Gadis yang bernama Vina itu masih tertidur nyenyak, bahkan dia tidak sadar bahwa matahari sudah naik keatas. Dan dia melupakan satu hal, yaitu menjemput adik kembarnya di bandara.
Drttt... Drtttt...
He was a boy, She was a girl..
Can i make it anymore obvious?
He was a punk, she did ballet..
What more can i say?
Vina meraba-raba meja di sebelahnya, guna mencari ponsel miliknya yang berdering. Dengan wajah setengah ngantuk dan menguap lebar dia memencet tombol merah. Setelah memencet tombol itu, dia ingin tidur lagi. Tapi, sebelum dia tidur deringan dari ponselnya terpaksa membuatnya membuka mata dan ketika membaca si penelpon, Vina melongo dan segera mengangkat panggilan itu.
"JEMPUT GUE SEKARANG, GENDUT!" Teriak si penelpon kencang.
Vina menahan napas, dan setelah itu dia menghembuskan nafasnya ke dalam ponselnya tersebut dengan kencang. "Haaaa.... Rasain thu bau.. Gue enggak gendut, jelek. Haaa... Makan thu nafas." Berulang kali Vina membuang nafasnya, namun tidak ada artinya untuk si penelepon." Gue enggak gendut..." Teriaknya kesal.
"Who cares?!" Balas Vano -orang yang menghubungi Vina- "Wake up! Cpat jmput gue. Gk pke lma. Understand?"
Belum sempat Vina membalas ucapan kembarannya itu, Vino langsung memutuskan panggilan tersebut. "Sialan, nih anak. Semenjak tinggal di sana, sifatnya makin bar-bar. Kalau bukan karena adek gue lo, udah gue makan lo." Maki Vina pada layar ponselnya.
Vina menguap lebar dan kembali memejamkan matanya.Dan sebelum merebahkan tubuhnya, deringan dari ponselnya membuatnya batal tidur kembali. Sialan! Batinnya kesal.
Ting..Ting..
From : Vino Stupid
-Agkt bdn gde lo. Dan cpt JMPUT gue!-
Ting..Ting..
From : Vano Stupid
-Sialan. Gw udh bsn dsni cm nunggu lo. CPT!!-
Vina mendengus, "Apa-apaan itu. Nih, anak enggak ada berubah-ubahnya kalau nulis." Vina beranjak dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar miliknya dan sesekali menguap lebar tanpa tahu malu.
"Lihat aja ya, bakal gue lama-lamain jemput lo. Kayak kata lo, 'who cares'." Gerutunya.
Ketika menutup pintu kamarnya, perhatian Vita jatuh pada sebuah kertas berwarna pink, yang menempel di pintu kamarnya. Mengucek matanya, Vina pun membaca isi surat itu.
*Untuk Vina sayang*
- Jemput si adek ke bandara ya sayang. Jangan lama-lama bangunnya, kamu udah gede sayang, malu sama umur. Ingat, jangan lama jemput adek Vano. Nanti dia marah kan gawat. :D
Mama kebetulan ada job di butik hari ini, jadi mama enggak bisa jemput.
*Mama Kamu*
"Pantes rumah sepi." Ucapnya pelan.
Vina mencopot kertas itu, dan kembali masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap menjemput adik 'tercintanya' itu.
.
.
Tempat Lain
Seorang cowok remaja yang kira-kira memiliki tinggi 172, sedang duduk di bangku dan sesekali menggerutu tidak jelas pada ponsel yang di genggamnya.
YOU ARE READING
True Love Divina
Teen FictionDivina Agatha O'conner, gadis cantik dan menarik. Selain cantik, dia juga ramah dan baik. Dan langsung ceplas-ceplos kalau ngomong. Beda sekali dengan kembarannya. Devano Alvarez O'conner. Menurut, Divina, yang paling akrab di panggil Vina ini, Deva...