Pagi ini langit sedikit mendung, seakan sang mentari sudah cukup malas untuk unjuk diri, begitupun diriku, mengingat suatu hal konyol yang ku lakukan membuatku malas bergerak dari tempat tidurku,
Aku mempermalukan diriku sendiri.
"ah.. malas berangkat.." keluhku, dengan tenaga yang baru saja mulai terkumpul aku berdiri dan berjalan ke kamar mandi, melakukan hal rutin seperti mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sebagai cewek yang cukup aktif, biasanya aku selalu siap dan semangat dalam menghadapi hari, namun seperti yang kukatakan, ada alasan yang membuatku malas berangkat ke sekolah.
"apa yang harus kukatakan padanya jika kami bertemu hari ini? Bagaimana jika dia menanyakan tentang alasanku—eh tapi dia bilang untuk tidak berbicara padanya dulu—aaaaaaaaaahhh sebenarnya apa yang harus aku lakukaaann!! " tanpa sadar aku mengacak-acak rambutku yang baru saja kurapikan. Aku merasa bodoh sendiri dengan menyukai cowok paling bermasalah di sekolah—di kelasku tepatnya. Dan lebih bodohnya lagi, aku mengutarakan perasaanku karena terintimidasi oleh tatapan mata cowok itu.
Dan benar saja, aku bertemu dengannya, pagi ini.
Bodoh kan? Memang.
Cowok itu bernama Taka, penampilannya yang acak-acakan selalu membuat dia terlihat mencolok, wajahnya cukup tampan, rambutnya lurus dengan poni panjang yang bisa menutup seluruh wajahnya jika tidak diikat, tingginya sekitar 180cm, tukang bolos dan tidak disiplin, angkuh dan sangat tertutup. Mungkin terdengar tidak ada yang spesial darinya, namun sayangnya, dia murid terpintar seantero akademi st.lucious. Sangat tidak cocok dengan citranya yang buruk. Meskipun begitu, aku menyukainya.
Apa yang kusukai dari Taka? Hmm, aku tak terlalu yakin tentang menyukai secara fisik, mungkin tentang sikap (ini juga sebenarnya tidak yakin juga), jika cowok lain selalu berusaha terlihat baik didepan para cewek dan orang disekitar, Taka dengan dingin mengabaikan apapun yang ada disekelilingnya, tidak terpengaruh dengan apapun yang terjadi. Seakan dia menolak kehadiran orang lain, atau menjaga jarak dengan orang lain, atau bisa juga dia berusaha menghilangkan eksistensinya dihadapan orang lain.. entah apa maksudnya, tapi menurutku sikapnya ini keren dan terlihat karismatik.
Saat ini, menyatakan perasaanku pada Taka karena terintimidasi oleh tatapan dingin miliknya merupakan satu-satunya kebodohan terbesar selama aku hidup enambelas tahun di dunia ini. Aku tahu tentangnya, aku tahu sifatnya, aku mengetahui hampir segala keburukannya, dan aku dengan bodohnya mengatakan jika aku menyukainya, oh Tuhan ampunilah aku. Yang lebih membuatku merasa malu adalah tentang jawaban yang Taka berikan, dia tidak menolakku, aku tahu itu, tapi dia bertanya apa alasanku menyukainya, bukan apa yang kusukai dari dirinya, dan terlebih dia memberikan waktu untukku memikirkan ini karena melihatku tak berdaya dihadapannya. Saat itu, harga diriku jatuh.
Mata dinginnya selalu menaklukanku.
*******
Aku menghela nafas, melihat ke arah bangku kosong milik Taka yang ditinggalkannya membolos pelajaran setelah menjahiliku didepan teman-teman sekelas yang berakhir dengan penjelasan dan pengakuanku kepada mereka.
Aku tidak merasa jengkel atas ciuman kejutan itu, malah sejujurnya aku cukup senang.
Pukul 14.20, sudah hampir satu setengah jam semenjak Taka pergi meninggalkan kelas, yang berarti setengah jam lagi sekolah berakhir, buku pelajaran dan alat tulis milik Taka masih berantakan diatas meja, tasnya juga masih terbuka digantungan samping meja. haah, tingkat ketidakdisiplinannya tidak pernah berubah, aku heran kepada pihak sekolah mengapa mereka masih mempertahankan siswa sebermasalah ini? eh tunggu,
Bukankah seharusnya aku bersyukur atas itu? Ah biarlah, yang terpenting aku sudah mendapat jawaban yang kuharapkan.
Aku memang cewek yang egois. Aku akui itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTINGALE
RomanceApa sebenarnya yang ingin aku lakukan? benarkah jika semuanya berjalan seperti ini?