That's About Someone [2]

3.7K 349 114
                                    

"Sasuke, lepas!" Sakura berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Sasuke. Namun lelaki itu malah makin mengeratkan genggamannya dan menuntun Sakura ke sebuah tempat.

"Aku tahu kau marah, aku minta maaf. Soal kemarin, aku-"

"Sudahlah, Sasuke. Tidak usah dibahas," potong Sakura cepat, ia sudah lelah membahas ini. "Lebih baik kau pikirkan sendiri nasibmu di sini. Aku tidak bisa membantumu, tapi aku cuma bisa berharap-"

"Cerewet." Sasuke langsung menyentil jidat Sakura gemas. "Aku bisa mengurus urusanku sendiri. Tidak usah ikut campur."

Sakura langsung memasang wajah kesal, tapi ia juga merasa gemas dengan ucapan Sasuke barusan.

"Siapa juga yang mau mencampuri urusanmu? Aku tidak mau berurusan dengan orang bodoh sepertimu," timpal Sakura yang lagi-lagi membuat Sasuke kembali menyentil jidatnya untuk yang kedua kalinya.

"Bodoh tidak apa-apa, yang penting tampan." Sasuke menyeringai nakal. Ia menatap Sakura dengan penuh percaya diri.

Sakura hanya diam, menatap Sasuke penuh prihatin. Seperti inikah Sasuke yang sebenarnya? Yang menyimpan banyak masalah, namun ia tutupi dengan sikapnya yang santai. Seberapa banyak luka yang disimpan Sasuke seorang diri? Apakah dia punya untuk tempat berbagi? Ah, entahlah.

"Jadi ini caramu ya, Sasuke?" gumam Sakura pelan, yang dengan tidak sengaja Sasuke mendengarnya. Namun ia kurang memahami maksudnya.

"Hm, cara? Cara apa?"

Sakura mendengus pelan. Ia pun berniat pergi dari sini. "Caramu bertahan hidup," ujar Sakura sebelum ia pergi.

"Caraku bertahan hidup?" Sasuke menatap kepergian Sakura di depan sana. "Yah, seperti inilah aku hidup. Aku hebat, 'kan?"

[*]

[*]

[*]

Neji menatap Sasuke khawatir. Pasalnya, sedari tadi Sasuke tengah sibuk mengemasi barang-barangnya di kamar. Haruskah Sasuke keluar dengan cara seperti ini? Bukan, bukan itu yang Neji khawatirkan. Namun, ikatan persahabatan mereka lah yang Neji khawatirkan.

"Kenapa kau tidak memberontak, Sasuke? Kau... maksudku, kau itu 'kan Uchiha Sasuke. Kau bisa melakukan segalanya," ujar Neji berbelit-belit, penuh emosi.

Sasuke terkekeh mendengar ucapan Neji yang terdengar amat khawatir itu. "Kalau aku mau, malah aku yang akan mendepak Danzo dari sini. Tapi aku sudah malas, lelah."

"Lalu Sakura? Mau kau apakan dia?" tanya Neji yang membuat Sasuke langsung terdiam.

Sasuke mendengus. "Aku meninggalkannya, tentu saja," celetuk Sasuke tak peduli. Neji mendecih.

"Hei, Sasuke. Aku tahu itu, rencanamu adalah membuat Sakura jatuh cinta padamu," ujar Neji pada akhirnya. "Tapi sekarang sudah tidak lagi berguna, 'kan? Kau akan keluar, dan gelar itu bukan tujuanmu lagi."

Sasuke tersenyum. Ya, ucapan Neji benar. Semua sudah tidak berguna lagi. Memang ini rencananya. Ia ingin terlepas dari perjanjiannya dengan Danzo tahun lalu. Tidak ada cara lain, Sasuke harus menggunakan Sakura sebagai pionnya.

"Hm, maka dari itu, aku lebih baik keluar. Hitung-hitung sebagai penebusan dosaku pada Sakura," ucap Sasuke apa adanya, namun sepertinya ucapan Sasuke itu terdengar kurang ajar di telinga Neji.

Neji langsung maju dan meraih kerah baju Sasuke, lalu ia menariknya kasar. Neji menatap Sasuke sengit.

"Sasuke! Sadarkah kau dengan semua ini? Sakura... dia mulai menyukaimu! Tapi kau malah dengan santainya ingin pergi dengan berpikiran ingin menebus dosa? Bodohnya kau, Sasuke!"

Sasuke tertawa kecil. Dengan santai, ia melepaskan tangan Neji dari kerahnya. Kemudian Sasuke menatap sahabatnya itu dengan tatapan pura-pura kesal.

"Hei, kalian berdua sama saja, ya? Mengataiku bodoh berkali-kali. Iya, aku memang bodoh. Jadinya aku melakukan semua ini, puas?" ujar Sasuke main-main. Neji mendengus kesal, Sasuke selalu menganggapnya tidak serius.

"Aku tidak habis pikir denganmu, Sasuke." Neji memijat pangkal hidungnya penuh frustasi.

Sasuke hanya menghendikkan bahunya tak acuh. "Maka dari itu, jangan mengajak orang bodoh berbicara."

[*]

[*]

[*]

"Mau apa kau, Bodoh!?" tanya Temari ketus melihat kedatangan Sasuke ke sini.

Sasuke mendengus kesal mendengar umpatan Temari. "Kalian semua sama saja, selalu mengataiku 'bodoh'. Memangnya aku kelihatan bodoh, ya?"

Temari mendelik tidak suka. "To the point, Sasuke. Sakura tidak mau bertemu denganmu," ujar Temari masih ketus.

Sasuke melihat ke arah pojokan perpustakaan. Di mana Sakura tengah duduk di sana, sambil sibuk membaca buku. Entah dia benar-benar membaca atau sekedar pura-pura.

"Ah, sayang sekali," ujar Sasuke merasa kecewa. "Padahal aku mau pamitan. Apa dia tidak ingat ini hari apa? Aku-"

"Maka dari itu, dia tidak ingin bertemu denganmu!" bentak Temari benar-benar tidak habis pikir dengan Sasuke yang tidak peka terhadap keadaan.

Sasuke menghela napasnya pelan. Benarkah dengan apa yang dikatakan Neji tadi malam?

"Temari, apa Sakura benar-benar mulai menyukaiku?" tanya Sasuke serius, benar-benar ingin tahu.

Temari yang mendengar itu, tentu saja langsung menggeram kesal. "Pikir saja sendiri!"

Sasuke terkekeh pelan. Ternyata benar dengan yang Neji katakan tadi malam.

"Ah, begitu. Bilang padanya, aku minta maaf," ucap Sasuke seraya menatap Sakura di pojok sana.

Secara tidak sengaja, Sakura mendongak dan matanya bertemu dengan mata Sasuke. Menyadari itu, Sakura langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

Sasuke tersenyum kecut. Ya, ia menyerah mengenai Sakura. Lebih baik ia pergi dari sini. Di saat dirinya hendak pergi, ucapan Temari membuatnya terhenti sebentar.

"Dia hanya ingin agar kau tetap bertahan, walau hanya sebentar saja."

[*]

[*]

[*]

"Ah, Kakashi-sensei. Pasti kau akan merindukanku nanti. Tenang saja, aku akan sering-sering mengunjungimu kalau perlu," celoteh Sasuke ketika sampai di ruang BK. Barang-barang Sasuke sudah dibawa ke sini.

"Tidak, terima kasih, Sasuke," jawab Kakashi datar.

"Hm, apa tidak ada acara pelepasan atau semacamnya? Apa Tuan Danzo tidak ingin melihat kepergianku?" celoteh Sasuke lagi, membuat Kakashi mendengus kesal.

"Dia sebentar lagi akan kemari. Kau... eh, Tuan Danzo?" Kakashi terkejut dengan kedatangan Danzo yang tiba-tiba. Begitu pun dengan Sasuke.

Ekspresi Danzo sangatlah kacau, kalut, seperti tertekan. Ia menatap Sasuke sengit, seakan-akan dialah penyebab dari semua ini.

"Batalkan itu semua. Biarkan Sasuke belajar di sini," ucapnya sinis. Kakashi dan Sasuke terkejut mendengarnya.

[*]

[*]

[*]

HIV-Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang