Chapter 1 : Begin

52 8 0
                                    

Indahnya pagi, sejuknya udara, cerahnya langit, suasana yang pas mewarnai hari ini, sama sepertiku yang bersemangat melakukan aktivitas seperti biasanya dan mungkin menemukan hal-hal baru yang menambah warna dalam hidupku.

Hidup? Rasanya tidak ada lagi warna baru dalam hidupku, sejak kejadian waktu itu. Hanya sedih yang dapat kurasakan, kehilangan sosok teman, pendengar yang baik, pahlawan hidupku. Ayah, dia meninggalkan dunia ini, membuat hidupku yang sudah sempurna, terasa kurang. Ada bagian dari hidup ini yang hilang, tempat yang tidak akan tergantikan. Selamanya.

Aku sudah berjanji dengan Ayah, untuk menjadi anak yang kuat, mandiri, dan dewasa. Tidak ada lagi kesedihan, aku hanya perlu menjalankan hidup seperti biasanya, bahagia dengan keaadanku sekarang. Bahagia karena hingga sekarang aku dapat merasakan kasih sayang dari sosok yang hangat dan lembut, Bunda dan pelindung serta kekuatanku, Abang.

Back to present time.
Hai, mm... aku rada kaku kalo bagian ini. Namaku Disa Raynelle Deandra, ya seperti artinya aku adalah orang yang selalu semangat. Walau orang mengira aku adalah orang yang tegar dan periang, but sometimes not. Aku menyimpan banyak rahasia yang tak semua orang tahu.

Kring...Kring...
Suara itu membuyarkan ingatan lembaran masa lalu.

"Assalamualaikum Bunda"

"Waalaikumsalam sayang, kamu dimana?"

"Dea baru selesai kuliah Bunda, mampir ke toko roti dulu," ucapku sambil membayar belanjaan.

"Cepet pulang ya sayang, Bunda udah masakin makanan kesukaan kamu."

Mataku langsung berbinar mengingat masakan Bunda.
"Siap Bunda sayang"

"Okay kamu hati-hati ya, assalamualaikum"

"Iya Bun, waalaikumsalam"

Dea mempercepat langkah kaki menuju mobil berwarna putih yang ku kendarai seharian ini.

Banyak tempat-tempat yang kulewati. Rintiknya hujan ditambah dengan musik yang menenangkan. Cuaca yang mendukung, menambah hangat dalam hatiku. Memutar kembali memori masa lalu. Orang yang ku tunggu sekian lamanya, tapi tak kunjung datang. Entah dimana dia berada.
Semenjak kepergian Ayah, aku berusaha mencari kontak temannya yang mungkin tahu tentang keberadaannya. Akan tetapi rasanya sia-sia. Tidak ada hasilnya. Dia adalah orang yang ada disaat aku membutuhkannya, mengetahui segala keluh kesahku, kesedihanku, orang yang ku percaya sampai saat ini, tapi hilang bak ditelan bumi.

Hingga beberapa tahun ini akhirnya aku menyerah, menyerah untuk menunggunya, yang mungkin sudah melupakanku dan bahagia dengan yang lain.
Ku gelengkan kepalaku. Berusaha mengenyahkan pikiran liar yang bersarang di kepalaku.
Melihat lampu hijau, segera ku tancap gas. Menuju rumah dimana Bunda sudah menunggu.

Setelah menghabiskan waktu bersama Bunda, aku segera masuk ke kamar. Tak sabar rasanya melihat orang yang ku sayang dan ngangenin nan jauh disana.

"Assalamualaikum abangku sayang!" ucapku melihat wajah lelahnya di layar.

"Waalaikumsalam adikku cantik, kok belum tidur sih?"

Dea mendelik, "Kangen abang nih, kapan sih pulangnya?"

"Lusa deh abang pulang, libur panjang selama musim panas"

Mendengar itu, wajah sumringah ku tampilkan, "Bagus deh kalo gitu, cuaca di London gimana bang? Abang cukup istirahat? Makannya teratur kan?"

"Sabar dong, satu-satu nanyanya," sahut Cemal, "Bentar lagi musim dingin berakhir, so it's okay. Alhamdulillah cukup, Dek. Teratur kok, kamu disana gimana? Bunda baik-baik aja kan?"

"Alhamdulillah, Dea seneng dengernya. Adek sama bunda baik-baik aja disini, makanya cepet pulang, bawain oleh-oleh yang banyak hehe," ucapku sambil nyengir.

"Bagus kalo gitu, iya adikku sayang. Yaudah, abang tutup dulu ya, love you sugar. Assalamualaikum"

"Love you too, waalaikumsalam." Senyum tak hilang dari wajahku, hingga kering rasanya.

Hoam... tak terasa sudah tengah malam. Aku matikan laptop, beranjak dari kursi ke lemari, menyiapkan baju untuk besok. Mengambil baju santai, kemeja putih biru langit dan celana panjang putih. Besok aku mulai kerja part-time di salah satu cafe di Jakarta.

Sebenernya aku hidup serba berkecukupan, tapi aku ingin kerja untuk menambah uang jajan, kebetulan minggu depan sudah mulai libur kuliah. Libur kuliah?
Oh tidak, mungkinkah dia akan kembali? Kabar yang terakhir ku dengar, dia melanjutkan kuliah di luar negeri.
Akankah dia merindukan keluarga? Pulang ke Jakarta.
Ataukah dia merindukanku? Memang dia masih ingat padaku? Ah mungkin tidak, mana mungkin dia mengingat aku yang mungkin sudah menyakiti dan sempat tidak memercayainya lagi.
Baiklah lupakan, enyahlah wahai kau pikiran-pikiran liar.
Yang kubutuhkan adalah istirahat, tidur yang cukup untuk mengosongkan otakku yang mulai konslet terus menerus mengingat dirinya.
.




hope you like it guys, i'm still learning btw.
sorry kalo banyak typo.

don't forget to click vote and comment.

love,
newbie author.

See You Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang