Della mengerjapkan matanya beberapa kali, namun yang pertama kali ia lihat hanya sinar lampu yang menyilaukan penglihatannya."Bangun juga lo akhirnya."
Dengan cepat Della menoleh kearah samping kanannya dan nampak Fera masih asik bermain dengan ponsel.
"Kok gue bisa ada disini sih?" Tanyanya dengan suara yang masih lirih.
Kini Fera meletakkan ponselnya dinakas sebelah ranjang UKS yang ditiduri Della.
"Tadi lo pingsan dilapangan dan beruntungnya lagi lo langsung digendong sama Matt ala-ala bridal style gitu. Kan nyesek gue lihatnya."Della mengerutkan keningnya sesaat mencoba untuk mengingat.
"Cowok yang tadi disamping gue itu ya?" Fera mengangguk.
"Terus sekarang dia dimana?" Tanyanya lagi."Lagi dihukum sama Pak Dodi."
"Kok lo nggak? Bukannya tadi disuruh lari ya?"
Fera menghembuskan nafasnya kasar.
"Ya gue udah dong, tapi cuma 5 putaran soalnya gue cari alesan buat jagain lo." Ujarnya seraya meringis."Yaelah, alibi lo."
"Lo kok bisa pingsan kenapa sih? Belum sarapan?"
Della menghembuskan nafasnya pelan.
"Udah, gue cuma kalo denger kata 'lari' langsung lemes aja gitu." Fera pun mengangguk seraya ber-Oh ria."Lo udah mendingan belum? Kekelas sekarang aja yuk." Della mengangguk dan bangkit dari ranjang UKS secara perlahan.
ⓝⓚ
"Yaelah Matt, makin hari makin rajin aja lo ngepel toilet."
"Yoi Bas, si Matt kan sekarang udah jadi murid rajinnya Pak Dodi, ya nggak Matt?"
Cowok yang sedari tadi masih sibuk mengepel lantai toilet itu kini mulai jengah dengan perkataan Vano dan Bastian yang sudah menjadi sahabatnya sejak kelas 10 itu.
"Berisik! Cepet bantuin." Ujarnya kesal.
Kedua lelaki yang sama-sama berparas tampan itu mengangguk seraya membantu sahabatnya itu yang selalu saja paling sering telat berangkat sekolah diantara ketiganya.
"Kayanya telat nggak telat kita sama-sama ngerasain dapet hukuman dari Pak Dodi deh, No." Ujar Bastian atau yang biasa dipanggil Babas itu.
"Bener lo Bas, untung kita baik ya mau nolongin si Matt."
Cowok bernama lengkap Pratama Arya Putra atau biasa dikenal dengan nama Matt itu menghentikan aktifitas ngepel-nya.
"Nggak ikhlas?" Ujarnya memandangi kedua sahabatnya dengan tatapan elangnya."Ya ikhlas dong Matt tersayang, natapnya biasa aja ya. Nanti lo cinta mati lagi sama gue, kan jadi repot entar." Gerutu Bastian.
"Najis Bas! Lo Homo ya Matt?" Tanya Vano menahan gelak tawanya dan hanya dibalas Tama dengan memutar bola mata.
"Selama lo nggak masuk, kita kedatangan murid baru lho Matt, cantik lagi. Ya nggak No?" Timpal Bastian setelah tawanya reda.
"Pakek banget malah, lo nggak mau kenalan sama dia Matt?"
"Siapa namanya?" Tanya Tama.
"Namanya A-A-A siapa ya No? Au ah gelap kali ya?" Kesal Bastian karena sifat pelupa nya mulai kumat.
"Adella kali Bas, masa nama cewek cantik manis gitu lo bisa lupa sih." Gerutu Vano.
"Namanya Adella?" Tanya lagi Tama yang dibalas anggukan dari kedua sahabatnya.
"Lo udah ketemu belum?" Tanya Vano.
"Tau deh, nanti juga kalo udah ketemu bisa jadi sasaran Matt selanjutnya." Timpal Bastian yang dibalas anggukan dari Vano.
Dan Tama hanya terdiam.
ⓝⓚ
Hai Guys...
Udah baca bagian Prolognya kan ya? Terima kasih yaaa bagi yang udah baca sama Vote dan Comment cerita ini 💞💞
Tetap nantikan kelanjutan cerita 'First Last' yaa readers 😊😊😊
Salam,
NK.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Last
Teen FictionFirst Last : "Kamu... Cinta Pertamaku yang akan selalu ada disini." Ucapnya dengan menitihkan air mata seraya meletakkan tangannya didada sebelah kiri, Hatinya. "Dan Kamu... Cinta Terakhirku yang akan selalu ada disini." Balasnya dengan meletakkan t...