01

806 86 81
                                    

"Apa kau mencintaiku?" Si manis bertanya.

"Ya, tentu.." yang ditanya pun menjawab.

Si manis tersenyum merona. "Sebesar apa?"

"Hm.. Sebesar... gunung mungkin?" Antara yakin dan tak yakin kalau jawabannya tepat, ia memberikan nada tanya diakhir jawabannya.

"Kalau aku.. Tidak terhingga."
Si manis kian merona sekaligus merasa bodoh. Mengapa ia memberikan jawaban yang seperti itu.?
.
.
.
"Menikahlah denganku.."

"Ap_apa?" si manis merasa tak percaya.

"Jadilah masa depanku."

"Kau serius.?"

Meski tidak ada kata 'ya' didalam percakapan romantis nan singkat itu, sebuah cincin silver bermotif bintang sudah menjadi saksi keterikatan mereka.
Mereka saling mencintai, cukup perasaan yang bersuara.
.
.
.
"Apa kau bahagia?"

"Sangat."

"Jadi_ Bolehkah aku meminta 'hak' ku malam ini?" Aura menegangkan namun harmonis perlahan tercipta.

Si manis mengangguk malu-malu. Ini malam pertama mereka.
Dan semuanya terjadi begitu saja. Peluh-peluh yang berjatuhan, lenguhan, desahan, decitan ranjang, teriakan kenikmatan, membaur menjadi satu rasa indah tak tergambarkan.

Tidak ada nikmat dunia lain selain mendapatkan puncak tertinggi kenikmatanmu bersama orang yang sah, dan begitu dicintai.
.
.
.
"Apa ada hal lain yang kau inginkan selain dari semua yang telah kuusahakan untukmu?"

"Ada."

"Apa? Katakan itu."

"Aku ingin memelihara seekor beruang putih ditaman belakang rumah kita."

"Ya Tuhan. Terdengar sangat aneh. Tidak mudah untuk membesarkan sekor beruang sayang. Dia bisa mati sia-sia jika kau tak pandai merawatnya."

"Sayang. Percaya padaku. Aku akan berhasil dengan beruang 'kedua' ini. Aku akan menjaga dan menyayanginya seperti aku menyanyangi beruang 'pertama' ku."

"Apa-apaan itu. Kau sedang menyebutku?"

"Haha.."
.
.
.
Lagi..

"Kau mencintaiku?"

"Iya, mencintaimu tak terhingga. Selamanya." si manis menjawab penuh antusias.

"Apa itu sebuah janji?"

"Hmm.. bisa dikatakan seperti itu." si manis kembali menjawab dengan penuh keyakinan.

"Apa aku bisa memercayainya?"

"Tentu. Kau harus mempercayaiku seperti aku mempercayaimu." -Si manis
.
.
.
Terdengar muluk?

Memang. Bahkan setiap pasangan mungkin pernah mengucapkan kata-kata itu dikala kasmaran melanda hubungan mereka. Ada yang benar-benar berhasil membuktikannya, ada pula yang akan melupakan janji itu dalam sekejap mata disaat perasaan masing-masing sudah berbalik arah.

Maka dari itu, Junhoe yang begitu mencintai Yunhyeong-nya, selalu menanyai hal yang sama, setiap waktu, agar orang yang paling berharga dihidupnya itu tidak pernah lupa, bahwa mereka saling mencintai.
.
.
.
Karena sekarang, keadaannya sedikit berbeda.

Junhoe menduduki bangku yang tertata apik diteras rumahnya. Posisi dan susunannya masih sama, persis seperti dua tahun yang lalu. Mungkin perubahan hanya terdapat pada warnanya saja, yang lebih kusam dari sebelumnya.

Sesaat setelah ia duduk, seorang yang lain ikut duduk disana, tepat disebelahnya.

Junhoe melirik lelaki itu, lelaki yang bersandar dengan kedua mata terpejam dan sebelah tangan dengan jari yang menjepit pangkal batang hidung.

FALL TOO DEEP (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang