We Meet Again

1K 82 12
                                    

Miguel Angel Silvestre as Aflonso Enrico

"Charlie, ini sudah yang ketiga kalinya Anna tidak memenuhi shiftnya apakah harus aku lagi yang menggantikan?" Mengapit ponselnya dipundaknya sementara tangannya sibuk mencari kartu langganan kereta ditas jinjingnya. Ella dengan terpogoh-pogoh masuk kedalam stasiun yang ramai karena waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi.

" . . . "

"Iya aku tahu, tapi ini terlalu mustahil untukku. Dua klien sekaligus dalam satu minggu? Apakah kau tidak tahu bagaimana susahnya menyesuaikan jadwalku dengan jadwal kereta yang ada? Belum lagi tempat mereka yang sangat berjauhan—oh tidak, kau tidak akan menambahiku pekerjaan baru lagi!" Protes Ella kesal mengetahui bahwa bossnya akan memberikan pekerjaan yang baru lagi kepadanya mengingat betapa padatnya jadwalnya selama dua bulan terakhir.

" . . ."

Balasan disebrang membuat Ella makin murka dan ingin segera memutus hubungan kerjanya dengan sang pemilik kuasa. Tetapi, mengingat pemasukan ekonominya yang seperti musim paceklik, sang wanita berusaha 27 tahun itu menahan amarahnya untuk tak segera mendobrak pintu kantornya dan mencekik atasannya tersebut. Sabar Ella—jika tidak melakukan pekerjaan ini apa yang bisa dia lakukan?

"Ya—ya—ya! Aku akan mengambilnya jika kau berjanji untuk menganti shiftku di keluarga James dan Mayers dengan orang lain." Ella menghela nafasnya lelah. Jujur, dirinya sedikit bangga karena sang bossnya sangat mengandalkannya tetapi kalau dipekerjakan seperti sapi perah seperti ini siapa juga yang mau? Toh dirinya tidak membutuhkan uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Charlie, seperti yang kau bilang barusan. Jika aku menerima pekerjaan ini berarti aku harus tinggal dengan mereka selama tiga bulan kedepan dan kau berpikir aku bisa mengambil pekerjaan yang lainnya? God please help me, aku tidak bisa membelah diri. Gantikan shiftku dengan Runa dan Sherlie maka akan kuambil pekerjaan ini. Take it or leave it." Ancam Ella yang sudah sangat berang dengan bosnya. Melihat jam digital yang menunjukan waktu 7.05 pagi, Ella mempunyai waktu sepuluh menit sebelum kereta yang dinaikinya tiba. Mengambil posisi diluar garis kuning yang tersedia, Ella berdiri menunggu kereta dengan sabar bersama ratusan penumpang yang lainnya.

". . ."

"Ah, senang sekali rasanya akhirnya kita menemukan solusi yang sama. Tolong kirim alamat mereka ke emailku dan aku akan pergi kesana jam sepuluh nanti setelah aku selesai mandi dan sarapan." Menutup teleponnya diiringi senyum kepuasan. Ella segera mengecek email yang masuk saat hpnya bergetar karena ada pemberitahuan.

"Oh Tuhan, apa kau bercanda?"

.

.

.

Aflonso's POV

"Aku benci ini, Papa. Papa tahu kalau aku tidak ingin pindah kesini dan Papa tetap memaksaku untuk datang kesini." Protes putra semata wayangku yang berdiri disebrang ruangan dengan tangan terlipat didepan dada dan raut muka yang tidak senang.

"Hanya untuk tiga bulan. Setelah itu kita bisa kem—"

"TIDAK! Aku ingin kembali sekarang!" Rengeknya memotong kalimat yang ingin kuucapkan dan berjalan cepat memperpendek jarak yang ada diantara kita. "Bagaimana jika Mama kembali saat kita pergi dan tidak menemukan kita? Dia akan pergi lagi!" Teriaknya lantang kemudian mulai terengah-engah dengan nafas pendek-pendek. Hatiku sakit melihat putraku harus merana menanggung semua kesalahanku.

Hari ini sudah genap tiga tahun dua bulan dan tiga hari semenjak kepergian Ella. Ya, aku terlihat menyedihkan tetapi mau bagaimana lagi seperti diprogram otomatis diriku terus menghitungnya. Masih kuingat dengan jelas hari terkutuk itu, hari dimana kami kehilangan sesosok istri dan ibu yang baik untuk—aku berharap tidak untuk selamanya.

I'm not Your Family (Bahasa) [UNDER CONSTRUCTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang