"Rumah lo dimana? Gue anter deh, daripada lo jalan kaki gitu. Itung-itung juga sekalian biar gue tau rumah lo supaya kalo mau kerkel ga ribet." ucap Naufal dengan bacotnya itu.
'Ini orang ya, sumpah deh gue ga peduli sama kerkel sialan itu' batin gue dongkol. Harusnya gue ngomong itu sih, tapi yang keluar malah...
"Eh gapapa kok, ini udah deket juga."
"Gue kenapa sih, Na? Perasaan gue ga pernah ngapa-ngapain lo deh. Bahkan ngeliat lo aja bisa dihitung pake jari." ujar Naufal dengan penuh kejujurannya.
"Apaan sih? Biasa aja tuh perasaan"
"Perasaan lo kali! Perasaan gue nggak"
"Hah?"
"Jangan baper najis. Maksud gue tuh menurut gue sikap lo tuh gak biasa-biasa aja ke gue."
"Yang baper siapa? Gue bahkan ga niat samsek."
"Serius nih?" Ucap Naufal sambil tersenyum dengan menaik-turunkan alis sebelahnya.
Dan untuk beberapa menit gue tenggelam di dalam lamunan karena dia. Syukurnya, kak Dafa jemput gue dan akhirnya gue sadar. Waktu gue sadar, si Naufal lagi ngelambai-lambain tangannya di depan muka gue sambil natap gue aneh.
Siiaallll! Malu njir, ketauan gue!!! Kamera mana kamera?! Gue pengen lambaikan tangan ke kamera plis. Ini ga sanggup oyyy!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
UNKNOWN FEELING
Teen Fiction"Dan, lo kok ngehindar mulu sih sama gue? Gue ada salah ya?" -Naufaldi Gara Samudera "Lo gak salah, gue gak salah. Cuma perasaan gue aja yang salah ke lo" -Ardana Salsa Juliandini