7. Pengganggu (Ilhoon)

222 49 61
                                    

Seoul, 17 Juli 2017

Hai,

Eh, ini aku. Jung Ilhoon. Teman sekelasmu. Euh.. yang duduk tepat di belakangmu, yang selalu terlambat dan sering ditegur Kim ssaem. Yang selalu mengganggumu kalau sempat. Yang sering menarik rambutmu dan menendang kursimu kalau aku bosan.

Yah, pokoknya ini aku. Hari ini aku tidak melihatmu di kelas. Atau di kafetaria. Atau dimanapun. Kau tidak masuk? Kenapa?

Ah, tidak usah dijelaskan kenapa kau tidak masuk. Aku belum yakin juga akan mengirimkan surat ini. Sejujurnya aku tidak tahu kenapa aku menulis surat ini, haha. Mungkin.. karena kursi di depanku yang biasa kau tempati itu kosong, dan aku tidak punya kegiatan lain. Daripada aku mendengarkan ocehan Kim ssaem di depan, lebih baik aku menulis ini saja.

Kalau boleh bicara jujur, kursimu yang kosong itu menggangguku. Guru-guru jadi bisa melihat jelas ke arahku. Padahal kalau ada kau, aku bisa bebas tidur dan mendengarkan musik semauku. Cih, kau malah tidak masuk.

Kursi kosong itu menggangguku. Pertama, karena aku tidak punya tameng dari para guru. Dan kedua, karena kau tidak ada.

Bukan maksudku aku mencarimu atau mengkhawatirkanmu atau apa.. Kalau kau tidak ada, aku tidak punya orang yang bisa kukerjai setiap hari. Cuma kau yang dengan pasrah kutarik rambutnya dan kutendangi kursinya. Cuma kau yang tidak bertanya dan marah-marah. Cuma kau yang tidak teriak, "JUNG ILHOON! BISA DIAM TIDAK?!" seperti kebanyakan anak lain.

Tapi aku juga penasaran, kenapa kau diam saja sih? Kau bahkan baik padaku. Aku jadi makin senang mengganggumu, kau tahu? Sampai aku punya jadwal rutinnya.

Sehabis istirahat, saat kau masuk kelas dengan tertawa-tawa dan duduk di kursimu, aku akan mulai menendangi kursi yang kau duduki. Berkali-kali. Kau hanya menghela napas dan menoleh, bertanya, "Ada apa, Jung?" dan aku hanya diam, menatap tajam matamu. Kalau tidak kujawab dalam sepuluh detik, kau akan berbalik.

Ya, aku menghitung.

Lalu saat olahraga. Aku memang paling malas ikut kegiatan seperti itu. Aku sudah cukup berolahraga di rumah, terimakasih banyak. Aku hanya sering duduk di pinggir lapangan, bermalas-malasan. Tiap kau lewat aku sengaja menendang kerikil ke arahmu, tapi bukannya terganggu, kau malah meninggalkan teman-temanmu dan duduk di sampingku.

"Tidak olahraga, Jung? Kau butuh teman ngobrol ya?"

Begitu kan katamu. Aku hanya menarik kunciran rambutmu dan diam saja. Tapi kau tidak marah, kau justru tetap menemaniku disana. Sampai akhirnya kita mulai mengobrol. Dan akhirnya menjadi kebiasaan kita setiap pelajaran olahraga berlangsung. Kau akan duduk menemaniku, mengajakku berbicara tentang apa saja.

Aku ingat setiap kau duduk di sampingku waktu itu, aku bisa melihat lebih dekat wajahmu yang tampaknya selalu bersinar. Matamu yang cemerlang.

Dan kau harus tahu, setiap harinya, aku jatuh semakin dalam ketika melihat mata itu.

Hah, iya. Aku mungkin memang laki-laki kurang ajar yang senang mengganggumu. Tapi.. aku tidak tahu bagaimana lagi caranya untuk bisa dekat denganmu.

Iya, ini aku sedang menulis surat cinta. Aku jatuh cinta sebelum mengenalmu, sejak mengganggumu, bahkan ketika sudah mengetahui segalanya tentangmu.

Jadi, bagaimana?

Tertanda,
aku, yang menunggu jawabanmu,


Jung Ilhoon.

Tertanda, Aku. ✔Where stories live. Discover now