Typo masih bertebaran, kalau kalian melihatnya, komen yang typonya ya!
****
Hanna sedang duduk di taman kota saat matahari sudah empat puluh lima derajat condong ke arah barat.
Dia sedang menikmati angin segar dengan alunan suara tawa anak kecil yang sedang bermain di sekelilingnya.
Suasana ini lah yang selalu membuatnya tenang. Sudah sekitar 15 menit dia duduk di sana di temani sebungkus kacang kulit yang biasa ia bawa untuk memberi makan merpati.
Disinilah tempat dia mengasah indra pendengaranya, memfokuskan pendengarannya pada satu titik. Lalu menajamkannya, memaksa indra itu agar mendengar suara kecil sekalipun di antara suara yang lebih kencang.
Saat rutinitas itu terjadi, di dengarnya suara sepatu flat laki- laki mendekat. Dan semerbak bunga mawar memenuhi indra penciumannya.
Dia dapat merasakan napas berbau mint di sekitarnya. Seketika ia tersenyum.
"Aku tau kau ada di situ Al" senyuman Hanna menular pada laki- laki yang kini ikut duduk di sampingnya seraya memberikan seikat bunga mawar merah.
"Dari mana kau tahu itu aku Han, kita sudah hampir dua tahun tak jumpa, tapi kau masih tau itu aku. Apa yang sudah kulewatkan di dua tahun terakir ini?" Tanya laki-laki bernama Alan itu.
" sudah banyak yang ku pelajari selama beberapa tahun ini. Dan sebagai seorang sahabat kau tak ada di sampingku. Sahabat macam apa kau? " Hanna mengatakan hal itu sembari pura- pura merajuk.
"Hahahaaa... okay okay i'm sorry my angel. Akan aku lakukan apapun untuk menebus semua yang sudah kulewatkan deal?"
" deal " mereka berdua berjabat tangan.
"Dan terimakasih mawar merahnya Al"
"Kembali kasih. Aku heran dari mana kau tau itu warna merah?" Alan terheran- heran. Massa iya Hanna baru sekitar 6 tahun mengalami kebutaan, tapi dia sudah bisa membedakan bunga jenis apa itu.
" semua jenis mawar mempunyai bau yang berbeda, dan aku baru menghafal 3 jenis saja. Bunga ini salah satunya. Bunga yang sering kau dab dia berikan padaku " setelah mengatakan hal itu raut wajah Hanna berubah. Kesedihan menghampiri wajah cantik lembut gadis itu.
" ya kau benar kami berdua selalu memberimu bunga ini. Karena bunga ini sepertimu. Cantik dan menawan. Tapi juga pemberani seperti warnanya. Sudah lah hari sudah mulai gelap lebih baik ku antar kau pulang. Aku takut nanti kak Bian akan menendang bokongku kalau terjadi apa- apa dengan mu"
Hanna tertawa menanggapinya lalu ia bangkit dari sana. Alan memegang tangan kanan Hanna, karena tangan kirinya tengah memegang bunga pemberiannya. Tak lupa ia membawa tongkat hitam bergaris merah itu lalu melipatnya menjadi pendek.****
Alan tahu. Sudah banyak yang ia lewat kan tentang kemajuan hanna, sang sahabat yang ia cintai semenjak ia pergi ke negri orang. Ia bertekat akan mengganti waktu yang ia lewati itu sekarang. Ia akan terus berada di samping Hanna.
Malam ini Hanna dan Alan tengah menikmati angin dan suasana malam di teras samping rumah.
"Hann, apa kamu gak ada niat buat mencari pengganti dia?" Tanya Alan sambil menggenggam tanggan Hanna.
Hanna hanya diam mendengar perkataan Alan. Pikirannaya mengelana ke masa-masa saat Hanna masih bisa melihat.
"Nana.." panggil seorang pemuda yang tengah duduk di salah satu bangku yang tersedia di sekitar kantin sekolah di temani dua sahabatnya.
Gadis yang di panggil nana pun berlari kecil menghampiri sang pemuda dengan senyum merekah. Diciumnya pipi sang pemuda itu.
"Hay bebz, ko kamu masih pake baju penjas sih"
KAMU SEDANG MEMBACA
The voice of love
Short StoryOne shoot story 21+ Untuk orang dewasa *** Aku tak sempurna. Semua ini membuatku takut, saat aku mencintaimu di saat bersamaan aku juga akan kehilanganmu. Semua tak seperti yang kau kira, ini semua hanya semu... ※※※ Love at the first sight...