Malang

12 1 0
                                    

Aku dibangunkan oleh silaunya sinar matahari yang masuk melalui jendela. Buru-buru aku sholat Subuh, sekalipun telat. Sholat dalam perjalanan memang sungguh nikmat. Serasa lebih khusyu' daripada sholat di kampung halaman. Perjalanan panjang pun akhirnya berakhir juga. Kami sampai di Malang ketika matahari sudah terik.

Segera kami membawa barang-barang kami keluar. Berdesak-desakan sama seperti ketika kami berada di Karawang. Namun bedanya di sini pos penjagaan tentara Jepang agak longgar, entah kenapa. Kami buru-buru untuk menuju ke kantor tempat paket ini di tempatkan untuk sementara sebelum di distribusikan ke masing-masing alamat. Kami berhenti di sebuah Delman yang terparkir tak jauh dari pintu stasiun.

Setelah sepakat dengan harga kami pun naik delman itu sampai ke kantor pos. Langsung kami menurunkan barang-barang begitu sampai di kantor pos. Namun ternyata urusannya tak sekedar menurunkan barang-barang saja. Kita tetap harus mendata semua barang. Hingga akhirnya ternyata urusan ini lebih melelahkan daripada yang aku kira. Tepat sore hari kami sudah selesai.

Aku sempatkan diri untuk makan bersama kawanku sambil nunggu kereta yang akan berangkat malam hari nanti. Oh iya, aku hampir lupa untuk mengantarkan surat titipan Yanto ke Yuyun. Akhirnya setelah makan, aku mencari kendaraan yang kira-kira bisa untuk mengantarkanku ke sana. Dan aku pun bertemu dengan bapak penarik delman tadi.

"Pak, tahu alamat ini?" tanyaku sambil menunjukkan surat itu.

Bapak tua itu mengernyitkan dahi. "Tahu, tahu, aku ngerti panggone. Ayo!"

"Alhamdulillah pak, nggih cepet nggih, selak ketinggalan sepur!" kataku.

Delman pun melaju dengan agak cepat. Aku melihat bermacam-macam pemandangan di kota Malang ini. Kota yang sangat ingin dikuasai Belanda sejak dulu, karena menghalang-halangi mereka untuk menjajah negeri ini. Entah apakah rencana orang-orang yang berada di Rengasdengklok untuk kemerdekaan Indonesia ini membuahkan hasil atau tidak. Setidaknya berita tentang kemerdekaan atau apapun tidak tersebar di sini. Masyarakatnya diam saja.

Entah kenapa, aku sangat ngantuk sekali. Mungkin karena terlalu capek, hingga aku pun tertidur sebentar hingga pak kusir membangunkanku

Surat untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang