Diary of a Fat

55 5 2
                                    

Dear my dearest diary,

Semoga Max dan kawan-kawannya tidak mencurimu lagi dariku. Mereka memang senang sekali membullyku, padahal aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun kepada mereka.

Apakah karena aku g e n d u t ?

Dear my dearest diary,

Entah aku harus bercerita darimana. Aku membenci diriku sendiri. Aku sangat membenci badanku yang seperti gentong berjalan. Sudah banyak yang aku lakukan agar aku bisa kurus seperti remaja perempuan lain di sekolahku.

Namun semua gagal.

Ibuku selalu bilang aku cantik. Ya, dengan kulit seputih susu, mata cokelat belo dan hidung yang mancung pastilah aku sudah menjadi primadona di sekolah. Kecuali jika lemak di tubuhku ini menumpuk dan membuatku terlihat seperti gumpalan lemak yang berlari mengejar bola saat pelajaran olahraga.

Aku tahu yang mereka pikirkan setiap pelajaran olahraga. Mereka berharap aku tidak masuk sehingga akutidak akan masuk salah satu kelompok mereka. Tapi aku selalu masuk. Salah satu perjuanganku agar kurus dan membakar lemak di tubuhku.

Namun, Max selalu menghancurkan segalanya. Hari ini, dia dan kacung-kacungnya mempermainkanku. Lagi.

Ketika aku sedang berlari mengejar bola dengan badanku yang seukuran gajah ini, Max dengan sengaja mengulurkan kakinya, membuatku terjatuh dengan bedebum yang keras. Dan dengan kurang ajarnya, mereka bergoyang-goyang aneh seolah terjadi gempa dan membuat semua orang di lapangan tertawa.

Kalian tidak bisa membayangkan betapa malunya diriku saat itu. Yang aku ingat, aku langsung berlari ke toilet dan mengunci diriku di sana hingga bel sekolah berbunyi. Aku sama sekali tidak berani keluar hingga semua anak di sekolah pulang.

Dear my dearest diary,

Yang tidak mereka tahu tentangku adalah; aku selalu berusaha untuk kurus. Aku pernah mengikuti berbagai macam diet dari yang kau tahu hingga sama sekali tidak pernah kau dengar sama sekali.

Dari mulai diet vegetarian, hingga diet yang memaksamu untuk memakan lemak sebanyak-banyaknya untuk melawan lemak tubuhmu (Well, aku sama sekali tidak tahu bagaimana cara kerjanya, aku hanya melihatnya dari internet). Dan yang terparah, tidak makan 7 hari berturut-turut.

Setelah itu, aku langsung dilarikan ke rumah sakit dan mendapat infus dan segala macamnya untuk menaikkan lagi gizi tubuhku. Well, aku emang berhasil turun 5 kg saat dietku yang terakhir itu, tapi naik menjadi 7 kg setelah aku pulang dari rumah sakit.

It's suck.

Dear, my dearest diary,

Tekanan yang aku dapatkan pernah hampir membuatku anoreksia. Aku pernah sangat membenci makanan yang masuk ke tubuhku hingga aku selalu memuntahkannya lagi. Seperti itu hingga lagi-lagi aku harus masuk rumah sakit dan terapi ke psikolog untuk mengobati jiwaku yang mulai gila.

Aku terus berpikir, kenapa aku tidak hidup di abad pertengahan saja? Dimana orang gemuk dianggap lebih cantik daripada mereka yang hanya tulang terbungkus kulit. Kenapa dunia tidak bisa menganggap orang gemuk itu seksi dan terus menganggap jika mereka yang kekurangan lemak di tubuh dan memiliki dada dan bokong tepos lebih baik daripada kami yang gemuk?

Kenapa model Victoria's Secret haruslah perempuan yang bahkan, hey! Aku tidak bisa melihat belahan mereka pada lingerie seksi itu!

Hell. The world must be so racist.

Mereka membuat ukuran dan menghakimi siapa saja yang tidak sesuai dengan standar mereka. Mereka tidak pernah bisa melihat perjuangan, yang ada di otak mereka hanyalah hasil.

Dan dunia itu tidak adil.

Tapi, apakah jika semua orang mengatakan dunia itu tidak adil, apakah berarti dunia itu memang benar-benar adil?

Oh, aku ngelantur. Yang jelas, aku sudah muak dengan mereka. Aku marah dengan mereka yang selalu mengolok-olok tubuhku. Jika mereka tahu, aku tidak pernah menginginkan memiliki tubuh seperti ini.

Maafkan, aku hanya terlalu terbawa suasana. Salahkan Max yang tadi menggangguku lagi. Hey! Dia menyemprotku dengan saus tomat saat aku sedang memakan sandwich isi tuna favoritku di kantin tadi siang.

Oh, itu menyebalkan. Dan aku benci saus tomat.

Dear, my dearest diary,

Apa yang telah mereka lakukan sudah sangat keterlaluan. Sungguh, aku sudah sangat muak dengan semua cemoohan orang-orang berbadan tulang terbungkus kulit itu.

Besok, aku akan ke sekolah, menemui Max dan kacung-kacungnya. Hah, aku heran mengapa diriku yang sebesar ini bisa takut dengan Max yang besar badannya tidak lebih besar dari pahaku dijadikan satu.

Aku akan menonjoknya. Tepat di mukanya yang sombong itu. Setelahnya, aku tidak peduli lagi apa yang akan terjadi.

Mungkin besok kalian akan bertemu denganku. Mungkin tidak.

Well, hidup tidak ada yang tahu, bukan?

Words : 700

The Diary of a Fat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang