Sebelum cerita dimulai, saya ingin minta maaf kepada para pembaca yang sudah menunggu update chapter terbaru. Maafkan baru sempat update sekarang, dikarenakan kesibukan lainnya di dunia nyata.
————————————————————————————————————
——————————————————Sepanjang perjalanan pulang, Clara dan Bian lebih banyak diam. Angin menerpa lembut wajah mereka. Rambut pirang milik Clara tersapu lembut oleh sang angin. Dengan sigap Clara menyibak rambutnya agar tidak menghalangi pandangan. Sementara itu, Bian sibuk berpikir kata-kata apa yang harus disampaikannya kepada Clara. Dirinya dan Kean sejak beberapa hari lalu telah berunding mengenai rencana mereka untuk kembali ke Klin. Alasan utama adalah untuk menghapus kecurigaan terhadap kepergian mereka yang sudah cukup lama. Alasan lainnya, mereka harus melaporkan secara langsung mengenai kondisi Clara (karena melaporkan lewat surat sangatt beresiko) dan mendiskusikan tentang 'rencana besar'. Bian tahu betul, rencana besar bersifat sangat rahasia dan Clara tidak boleh tahu. Setidaknya bukan sekarang waktu yang tepat untuk memberitahu Clara mengenai rencana itu. Kelak saat semua persiapan sudah mantap, barulah Clara akan diberitahu.
"Bian, bolehkah aku tahu apa yang kamu pikirkan?", kata Clara yang akhirnya membuka pembicaraan.
"Tidak ada yang istimewa, Nona", jawab Bian berbohong.
"Meskipun tidak ada yang istimewa, mengapa raut wajahmu mengatakan yang sebaliknya? Kamu sangat serius memikirkan sesuatu yang entah apalah itu", ujar Clara.
"Baiklah, aku akan mengatakannya. Aku dan Kean berencana untuk kembali sebentar ke Klin", Bian akhirnya berhasil mengutarakan rencana mereka.
"Ya sudah, pergi saja. Lagi pula itu bagus, barangkali sudah banyak orang yang mempertanyakan keberadaan kalian berdua sejak penyerangan kerajaan Clover".
Ternyata semudah itu Clara mengizinkan Bian dan Kean untuk kembali ke Klin. Hanya Bian saja yang cemas berlebihan.
"Nona tidak apa-apa kami tinggal sendirian di gubuk itu?", tanya Bian.
"Tidak akan terjadi apa-apa, bukan? Maka pergilah. Aku akan baik-baik saja. Bukankah kamu dan Kean juga sering meninggalkanku sendirian saat malam hari?", ujar Clara.
Deg. Seketika itu jantung Bian berdegup kencang mendengar pertanyaan Clara. Dirinya dan Kean yang selalu pergi menyelinap saat tengah malam telah diketahui oleh Clara. Bian mengabaikan pertanyaan itu dan berharap Clara tidak mempermasalahkannya. Ditariknya tali kuda miliknya dan memacu hewan itu kencang mendahului Clara.
***
Hari yang telah disepakati tiba. Cuaca hari itu cerah, awan berwarna biru dan tak menampakkan sedikit pun sisi kelabu. Bian dan Kean telah mempersiapkan bekal perjalanan mereka sejak pagi buta. Clara ikut membantu, walaupun saat ia terbangun perbekalan itu sudah rampung setengahnya. Sejujurnya Clara tidak ingin Bian dan Kean meninggalkan dirinya sendirian dalam waktu lama di gubuk itu. Namun mereka harus kembali demi dirinya. Jangan sampai ada penduduk Klin yang curiga dengan kepergian dua sepupu itu lalu menyangkut pautkannya dengan serangan yang terjadi di kerajaan Clover. Clara membuang jauh-jauh pemikiran itu. Dirinya harus berpikir positif dan tidak boleh menduga-duga. Bagaimana pun, yang semua orang tahu, Princess Clara sudah tiada. Begitu pula dengan seisi istana nya.
"Berhati-hatilah di jalan. Semoga kalian selamat sampai tujuan dan cepat kembali", pesan Clara.
Bian dan Kean mengangguk serempak sembari mengucapkan kata perpisahan kepada Clara. Mereka berdua menaiki kuda masing-masing dan semakin menjauh dari pandangan Clara.
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara The Princess
FantasyKerajaan Clover malam itu diserang musuh. Berita meninggalnya sang raja, permaisuri dan putri semata wayang mereka tersebar keesokan harinya. Tak ada yang tau pada malam kerajaan kerajaan diserang Sang Putri, Clara, hanya pura-pura mati dan berhasil...