Garam

112 16 1
                                    

Duduk di depan kelas sembari membaca novel memang hal ternyaman setelah tidur di jam membosankan. Nggak, Esa bukan tipikal orang yang males – males banget. Hanya saja kapasitas tidur nyenyaknya tidak bisa ia temukan selain di sekolah. Matanya sedikit melirik ke kelas sebelah, tempat cowok incarannya berada. Benar saja, ia melihat cowok berperawakan tinggi keluar dari kelasnya sambil tersenyum menerima bingkisan berwarna coklat yang diberikan oleh Fenny, model dari agensi ternama.

"Lu mah gaada apa – apanya sama dia, bor." Ucap Kinan yang masih berkutat dengan game dressingnya. Esa menimpuk novelnya tepat mengenai kepala bagian belakang Kinan.

"Ah!!"

Semua mata tertuju ke arah suara berasal. Kinan tersungkur, handphonenya jatuh ke selokan. Ia berdiri sembari membersihkan tangannya dan menepuk roknya yang sedikit kotor.

"Emang kampret ya lo, gahabis pikir gue. Bar-bar amat jadi cewek."

Untung saja selokan itu kering, karena memang belum musim hujan. Yang dikatain cuma tersenyum miring melanjutkan bacaannya, sedangkan Kinan masuk ke kelas dengan mendengus kesal.

Banyak murid – murid yang berlalu lalang, waktunya istirahat. Tak sedikit yang menyapa incaran Esa dengan ramah. Namun cowok itu menanggapi dengan ekspresi seadanya. Daya tarik yang aneh menurut Esa.

Esa melirik lagi. Mendapati cowok yang sedari tadi ia lihat berjalan dengan Raymond, ketua ekskul E-sports. Mereka asyik berbincang tentang hal yang sering Esa dengar dari Kinan, Twice. Kedua manusia itu semakin mendekat, Esa segera berpaling menatap bukunya.

"Hei." sapa Raymond, lalu duduk di sebelahnya. Tidak dengan incaran Esa, cowok itu malah berdiri di depannya. Esa hanya berdeham, tak berani menatap. Kenapa harus disitu sih?, batin Esa. Jantungya berdebar, takut melakukan hal yang bodoh. "Sombong amat lu, tai kucing." Lanjut Raymond yang merasa sapaannya tak digubris. Esa tetap pada pendiriannya.

"Kebalik." Ucap cowok di depannya. Esa mendongak, ia tidak mengerti. "Buku lo," timpal cowo itu. Esa masih tidak mengerti. Raymond yang gregetan, akhirnya berdiri sambil membalik novel Esa. Esa kaget, menggaruk lehernya sambil meringis. Berkali – kali ia merutuki kebodohannya.

"Kocak nih anak, lagi menggarami?" tanya Raymond. Cowok incaran Esa hanya menyisir rambutnya kebelakang. Ia tersenyum miring.

"Maksud lo?" tanya Esa.

"Salting."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HallucinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang