiur, bagaimana ini? Sudah tiga kali lho saya kasih kamu kompensasi waktu."

"Minggu depan ya bu, bener deh Nyiur janji minggu depan. Gaji nyiur InsyaAllah turun akhir bulan ini"

"Ah, dari kemarin-kemarin kamu juga janji bilang minggu depan terus tapi gajinya ga turun-turun"

"Kali ini saya janji beneran bu.."

"Nyiur, pabrik tempat kamu kerja udah gajelas gitu ngasih gajinya diundur-undur, ibu dengar gosipnya sih pabrik itu memang udah mau bangkrut. Kamu kan cantik, badan kamu juga oke, mending kamu jual diri aja sekalian. Saya ada teman yang punya pub."

"Astaghfirullah bu, Nyiur masih bisa kok cari yang halal. Saya janji minggu depan balikin uang ibu".

Hari demi hari berlalu, hingga tiba sudah puncak hutang piutangnya tak dapat lagi ditawar.
Entah bagaimana bisa kebetulan malam itu Bu Erna dan pemilik kontrakan datang bersamaan.

"Nyiur tanpa basa basi lagi, saya mau menagih biaya kontrakan. Sekarang sudah akhir bulan, kalau kamu selalu terlambat bayar seperti ini, lebih baik saya kontrakan ke yang lain"

"Nyiur, kamu juga kan sudah janji mau mengganti uang saya. Ini sudah minggu depan loh. Kemarin kamu sendiri yang nolak tawaran kerja dari saya karna yakin bisa ganti uang saya minggu ini, kan. Gimana? Udah ada belum?"

"Nak, mama sudah gaada uang.. bagaimana ya? Maafin mama ya nak. Kan mama sudah bilang, kamu gausah tebus obat mama. Sayang uang nya nak obat kan mahal"

Bagi Nyiur saat itu semua suara yang ia dengar bagaikan sambaran petir. Ia benar- benar sudah tidak dapat berpikir lagi. Mulutnya pun terasa kaku, sulit sekali untuk menjawab. Telapak kaki dan tangannya terasa amat dingin.
Benar- benar seperti terjebak di jalan buntu.

"Begini saja deh Nyiur, teman saya yang saya ceritakan tempo hari, ia benar- benar sedang butuh orang untuk kerja di tempatnya. Saya tawarkan ke kamu sekali lagi, kamu mau tidak? Kalo kamu mau, nanti saya titip ke dia biar kamu bisa langsung kerja. Gimana? Kalau kamu setuju, uang kontrakan dan hutang saya gausah kamu pikirin dulu, deh. Saya talangin dulu. Obat ibu kamu juga tebus aja buat satu bulan kedepan. Nanti kalo kamu udah terima gaji, baru kamu ganti ke saya semua nya."

"Baik bu, Nyiur terima tawaran nya."

Malam itu tanpa berpikir panjang, Nyiur menerima tawaran bu Erna. Ia tak peduli apa yang akan dipikir atau dirasakan ibu nya jika mengetahui tawaran apa yang baru saja ia ambil.

Seperti yang telah dijanjikan, beliau membayar uang kontrakan dan obat untuk satu bulan kedepan dengan uangnya dahulu.

Keesokan malam nya, Nyiur datang ke alamat pub yang sudah dikasih bu Erna. Tampak seorang laki-laki berumur kurang lebih 30an menunggunya di sofa depan receptionist.

"Kamu nyiur ya? Erna udah nitip kamu ke saya. Mari mari ikut saya"

Hanya mampu menjawab dengan anggukan, Nyiur dituntun ke sebuah kamar di lantai atas.

"Nah sekarang, sebelum kerja ditempag saya, kamu harus saya test dulu. Ayo saya bantu buka semua nya ya... Sini jangan jauh-jauhan,dong."

"Pak saya belum pernah ngelakuin ini."

"Kalau mau uang, yaudah diem nurut aja. Ini sambil saya ajarin, ya.. biar nanti client nya ga kesel kalo kamu terlalu polos dan gangerti"

'Demi uang.. ' pikir nyiur.
demi uang ia hanya menuruti apa yang diperintahkan. Malam itu terasa sakit.. Amat sakit.. Perih..
Bukan hanya fisik, tetapi juga hati nya.

"Aaah. Uuhhhh emmh. Aaaaaahhhhh........Pintar kamu Nyiur. Cepat mengerti nya."

'Semakin keras ia mengerang, semakin teriris hati ku mendengarnya.
Setiap pujian nya,  membuat diriku makin merasa rendah..'

"Oke juga. Mukanya oke. Bodi nya juga menjual lah. Main nya juga mulai oke.
kalo gitu, mulai besok kamu udah bisa kerja disini. Jam 10 malem udah harus sampe ya, jangan telat. Besok dandan yang oke, make up nya tebelin lagi sekalian. Baju nya besok ganti disini aja, saya udah sediain beberapa baju buat cewe- cewe sini" terang lelaki itu.

Nyiur kembali kerumah dengan perasaan tubuhnya baru saja hilang. Baru saja dihabisi. Air mata menetes sepanjang perjalanan pulang. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana ia pulang kerumah dengan tetap bersikap normal di depan ibunya.

Ia ingin segera sampai rumah dan mengunci diri di kamar dan meluapkan tangisannya diam-diam hingga tertidur..

Mulai esok, ia harus menelan kenyataan bahwa itulah pekerjaan yang akan ia jalani tiap malam nya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kupu Kupu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang