satu

27 4 18
                                    

Loving can hurt
Yeah you should know bout it
Before it let you down.

Dio

***

Aku berjalan lambat di trotoar menuju sekolahku. Jas almamater kuning ini, terasa membanggakan melekat di tubuhku yang menurut orang-orang cukup berbeda dari gadis-gadis korea kebanyakan. Tentu saja, Dad asli Aussie dan aku sebagai anaknya tentu memiliki gen terbaik darinya.

"LION!" Gosh, aku terkaget saat temanku menggaet leherku dari belakang. Menyebalkan sekali sih, tapi tanpa aku pedulikan kelakuan menyebalkannya barusan, kami pun akhirnya berjalan bersama menuju SOPA Senior High School.

Aku memandang gadis di sampingku sedikit kesal lalu setelah melihat senyum rekahannya yang menunjukan wajah geli, aku pun ikut tertawa.

"Masih pagi Singa, udah ngelamun aja di jalan. Kesambet apaan coba? Kesambet Jungk- mppphhhhh."

Mulut Chaerin memang kadang perlu dihantam batu hhfff. Sontak saja tanganku menggapai mulutnya untuk tidak meneruskan kalimatnya yang terpotong. Jika saja tidak kulakukan maka ... hah lupakan saja.

"Bisa diem ga? Malu di liat orang," ujarku sambil menghembuskan napas kasar lalu kulihat wajah Chaerin yang malah kesenangan melihat reaksiku tiap kali dia menggodaku dengan nama yang belum sepenuh nya ia ucapkan barusan itu.

"Pagi, Kak Lion, Kak Chaerin." Aku kemudian tersenyum kilas ketika adik kelas yang juga ada di kelas Rapp yang kuketuai menyapaku dan Chae.

"Iya, Pagi Rain," basa-basiku lalu ia pergi meninggalkan aku dan Chaerin.

Chaerin mendekat ke arahku membuatku harus sedikit membungkuk agar mendengar bisikannya.

"Heol. Gadis itu pindahan 'kan? Yang tau-tau pacaran sama Suga."

Apaan lagi. Mana mungkin aku tahu. Aku saja baru mengenal Rain sehari yang lalu, saat aku iseng datang untuk mengontrol anak Rapp.

"Ga kenal ah. By the way, laper Chae ... kantin yuk?" ujarku sambil menyentuh perutku sambil mengusap-usapnya. Dan seketika Chaerin sahabatku ini langsung menggaet leherku lagi—walau agak kesusahan karna tubuhku lebih tinggi—dan kami melangkah bersama menuju kantin sebelum masuk ke kelas.

***

"Gila, Chae. Bohay anjir. Dapet dari mana lu?" Aku mendengar Taehyung, teman sekursiku yang kini mengobrol dengan kami—aku dan Chaerin. Hah sudah biasalah dua anak itu, pasti mereka membahas soal sunbae-sunbae kami yang sudah lulus yang kini telah menjadi idol terkenal sekarang. Dan soal 'bohay' itu, pasti mereka membicarakan soal taruhan konyol mereka.

"Berisik pada ya. Makan kuy elah. Mphii beliin ramen dong," ujarku dengan nada memelas.

"Idihhhh, beli sendiri sono, Macan. Palakin aja ade-adean lu," ujarnya seenteng tubuhnya. Dia kira aku ini Preman Pasar apa.

"Mocan, macan. Gua gigit beneran lu ya. Kalo bokek mah, ga usah pacarin temen gue! Sono lu pegi sono!"

"Yee batu ... Beb, getok boleh ga?" ujar Taehyung kepada Chaerin.

Chae rin langsung memberikan death glare yang seketika membuat Taehyung memberikan V-sign dan aku yang kemudian bertepuk tengan menyatakan kemenangan telakku dan Chaerin ikut tertawa di sampingku mengingat kekonyolan yang kami buat.

"Liona, Nanti angkatan lu kumpul ya." Kak Kwanghee, seniorku di Klub Rapp tiba-tiba menyentuh punggungku dan seketika aku menganggguk saja mengiyakan.

"Masih aja nurut sama tuh banci, Yon." Taehyung bicara padaku. Sumpah demi apapun, jika saja Taehyung bukan teman chairmate-ku, juga bukan kekasih dari sahabatku, sudah kucincang anak ini dari dulu. Habis, ia selalu saja memanggil namaku dengan seenak jidatnya.

"Banci, banci. Gitu-gitu, om-om nya banyak ege, eeeh," ceplosku dan kemudian guyonanku itu membuat kami semua tertawa bersama lagi. Taehyung dan Chaerin adalah teman terdekatku di kelas. Kami saling mengenal dekat sejak kelas 10, dan di kelas 11 ini, Taehyung dan Chaerin memutuskan untuk berkencan.

Aku tertawa, tak lama langsung terdiam ketika mataku menemukan seorang lelaki yang menyita perhatianku, sedang mengobrol dan tertawa bersama temannya.

Desiran-desiran kecil itu datang di hatiku. Bahkan aku senang hanya untuk melihat senyumnya yang merekah itu. Hffft Lion ... dia hanya adik kelasmu! benar, aku hanya bisa memandanginya tanpa berani mengajaknya berkenalan. Padahal, rata-rata orang di seluruh sekolah mengenalku yang bahkan, Pak Sung yang notabenenya tukang sapu-sapu sekolah pun mengenalku. Tapi lelaki ini, lelaki yang bahkan selalu menyapu pandanganku agar terus tertuju padanya, membuatku seakan lupa akan diriku yang sesungguhnya.

Mata kami bertemu.

DEG.

Matanya memukau. Astaga ... Lion sadar, kau ketahuan lagi.

"Singaku, mending coba kirim surat deh, secret admirer gitu biar kaya orang-orang haha."Aku mengernyit menatap Chaerin dengan sebelah alis mataku. Apa dia gila? Aku mana mungkin berani haha, Ketahuan sedang diam-diam menatapnya saja, aku malu setengah mati. By the way, Jika kalian bingung mengapa Chaerin memanggilku Singa, alasan nya pasti kalian tahu. Namaku Liona dan dia senang memanggilku hanya 'Lion' yang artinya Singa.

"Mana mungkin dia mau melakukan itu, Chae. Mungkin saat lelaki yang di kiriminya surat itu, membaca surat darinya, ia akan langsung terkena heart attack, dan dia akan berhenti sekolah, ketakutan karena di sukai ol—AAwwwww sakit, Yon!"

"Ngomong dioyak woy. Huh, emang segitu nyeremin apa gue," ujarku lalu menghentikan cubitanku padanya. Mungkin karena ketegasanku di kelas Rapp, Anak-anak, dari mulai kakak kelasku hingga adik-adik kelas, dan bahkan guru-guru pun menganggapku anak yang tomboy. Padahal aku ini gadis tulen hiks. Karena ingin memesan minuman, aku membalikan badanku dari kursi dan baru saja aku akan berjalan, seseorang melewatiku.

"Misi."

"Iya." Ehh tanpa sadar aku menjawabnya. Sepertinya aku baru melihat orang yang barusan melewatiku. Chaerin yang kini duduk di belakangku tiba-tiba menarik kemejaku ke belakang.

"Itu tuh orangnya, lu liat ga?"

"Iya liat," dustaku. Padahal aku tak peduli karena yang kupikirkan saat ini hanya Jeon Jungkook. Ya ... lelaki yang kupikirkan selama ini hanya lelaki lugu itu.

To be continued

Loving Can HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang