Suara kode pada pintu apartemen terdengar. Si penghuni apartemen masuk dengan perlahan. Ruangan tanpa pencahayaan langsung menyambutnya. Tidak ingin menggangu seseorang yang sepertinya sudah terlelap. Oh, bukan sepertinya tapi ia berharap semoga orang itu sudah terlelap. Sebentar, bukannya seseorang itu saat ini sedang tidak di kamar.
Astaga, karena rasa rindu yang menggila, Jin sampai tidak mengingat kalau malam ini sang istri sedang tidak berada di Korea.
Setelah melepaskan sepatu dan mengganti dengan sandal rumah, langkah kakinya pun diarahkan ke dapur. Rasa haus yang menggangu membuatnya harus membasahi tenggorokan terlebih dahulu. Padahal ia sudah ingin cepat - cepat masuk kamar untuk bergelung di tempat tidur dan berselimut dengan aroma seseorang yang menjadi pendamping hidupnya. Memeluk guling sampai pagi yang juga beraroma tubuh sang istri. Berharap rasa lelah akibat aktifitas seharian langsung hilang.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jin langsung melangkahkan kaki ke kamar.
Membuka pintu perlahan, hanya kekosongan yang menyambutnya. Setelah menutup pintu kembali dan menekan saklar lampu, ruangan yang tampak lengang menyambutnya.
Padahal rencananya ia akan menginap di dorm selama istrinya tugas ke luar negeri. Tapi tiba-tiba rencana berubah. Mobil yang di kendarainya tidak jadi mengarah ke dorm. Namun ia putar balik mengarah ke apartemen pribadinya. Huft, tahu gitu lebih baik menemani Yoongi di studio. Ah itu juga bukan pilihan tepat, karena pastinya ia sudah pulang menemui sang istri.
'Aduh, kenapa harus pusing sendiri menyesali yang terjadi.'
Setelah meletakkan tas, Jin membuka lemari, mengambil kaos dan celana pendek untuk tidur. Selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian, Jin langsung merebahkan diri sambil memeluk bantal yang biasa di pakai oleh sang istri.
.
.
.Setelah tertidur beberapa saat, merasa ada yang kurang, Jin tiba-tiba kembali terbangun. Dengan mata setengah terbuka, Jin meraih ponsel yang terletak di nakas. Jam di ponsel menunjukkan pukul 02.15 am, artinya belum satu jam Jin memejamkan mata.
Setelah terbangun seperti ini, Jin selalu tidak dapat melanjutkan tidurnya kembali. Hal seperti ini selalu terjadi apabila sang istri sedang dalam tugas luar.
Dengan mata terbuka, Jin memikirkan kembali kejadian pagi hari sebelum sang istri berangkat ke bandara. Terjadi perdebatan sengit karena Jin yang tidak ingin bila sang istri berangkat kembali ke luar negeri. Sebelumnya ia sudah di tinggal ke Jepang selama tiga hari dan kini harus kembali pergi. Kali ini harus ke Hongkong. Jin sangat menyesal sudah membuat orang yang sangat dicintainya harus mengeluarkan air mata.
Sebenarnya ia tidak mempermasalahkan pekerjaan istrinya. Karena sejak awal menjalin hubungan sampai akhirnya menikah, mereka sudah mendiskusikan semua. Jin tidak akan melarang sang istri - Lee Cheonsa yang kini menjadi Kim Cheonsa - untuk tetap bekerja setelah menikah.
Kini, saat kesibukan masing-masing menguasai, Jin merasa terabaikan. Sifat egoisnya tiba-tiba muncul ke permukaan.
Sang istri yang merupakan salah satu staff di suatu kantor management terbesar di Korea, saat ini sedang berada di Jepang.
Awal perkenalan antara Jin dan sang istri pun terjadi saat Jin dan member lainnya sedang mengisi acara di salah satu stasiun TV. Saat itu sang istri yang menjadi salah satu staf boy grup, tidak sengaja bertabrakan dengan Jin yang sedang berlari kearah toilet. Cheonsa yang tidak siap, jadi terjatuh ke belakang. Namun dengan sigap Jin langsung menangkap tubuh Cheonsa. Waktu seakan berhenti, saat mata mereka bertemu. Sejak saat itu, Jin dan Cheonsa beberapa kali bertemu di tiap acara musik. Sampai saling bertukar nomor ponsel, sering ngobrol tiap ada kesempatan sampai tidak terasa mereka jadi dekat. Tepat satu tahun yang lalu, Jin memberanikan diri untuk melamar. Dan tidak sampai menunggu lama, Cheonsa langsung menerima.
KAMU SEDANG MEMBACA
You And I To Be Us
General FictionHanya berisi kisah ringan di kehidupan sehari-hari. . . . . All member with oc . . . . Terinspirasi dari percakapan random di twitter bareng @tatta820