sapa mentari iringi langkah kaki

124 10 1
                                    

Pagi yang indah diiringi kicauan burung yang bergelut. Sejuknya angin pagi ini membuatku ingin menari disekitar dedaunan dihembus angin tak tahu arah tujuan. Mereka akan jatuh dimana mereka akan menyandarkan dirinya yang renta. Pagi ini dengan semuanya yang sudah aku persiapkan, aku pergi mendaftar sekolah. Tak seperti anak seusiaku yang lainnya, mereka di dampingi orangtuanya pergi mendaftar kesekolah, sementara aku hanya di dampingi ijazah dan kawanannya. Aku tak iri pada mereka, justru aku merasa iba, karna bagiku mereka hanya menggaggu waktu orangtuanya untuk melakukan aktivitas mereka. Usai mendaftar, aku bertemu dengan teman temanku yang juga mendaftar di sekolah ini. Hai ked sapa mereka, sendirian aja? Jomblo ya, usil salah seorang teman ku. aku membalas mereka dengan senyuman dan menyesuaikan suasana.

Dan pengumuman hasil penerimaan siswa barupun keluar, aku terombang abing dan harus bertarung melewati para ibuk ibuk yang berdesakan melihat hasil penerimaan siswa baru yang di tempel di jendela kelas. Aku tak dapat melewati mereka, tapi aku tak kehabisan akal, aku menyorakkan ada uang jatuh, dan perhatian mereka teralihkan. Dan dengan mudahnya aku melewati para manusia yang segala sesuatunya tak pernah terlepas dari uang. Aku melihat dengan seksama hasil penerimaan siswa baru, alhamdulillah diantara nama nama para manusia itu, juga terdapat namaku. Dengan hati yang senang aku pulang dan memberitahu kedua orangtuaku.

Uang memang dapat mengatur manusia bahkan negara sekalipun. Tapi sebagian manusia tak dapat diatur hanya dengan perkara uang

waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang