Kelam

85 0 0
                                    

Tuhan
Kepada-Mu ku ingin mengadu
Atas belati dan samurai yang mereka lemparkan kepadaku

Apa salahku?
Apakah aku telah membuat kesalahan yang tidak termaafkan?
Kelahiranku kah?

Jadi, untuk apa aku di lahirkan, Tuhan?
Untuk apa aku di pertahankan?

Bunda tersenyum kepadaku ketika ayah ada
Tetapi dia memakiku
Mengikat kaki dan tangan serta membekap mulutku
Bunda melakukan itu kepadaku ketika ayah pergi

Kepada siapa lagi aku harus mengadu?
Mereka mengatakan kebohongan di depan ayah
Bahwa aku adalah orang yang menyakiti hati bunda

Tuhan...
Harus dengan cara apa aku berkata-kata?

Ayah yang dahulu berpihak kepadaku kini telah berpaling
Meninggalkan aku dalam kelamnya malam

Bulan...
Maukah engkau menemaniku malam ini?
Hangatkan aku dengan cahayamu
Sebab tak ada lagi selimut di badan
Tak ada lagi pelukan
Semua seakan menarik diri dariku

Mereka mencibirku ketika kami berpapasan
Meludahiku dengan makian
Melukaiku dengan tamparan

Tuhan...
Bisakah aku meminta kasih?

Rindu yang kian sesakkan dada menarikku untuk pulang
Ke gubuk besar yang sudah lama tak ku kunjungi

Pria berseragam kemeja putih dan celana hitam itu mengusirku
Mendorongku menuju pembatas besi yang tingginya tak bisa ku raih
Bahkan, aku tak mampu melihat bangunan nan megah itu

Aku tak pernah pergi dari rumahku
Ya.. istana megah itu dahulu adalah rumahku

Terik matahari yang kadang berubah menjadi tetesan air tak mampu membuatku bergeming dari posisiku
Duduk di pojok pagar besi
Berharap sebuah keajaiban
Ada seseorang yang membawaku masuk ke dalam

Sampai suatu malam aku terjaga, ku dengar pagar besi itu terbuka
Membiarkan sebuah mobil dengan sirene yang keras masuk ke dalam
Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, aku kembali melihat istanaku

Mobil itu kembali keluar
Ku tempelkan wajahku hingga bertemu benda keras dan dingin yang cukup membantuku melihat keadaan di dalam
Ayah terbaring dengan hidung yang terpasang alat bantu pernafasan

Aku berlari mengejar mobil itu
Tak ku hiraukan bunyi-bunyian keras yang memintaku berhenti
Aku terus berlari mengejar ayah

Aku terlambat
Ayah sudah pergi
Bahkan, mereka hanya mengizinkan aku berada dalam radius 10 meter dari kuburnya

Ku pandang pria berumur yang berdiri di sampingku
Dia memberiku sebuah kertas yang membuatku terkejut

Aku tidak pernah meminta mereka pergi dari rumah
Tetapi memilih pergi

Aku sendiri
Tak berarti harta berlimpah yang ku miliki
Jika hanya ku nikmati sendiri

Hidupku tetap sekelam malam
Sepi karena sendiri
Meski ku percaya, kelak Tuhan akan mencabut kelam ini dari padaku
Entah kapan

PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang