Malam itu hujan mengguyur desa Acardia dan sekitarnya. Clara yang telah tertidur lelap terbangun karena suara petir yang menggelegar. Gelap pun menyergap dan Clara mulai ketakutan.
"Kean", serunya.
Tidak ada jawaban.
"Bian", seru Clara lagi.
Masih tidak ada jawaban.
Dengan takut-takut Clara keluar kamar dan memeriksa sekeliling gubuk mencari sosok Kean dan Bian. Hasilnya nihil. Mereka tidak terlihat dimana-mana. Petir kembali menyabar dan Clara berlari menuju kamarnya dan bergelung dibawah selimut mencari perlindungan. Clara gemetaran lalu tiba-tiba terdiam. Ini kedua kalinya dua sepupu itu tidak berada di rumah saat lewat tengah malam. Mereka pasti pergi diam-diam saat aku telah tidur, pikir Clara. Tapi kemana ?
***
"Bian, ayo", seru Clara.
Clara melambaikan tangannya dan tidak sabar lagi menunggu Bian yang masih berusaha mengenakan sepatu Boot nya.
"Akhirnya aku keluar dari gubuk ini".
Clara begitu bersemangat untuk berkeliling pasar desa Acardia dan bahkan memikirkan beberapa barang yang ingin dibelinya.
"Ah iya Bian, kau tau kan keadaan keuanganku sulit akhir-akhir ini. Jadi, kau yang harus traktir", perintah Clara sambil tersenyum.
"Baiklah Yang Mulia", jawab Bian.
***
Clara menghela nafas panjang dan berjalan setenggah melompat saking girangnya. Mereka bahkan berhenti di beberapa kios penjual bunga karena Clara ingin menghirup aroma harum bunga-bunga itu. Bian terus memperhatikan Clara dan menahan tawanya melihat tingkah laku sang Putri.
"Bian, aku ingin makan permen kapas", ujar Clara.
Clara menarik lengan baju Bian menuju penjual permen kapas.
"Yang Mulia", ujar Bian.
"Ehem", kata Clara memberi peringatan. Kalau ada yang mendengar Bian memanggilnya dengan sebutan itu, maka matilah dia.
"Nona, mohon tunggu disini sebentar. Hamba harus membeli sesuatu", ujarnya.
Bian bergegas meninggalkan Clara dan menuju salah satu kios yang mereka kunjungi sebelumnya. Clara tidak memperhatikan kemana arah perginya, dan mengalihkan pandangan ke tuan penjual permen kapas. Tiga menit kemudian Bian kembali dan membawa seikat bunga lili putih ditanggannya.
"Untuk anda Nona", ujarnya.
"Wah, cantik sekali. Terima kasih Bian", ujar Clara.
Clara mengenggam bunga itu di tangan kirinya sedangkan di tangan kanannya mengenggam permen kapas berwarna merah muda. Mulutnya sibuk mengunyah permen kapas sambil tersenyum kecil. Bian tak bisa menahan senyumnya melihat Clara. Setelah puas berkeliling mereka pun pulang.
"Terima kasih Bian, aku senang sekali hari ini", ujar Clara lalu memeluk Bian.
Bian terkejut dan membiarkan Clara memeluknya.
-Bersambung-
Hai hai, akhirnya bisa mempublish 2 new chapter Clara The Princess. Selamat membaca dan ditunggu komen + vote nya (ngarep hehe)
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara The Princess
FantasyKerajaan Clover malam itu diserang musuh. Berita meninggalnya sang raja, permaisuri dan putri semata wayang mereka tersebar keesokan harinya. Tak ada yang tau pada malam kerajaan kerajaan diserang Sang Putri, Clara, hanya pura-pura mati dan berhasil...