Prolog

54 3 0
                                    


"Kalau sudah besar nanti, Kay maunya nikah sama pak guru."


Satu kalimat yang diucapkan Kayla Aluna saat berumur 5 tahun, membuat seorang Rizaka Gantara 'banting stir' soal cita-citanya, yang tadinya ingin menjadi Dokter seperti sang Ayah, berubah menjadi seorang Guru. Bocah lelaki yang baru berumur 12 tahun itu menanggapi dengan serius celoteh asal dari seorang balita. Dan mungkin kelak saat dewasa, Kay tidak akan pernah mengingat ia pernah mengatakan hal konyol seperti itu.


Tapi itulah, bagi Riza segala apa yang dikatakan Kay adalah serius. Seperti Para Pelahap Maut dalam novel Harry Potter –novel yang selalu dibacanya-, yang menganggap perkataan Lord Voldemort adalah hukum. Bedanya, mereka patuh karena takut, sedangkan Riza,


Karena menyayanginya.


Ya. Riza menyayangi Kay. Bahkan mungkin dari itu. Dia mencintainya.


Satu hal yang tidak masuk akal untuk anak yang baru saja akan menginjak masa remaja.


Kini sudah sebelas tahun berlalu. Semua orang terdekat mereka sudah tahu kalau Riza mencintai Kay.


Semua orang, termasuk kedua orang tua mereka berdua, mengingat selama ini rumah mereka bersebelahan.


Hanya satu orang tidak pernah tahu. Dan itu Kayla Aluna.


Bagi Kay, sosok Riza sebagai abang pelindung disaat ia dijahili oleh abang kandungnya sendiri, Raykan. Dia selalu berlindung dibalik punggung Riza jika Raikan sedang kumat isengnya. Membuat Riza geleng-geleng kepala melihat tingkah sohib kentalnya yang tak sadar usia.


Kepolosan Kay inilah yang sering membuat Riza was-was. Bagaimana jika selamanya Kay hanya menganggap hubungan mereka sebatas adik-kakak?


Bisakah ia menahan perasaan jika melihat Kay bergandengan dengan cowok lain?


Tapi ayolah, ia bukan anak remaja yang cuma bisa berdiam diri kan? Dia sudah berusia 23 tahun, dan tidak ada manusia di dunia ini yang menganggap usia 23 tahun itu belum dewasa.

Kecuali kalau kalian menderita penyakit lemah otak.

Walau hatinya selalu menahannya untuk terburu-buru, karena takut Kay akan menjauhinya.


"Nungguin elo sadar akan perasaan gue, sama kayak nunggu sinetron di Indonesia tamat. Ribuan episode tanpa pasti kapan ujungnya." –Rizaka Gantara-

Good Teacher and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang