[01] Surga Dan Neraka

66 6 2
                                    

Jangan lupa vote bae💕

Luna POV

Definisi hubungan bagiku adalah hidup berdampingan tanpa mencampuri urusan orang lain lebih dalam.

Aku memiliki definisi kebahagiaan yang berbeda.

Bahagia itu saat aku sendirian, bebas melakukan apapun yang kuinginkan tanpa memperdulikan presepsi orang lain.

Zona nyamanku hanya kamarku.
Aku dikelilingi oleh berbagai macam orang, mereka selalu bersamaku tapi aku menolaknya. Aku bukannya tidak menyukai mereka hanya saja, aku tidak nyaman berada di kerumunan.

Saking aku menikmati hidup dengan kesendirian membuatku jarang bersosialisasi hingga seiring waktu mereka melupakanku. Aku ada atau tidak ada itu sama saja bagi mereka.

Sakit hati? Marah? Sedih? Tidak. Aku senang, aku suka mereka menganggapku seperti itu. Itu membuatku bisa pergi sesukaku dan melakukan hal yang kusuka sendiri. Yah, mungkin sedikit sedih tapi aku baik-baik saja.

Orang tuaku meninggalkanku di kota sibuk ini bersama dengan seorang kakak yang bahkan jarang kutemui. Kami serumah tapi serasa tak serumah. Namanya Woo Ji Ho tapi entah kenapa mereka lebih sering memanggilnya Jiko.

Aku tak banyak tahu tentang kakak satu-satuku itu. Yang aku tahu dia jarang pulang ke rumah dan selalu berpergian jika malam tiba hingga lupa pulang.

Orang tua kami tidak meninggal. Orang tua kami sudah hidup sentosa di Taiwan. Kami dulunya serumah tapi karena induk perusahaan ayah di negeri tercinta ini mengalami kebangkrutan memaksanya agar pindah ke Taiwan sana mengurus anak perusahaan yang keadaannya hampir bangkrut juga. Untungnya perusahaan itu kini terselamatkan walau tidak sesukses dulu.

Orang tua kami selalu mengirimiku dan Ji Ho uang secara terpisah, belum lagi uang yang khusus untuk keperluan rumah. Jumlahnya memang banyak dan sangat cukup untuk membayar biaya sekolahku tapi aku tetap bekerja paruh waktu di sebuah cafe di dekat sekolah. Karena hanya pekerja paruh waktu maka aku hanya bekerja 3 kali dalam seminggu sehabis pulang sekolah sampai sift soreku selesai.

Aku bekerja agar bisa mempersiapkan diri jika tiba-tiba ayah bangkrut lagi. Aku tidak mendoakan, hanya berjaga-jaga saja, tidak ada salahnya kan.

---

Dengan langkah berat aku memasuki kelas laknat ini. kelas IPS 11-1 yang isinya hanya dipenuhi oleh manusia-manusia tidak bermutu dan bermulut lebar.

Ruangan ini adalah nerakaku.

Aku duduk di kursiku yang letaknya ada di dekat jendela. Aku memilih kursi ini agar dapat menghirup udara dengan bebas, setidaknya mengurangi rasa malasku saat memasuki kelas ini.

Tadi pagi, Suho si ketua kelas mengumumkan bahwa hari ini Noah saem tidak masuk dan membuat setan-setan neraka bersorak seketika. Aku mengedarkan pandanganku keliling kelas.

Di belakangku Kai dan Krystal dengan mesranya saling berpelukan tanpa memperdulikan sekitar tepatnya barisan bangkuku yang menatap mereka najis.

Aku melihat ke arah Bambam yang juga memperhatikan Kai Krystal sambil menggigit polpennya. Maklum dia sudah men-jomblo sejak lahir.

Asal kalian tahu, Bambam itu sahabatku walaupun aku sering menajuhinya karena dia sangat berisik dan terus menggangguku. Sahabat tidak harus selalu hangout bersama kan?.

Aku mengalihkan pandanganku ke depan. Di sana Yeri dan Irene menuliskan nama mereka di berbagai sisi papan dan menggambar hati dibawahnya.

Jimin yang duduk di depanku berdiri dan beranjak ke depan tepatnya ke meja guru dan mengambil penghapus disana dan segera menghapus nama Taehyung yang ditulis Irene membuat sang penulis menggeram dan membentak Jimin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin yang duduk di depanku berdiri dan beranjak ke depan tepatnya ke meja guru dan mengambil penghapus disana dan segera menghapus nama Taehyung yang ditulis Irene membuat sang penulis menggeram dan membentak Jimin.

“huh mulai lagi” gumamku mengalihkan pandangan ke luar jendela.

Neraka kembali mengujiku. Di depan sana Jimin dan Irene sedang sibuk saling menggeretak.

Irene sibuk menulis nama seseorang yang bernama Taehyung sedangkan Jimin yang sibuk menghapusnya sambil mengeluarkan umpatan manis untuk Irene.

Pertengkaran itu memancing setan kelas untuk berkumpul dan menyemangati mereka terkecuali aku tentunya.

aku beranjak dari tempatku menuju tempat paling nyaman dan sepi sesekolah, mendudukkan badan di sudut meja dekat jendela. Kepalaku kutaruh di meja lalu memandang pohon mangga yang tumbuh subur di belakang perpustakaan. Jika kelas adalah neraka maka perpustakaan adalah surga bagiku. Merasa nyaman, akupun memejamkan mata.

aku membuka mataku lebar saat mendengar suara aneh dan dengan segera mempertajam pendengaran. Seketika tubuhku menegak. Apa benar tentang mitos perpustakaan yang sering memunculkan penampakan?

“aaaarrgh..” aku mendengar suara geraman kecil yang hampir tak terdengar, dan detik berikutnya terdengar buku yang berjatuhan.

Hantu perpustakaan?  Ah mana mungkin. Ini sudah zaman modern dan sekarang masih terlalu pagi untuk hantu, iblis dan semacamnya muncul. Apalagi setan-setan sekarang sudah berkumpul di kelasku.

Aku harus memastikan darimana asal suara itu walau sedikit takut, aku berjalan mencari sumber suara itu yang kira-kira berasal dari belakang lemari tempat berkumpulnya buku-buku biologi. Aku mendekat dan suara itu semakin jelas.

“ampun kak arrrgghh..." ampun?

Mataku melotot melihat penampakan yang lebih membuatku merinding daripada hantu.

Kulihat disana ada dua orang pria yang dengan intens berhadapan. Yang satunya menatap sendu meminta belas kasihan sedangkan yang satunya lagi memandang remeh dengan kobaran api di matanya.

Dia, siswa dengan mata berapi itu adalah Kim Taehyung. Siswa berandalan yang brengseknya sudah tersohor kemana-mana.

Dan dalam detik itu pula sang siswa dengan mata berapi itu melayangkan pukulan tepat ke wajah siswa di depannya.

Aku tentunya hanya diam dan tak akan ikut campur. Itu urusan mereka dan aku sama sekali tak perduli walaupun ada rasa ibah terbesit.

Ah tapi aku mengambil foto mereka sebelum pergi.

---

Sekarang aku sedang membuatkan coffe americano untuk pelanggan kami. Pelanggan itu Kim Taehyung, sang pembuli yang kulihat di perpustakaan tadi pagi.

Saat aku memberi pesanannya, anehnya dia terus menahan tanganku.

“bisa lepaskan tanganku?” tanyaku sambil menarik tanganku pelan.

Dia hanya tersenyum miring dan masih enggan melepaskan tanganku. Aku tak tahu apa maksud dia menahan tanganku, apa aku pernah berbuat salah padanya?, aku bahkan tak pernah bertegur sapa dengannya dan kenal pun tidak. Aku hanya tau kalau dia Kim Berengsek Taehyung dari gang yang disebut bangtan.

Manager cafe-Byun Baekhyun datang dan melepas cengkraman tangan Kim Taehyung padaku. Aku bernafas lega. “tolong jangan membuat antrian panjang” ucapnya.

TBC

Vote untuk next chapter!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catch Her LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang