1. Hingga hati ini mati rasa

25 1 0
                                    

-Mungkin memang benar, hati kita diciptakan hanya untuk dipatahkan oleh seseorang-

Tubuh Yuki terlentang santai ditopang oleh sebuah sofa empuk . Tangannya sibuk mengotak atik buku catatan Bahasa Indonesia yang. ditulisnya dengan rapi di dalam sebuah buku bermotifkan batik . Diraihnya handphone yang dari tadi bergetar tanda panggilan masuk . Nama yang tak asing lagi DAFA .

"Ngapain sih ni anak nelponin gue terus, nggaktau gue lagi kesel apa ya ."ucap Yuki membatin . Sekali lagi handphone yuki bergetar .

"Siapa sih ki? Bunyi mulu hp lo . Sini biar gue yang angkat kalau lo nggak mau." ucap Yuri. Yuki menatap kembarannya sepintas , tapi tak dihiraukannya perkataan kembarannya yang sedang asyik duduk disofa panjang dan menonton film favoritnya . Yuri melontarkan perkataan yang sama sekali lagi sambil bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kembarannya .

" Sini biar gue yang ngangkat kalo lo nggak mau angkat ." ujar pemilik nama lengkap Yuri Gwenadha Athur itu. Yuki kemudian menyerahkan benda mungil yang dari tadi berbunyi , membuat berisik seluruh penjuru ruangan terutama membuat Yuri kesal.

"Kalau dia yang nyariin gue, bilang gue lagi tidur." jawab Yuki singkat , padat dan jelas . Yuri hanya mengangguk memberikan tanda mengerti sambil mengangkat telpon.Oh Dafa , pantesan nggak mau diangkat! Celetuk Yuri dalam hati.

(percakapan di telpon)

"Halo" Ucap si penelpon dengan suara surau

"Iya? Nyari Yuki Daf? Yukinya lagi tidur nih. "

"Oh gitu, nggak bisa di bangunin bentar Ri ?"

"Aduhh Daf orangnya baru aja tidur, gue nggak enak bangunin dia. Apalagi dia keliatannya capek banget. Emang penting banget ya lo harus ngomong sama Yuki ?"

"Hmm.. Nggak sih, yaudah kalau gitu bilang gue sempet nelpon ya, sampein juga gue minta maaf." Ucap Dafa lalu mematikan telponnya.

"Ada hal baru apa nih yang gue lewatin ?" Tiba-tiba seorang perempuan berambut pirang muncul dari balik pintu kamar sambil membawa cupcake buatannya . Baik Yuki maupun Yuri langsung menoleh ke asal suara . Velove kemudian berjalan menuju tempat tidur menghampiri kedua kakak perempuannya. "Aihh capek bener gue." Ucapnya sambil mengelap wajahnya yang masih berlepotan tepung.

"Widih cupcake." Ujar Yuri sambil mengambil satu cupcake dan melahapnya. Yuki memandangi Velove dengan cermat dari atas hingga kebawah. Gila ni anak sekujur badannya penuh tepung .

"VELOVEEEE" pekik Yuki "Lo ganti baju nggak sekarang!!, baju lo banyak tepungnyaaa, yang ada kamar gue ikutan banyak isi tepung gara - gara lo!! BURUAN!" Sungutnya . Yuki menarik tangan adiknya menjauhi kasurnya.

Astaga kasur gue jadi kena tepung kan banyak banget lagi. Anjing tu anak kalau bukan adik udah abis tu anak gue omelin. Batin Yuki.
Yuri yang melihat kejadian tadi hanya bisa melongo menyaksikan drama gratis yang baru saja diperankan kembarannya dan adiknya.

"Ki , Kata Dafa dia minta maaf ." Ucap Yuri setelah dramanya selesai.

"Emang lo kenapa sama Dafa kak ?" sambung Velove.

"Diem lo! Mending sekarang lo bersihin badan lo semua." Bentak Yuki. Yang akhirnya Velove menuruti perkataan kakaknya itu.

Ketiga perempuan ini memang selalu ngumpul dikamar Yuki seperti hari -hari biasanya . Mereka selalu ngumpul buat ngegosip ria , terutama Yuri kalau besoknya ada ulangan bisa - bisa ia seharian full berada di kamar Yuki. Eits ... jangan salah sangka dulu . Yuri ngumpul sok-sokan belajar itu buat nyiapin contekan . Mereka selalu ngumpul dikamar Yuki karna kamar Yuki itu paling komplit dibanding kamar kedua saudaranya. Mulai dari TV , komputer , laptop , mini bar , dan tak lupa ruang tempat menyimpan piala pribadi .

Love Is MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang