Dengan langkah kecil dan terburu-burunya, cewek itu memasuki ruang kelas. Ia berkali-kali menepuk keningnya kala melihat Sang Guru telah berdiri dengan manis di samping mejanya. Untuk kesekian kali ia menepuk lagi keningnya, kali ini dengan rutukan untuk dirinya sendiri ketika ia sadar bahwa tugas yang seharusnya ia kumpulkan hari ini tertinggal di meja belajar karena baru diselesaikannya semalam.
Ayra merapikan rambut sebahunya, tersenyum manis sekali, dan mulai mengetuk pintu. "Assalamualaikum, Pak Agus. Maaf saya terlambat, tad—"
"Waalaikumussalam, Ayra. Silakan masuk, sini berdiri di samping bapak." Pak Agus tersenyum sangat manis, Ayra jadi tidak enak hati.
"Tidak masalah deh terlambat, tapi tugasnya sudah dikerjakan 'kan?" lanjut Pak Agus masih dengan senyumannya, tidak biasanya.
Ayra tertegun sesaat, ia mengatur mimik wajahnya. "Ah, tugas ya pak? Jadi tu—"
"Bapak tau, kamu pasti gak bawa. Tumben sekali. Sudahlah ke kantor bapak istirahat nanti." Senyum Pak Agus hilang, maka mulailah kehidupan yang sebenarnya.
"Pak, pak, tolong dong gak perlu ke ruang bapak, saya beneran deh, gak bohong, saya gak bawa tugas gara-gara ketinggalan di meja abis dikerjain semalam. Kalau saya bawa tugas nih pak, Bapak mau bandingin jawaban saya sama si Argan, nilainya pasti gedean saya, Pak. Saya serius pak, gak bohong." Ayra menangkupkan tangannya tanda memohon di hadapan Pak Agus.
Argan yang merasa terpanggil, langsung melirik tajam ke arah Ayra. Berani-beraninya tuh tikus bawa-bawa nama gue. Batin Argan.
"Ehm, hukum aja, Pak. Sekali gak bawa tugas, tetap gak bawa kan?" Argan tersenyum miring.
"Argan!!" Ayra mendesis.
"Loh kok, jadi malah kalian yang ribut gini sih? Sudah, Ayra, kan bapak sudah bilang, kamu ke ruangan bapak istirahat nanti. Bapak mau memikirkan tugas yang pas sebagai hukuman kamu." Pak Agus kembali ke mejanya, mengambil buku dan kembali menerangkan tentang apa itu Kebijakan Fiskal.
Ayra menganggguk pelan, dengan gontai ia berjalan ke mejanya dan Maudy berada.
"Udahlah, Ra, hukuman doang buat lo mah gampang." Maudy menghibur, setelahnya ia menghadap meja di belakangnya dan mendapati Argan tersenyum miring dan menahan tawanya, ia geleng-geleng kepala untuk kesekian ratus kalinya.
Ayra dan Argan.
Tom and Jerry dimulai.
***
Ayra bergegas ke ruang guru sebelum amarah Pak Agus bertambah, ia tidak ingin reputasi 'anak baik dan manis di hadapan guru' yang selalu ia pegang, luntur begitu saja karena insidennya dengan Pak Agus pagi tadi.
Suara teriakan Argan dari dalam kelas yang memekakan telinganya bahkan tak dihiraukannya.
Argan tak kehabisan tenaga, ia mengikuti arah perjalanan Ayra. "Eh, Ayra pendek, beliin gue siomay dong." kalimat ini rasanya tak pernah hilang dari mulut Argan.
Ayra terus saja berjalan melewati lorong jurusan IPS, sebentar lagi ia sampai dan suara Argan akan menghilang dengan sendirinya.
"Ay, Ayra! Ih selain kurang tinggi, pendengaran lo kurang juga ya." Argan terkekeh sendiri melihat cewek dihadapannya terus melangkah dengan langkah pendek dan terburu-burunya.
Ayra menoleh sekilas, ia tidak suka dipanggil Ay, kayak Say, terus jadi panggilan anak alay, Ay. "Stop panggil gue dengan panggilan Ay."
Argan terkekeh lagi, ia selalu suka mengganggu cewek semacam Ayra. Menyenangkan.
"Iya, A—"
"Pak Agus! Saya udah lama tau nunggu bapak, yuk, Pak, langsung ke ruangan bapak aja." Ayra mengerling kepada Argan yang dibalas tatapan sedikit terkejut oleh Argan.
YOU ARE READING
Fall Away
Teen FictionJangan terlalu berkeyakinan bahwa akan sepenuhnya mencintai atau membenci seseorang. Karena yang terjadi esok adalah sebuah kejutan.