3. Hujan

356 21 1
                                    

Esok paginya, kubuka gorden dan jendelaku, kicauan burung menyambutku hangat setiap pagi, dan hari ini langit sedikit mendung. Hari ini tanggal merah, aku berdoa semoga hari ini hujan, agar aku bisa bermain di bawah tetesan air hujan. Aku turun ke lantai satu untuk sarapan, padahal aku belum mandi, toh nanti juga mau mandi hujan kan?
Iya, kalau hujan.

"Pagi bi" kataku dengan malas

"Eh pagi neng alisa" katanya sambil tersenyum

"Mau sarapan roti atau nasi neng?"

"roti aja deh"

"okee siap"

Jangan tanya kenapa bibi memanggil aku 'neng' bukan 'non' karna aku yang memintanya, aku tidak suka di panggil non, jadi aku menyuruhnya memanggil aku neng.

***

Pukul 12.25 siang, tuhan mendengar doaku, tetesan air hujan mulai jatuh, membasahi genting, rumput, dll. Hujan, entah kenapa, aku senang jika mendengar kata Hujan. Hujan membuat hidupku menjadi lebih tenang. Pelangi yang datang setiap kali sesudah hujan membuat hidup ini lebih indah dan berwarna. Aku senang, Menikmati hidup di bawah air hujan, Menikmati setiap tetes air hujan yang membasahi tubuh. Kita bisa belajar dari hujan, Dia rela datang lagi, meskipun tau rasanya jatuh berkali-kali. Sekarang aku sedang menari, menari di bawah air hujan, bersama angin. ku gerakkan kaki ke kanan ke kiri, dan sebaliknya, sambil memejamkan mata, dan menikmati semuanya.

Tak terasa, hujan sudah berhenti, dan aku pun sudah mandi. Saat ini aku hanya sedang menunggu datangnya pelangi. Langit masih mendung, angin pun masih kencang, hari ini sejuk sekali, tidak seperti kemarin. Hari ini pikiranku tenang.
"Terimakasih tuhan, kau telah mengabulkan do'a ku."

Pukul 13.10 Pelangi belum juga muncul, aku mendengus sebal.
"Lebih baik aku menunggunya di kamar."

Aku menunggunya, sambil memandang keluar, jendela ku buka lebar, banyak burung yang berlalu lalang terbang kesana kemari, aku tersenyum, dan pikiranku kembali mengingat dia.

Sudah satu jam aku menunggu, pelangi tidak muncul, aku memutuskan untuk berbaring di tempat tidur sambil membaca novel dan memakan cemilan yang bibi bawakan tadi.
Tak terasa aku sudah tertidur dengan pulas.

***

Pukul 20.10 Malam, Bunyi petir bergemuruh menemani malamku yang sangat sepi. Aku sekarang berada di teras rumah, sedang memandangi hujan yang turun lagi, memandangi bintang yang selalu setia dengan langitnya, begitupun dengan bulan. Aku sekarang hanya di temani oleh segerombol nyamuk yang sudah berkerubung di atas kepalaku, apakah malamku akan terus seperti ini? Ah, memikirkan itu hanya membuat aku pusing saja. Aku berharap aku bisa mengatasi hari, melewati masalah demi masalah yang ku alami.
Hufftt.
Seandainya dia ada disini, walaupun sebentaaarrr saja, akupun sudah merasa sangat bahagia. Mungkin orang menganggapku sedang baik-baik saja, namun nyatanya tidak. Dan bisa dibilang keadaanku sangat buruk. Aku ingin menceritakan ini semua kepada mereka, kepada teman-temanku. Tapi aku mengurungkan niatku itu, lebih baik aku pendam saja, dan biarlah, hanya aku dan tuhan lah yang tau. Aku selalu berdoa, dan meminta kepada tuhan, untuk menghadirkanmu disini, disampingku, Walaupun hanya sekejap saja. Tapi seprertinya itu sia-sia. Yang bisa ku lakukan sekarang adalah, memandangi bintang bintang yang masih tetap setia dengan langitnya, dan akupun sudah dibuat iri oleh mereka.

***

Tbc...

Mimpiku Menjadi KenyataanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang