Merdeka

20 1 0
                                    

Tahun 1945, Indonesia dalam puncak-puncaknya pergerakan kemerdekaan. Bak sebuah melodrama yang penuh dengan bisikan-bisikan semangat, amarah dalam tatapan seorang penonton yang haru biru dalam memperjuangkan kemerdekaan, kini mereka tiba pada sebuah cerita. Ketika Soekarno dan Muhamad Hatta diculik ke Rengasdengklok. Malam itu suasana di rumah Laksamana Muda Maeda begitu mencekam. Semuanya telah yakin bahwa besok Indonesia pasti merdeka.

Aku hanyalah seorang yang tidak penting, seorang tukang pos yang ditarik-tarik oleh saudara sepupuku Soeyanto. Seorang pembantu yang bekerja di rumah Laksamana Muda Maeda. Aku belum pernah melihat tokoh yang selalu dieluk-elukan para pemuda itu. Sejujurnya aku sendiri tak mengerti tentang apa rencana mereka untuk membuat Indonesia merdeka. Yang jelas, aku hanya mengetahui bahwa malam ini mereka merencanakan sesuatu yang besar.

"Yanto!" panggilku. "Piye?"

"Tulung yo, kirimno surat iki nang Malang. Aku ora ngerti sesuk jik urip opo ora. Sing jelas, sesuk aku bakal melu uwong-uwong nang lapangan," kata Soeyanto.

"Lumayan angel lho mlaku nang Malang, lagian saiki lagi genting kondisine," kataku.

"Kau tahu bagaimana perasaanku kepada Yuyun. Kangen lan khawatir. Tapi sing jelas, aku yakin sesuk Indonesia merdeka. Tulung ya, iki surat isine aku bakal balik ke Malang bulan depan. Langsung aku akan melamar Yuyun," kata Yanto.

Ternyata ini surat cinta. Memang Yanto dan Yuyun sudah saling cinta sejak lama. Akulah orang yang menjodohkan mereka. Awalnya karena Yanto melihat Yuyun pada hari Raya Idul Fitri dua tahun yang lalu. Dia adalah salah satu pembantu di salah satu rumah di daerah Menteng ini. Rumah seorang berkebangsaan Inggris yang sangat disegani. Ketika Jepang datang, rumah itu masih dihuni namun pemiliknya pergi. Jadi hanya pembantu-pembantunya saja yang tinggal di rumah itu.

Percintaan Yanto dan Yuyun boleh dibilang sangat romantis. Kadang Yanto mengirimkan bunga mawar, walaupun gajinya sebagai kacung di rumah perwira Jepang ini tidak seberapa. Mereka selalu kirim-kiriman surat. Namun lima bulan yang lalu Yuyun harus kembali ke kampung halamannya di Malang. Ia pulang karena orang tuanya sakit keras. Yanto berjanji akan menikahi Yuyun setelah Indonesia merdeka dari cengkeraman penjajah. Sebuah janji yang romantis dan penuh ambisius. Perpisahan mereka bak film-film barat yang kadang diputar di layar tancap berwarna hitam putih. Aku yang jadi saudaranya pun jadi iri melihatnya.

Surat untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang