1b

13 2 0
                                    

"AWWW!" ringis Kinar sambil memegang pergelangan tangannya yang Wira cubit tadi.

"Sakit,Wira!" teriak Kinar lagi.

"Ya, lagian lo ngapain bekep mulut gue. Lo kira tangan lo gak bau apa." ujar Wira sinis.

"Jangan bikin gue berkata kasar ya,Wira." balas Kinar sinis.

"Ngapain lo pake bekep bekep gue tadi?" tanya Wira.

"Ya lo gila. Ngapain panggil Mbok Minah. Kasian kali. Biarin Mbok Minah istirahat. Lagian bikin indomie doang, ngapain harus panggil Mbok Minah. Dasar manja." ujar Kinar.

"Yaudah, sana lo masak sendiri. Lo taukan dapur gue dimana. Masakin gue juga satu ya." balas Wira dengan mengacungkan 1 jarinya.

"Dasar. Yaudah gue yang masak. Mau rasa apa lo?" tanya Kinar yang pasrah karena ia sedang sangat lapar dan tak mau berdebat dengan Wira. Kinar sudah sangat kelaparan.

"Ayam kari aja. Pake telor ya." ujar Wira seraya membereskan PS-nya.

"Idih,najis. Pake telor. Gendut baru tau rasa lo." decih Kinar.

"Gue mah olahraga ya, jadi gamungkin gendut. Udah sana banyak cingcong ih. Cepet, gue udah laper." ujar Wira.

Kinarpun tanpa ba bi bu. Ia langsung berjalan ke arah dapur rumah Wira. Kinar sudah tau seluk beluk rumah Wira. Rumah Wira sudah dianggap sebagai rumah keduanya. Dari kecil, Kinar suka sekali dititipkan dirumah ini.

Mama Kinan selalu menitipkan Kinar kerumah Wira jika Mamanya ada urusan. Keluarga Wira juga sudah menganggap Kinar sebagai anaknya sendiri. Begitu pula, Wira dikeluarga Kinar.

Dulu saat masih SD, Kinar dan Wira suka menghabiskan waktu di rooftop rumah Wira. Bukan rooftop sih, lebih tepatnya genteng rumah Wira. Mereka sama sama suka menatap langit. Terutama Kinar. Tetapi karena sekarang mereka sudah mulai beranjak remaja. Mereka sudah jarang melakukannya.

Sekarang mereka memilih balkon. Entah di balkon rumah Kinar atau rumah Wira.

Setelah Wira selesai merapihkan PS-nya. Ia langsung pergi menuju ke dapurnya untuk melihat Kinar disana.

"Jangan berantakin dapur gue ya. Nanti Mama ngomel." ujar Wira tiba-tiba disamping Kinar.

"Bodo amat. Tinggal bilang ke Mama Ira kalo lo yang berantakin. Biar lo yang kena omel." balas Kinar sengaja.

"Dih. Makin gede kok, lo makin nyebelin. Gini gini gue kakak kelas lo. Sopan dong." balas Wira tak mau kalah.

"Idih. Sopan sama lo? Males banget. Jangan banyak bacot ya lo. Kalo lo sekali lagi bacot. Lu lanjutin aja sendiri masak indomie lo." balas Kinar sewot.

Wira-pun diam tak membalas. Ia diam dan menatap ke gadis disampingnya. Ia sangat suka melihat Kinar sewot dan mendumel seperti ini.

"Udah belum? Lama banget bikin indomie doang." ujar Wira.

"Bawel ya lo. Ini udah." ujar Kinar sambil menuangkan Indomienya kedalam mangkuk.

"Wir, makan di balkon aja yuk." cetus Kinar yang masih menuangkan indomienya.

"Yaudah. Udah belum mie nya? Sini kalo udah gue bawain." ujar Wira.

"Idih. Tumben baik. Gini terus dong!" ledek Kinar.

"Gue baik salah, ga baik ngedumel. Maunya apa sih lo?" balas Wira.

"Yaudah bawa tuh indomienya. Gue mau ngambil minum dulu di kulkas." ujar Kinar dan Wirapun langsung bergegas kelantai 2.

Kinar yang masih harus membersihkan panci yang tadi ia kenakan membuat Indomie. Setelah itu ia mengambil 2 gelas dan 1 botol minum yang ia ambil di kulkas Wira.

***

"Lo bener bener kelaperan apa gimana sih,Ki?" tanya Wira yang sedang melihat Kinar memakan indomienya dengan sangat lahap.

Kinar hanya mengangguk, ia masih melanjutkan melahap indomienya

"Laper sih laper. Tapi jangan gitu juga kali makannya." ujar Wira sambil mengenyampingkan helaian rambut Kinar ke belakang telinga yang terlihat menganggunya saat makan.

"Makasih,Wila." balas Kinar dengan panggilan Kinar saat masa kecil.

Terjadi keheningan karena masing masing sedang menyantap makanannya.

"Ki, kalo lo udah punya pacar harus bilang bilang ke gue ya." ucap Wira tiba-tiba.

Kinar hanya menatap Wira aneh. Wira yang merasa mungkin ia mengatakan sesuatu yang salah langsung berusaha menjelaskan ke Kinar.

"Ya, enggak. Biar kalo dia ngapa-ngapain lo, jahatin lo gitu mungkin. Terus bikin lo galau terus lo frustasi terus lo tiba tiba minum baygon kan jadi gue bisa hantemin dia." jelas Wira.

"Ya gak minum baygon juga kali,Wir. Gue masih sayang sama nyawa gue." balas Kinar langsung.

"Yeu sok sayang nyawa lo. Tapi gue beneran serius kali ini,Ki." ujar Wira.

"Iya,Wiraku sayang. Yaelah, hal sekecil apapun aja gue cerita sama lo. Masa iya gue punya pacar ga cerita cerita sama lo. Lo kan the one and only tempat curhat gue selain mama gue." balas Kinar dengan menyantap kuah sisa terakhirnya.

"Itu berarti bukan the one and only kalo Mama lo termasuk juga, bodoh." ujar Wira sambil menatap Kinar yang sedang memasang cengirannya.

"Lo juga ya,Wir. Harus kasih tau gue cewek yang lo suka nanti. Sekalian kenalin ke gue." ujar Kinar.

"Buat apaan gue ngenalin ke lo?" tanya Wira.

"Ya, buat ngasih tau keburukan lo ke dia. Terus dia ninggalin lo deh. Biar lo gak laku laku dan jomblo selamanya." ledek Kinar sambil tertawa.

"Sialan lo, Ki aki." balas Wira kesal.

"IH. WIRA SABLENG!" teriak Kinar kesal.

UNAVAILABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang