Not Lying - 1

511 33 33
                                    

/n : kinda—fukkin—related to nyjasmine 's US titled 'Liburan'

Please enjoy and leave some respect!

→←

Kenapa juga aku harus berada di situasi seperti ini.

Changkyun merutuki dirinya sendiri yang salah memilih tempat duduk dalam pesawat. Yah, bagaimana tidak. Ia duduk di sebelah Jooheon dan di sebelah Jooheon ada Naline. Bayangkan saja berada di dekat dua sejoli yang sedang-sedangnya dimabuk asmara.

Saat ia tengah bergumam banyak kata-kata kotor di benaknya, Changkyun—tidak sengaja—mendapati Naline yang mengarahkan kamera ponsel ke arah Jooheon. Aura setan dalam dirinya langsung saja membara. Jadi ia melakukan photobomb pada gambar yang niatnya ingin diambil oleh Naline.

"Changkyun! kau jangan ikut menoleh. Aku ingin mengambil gambar Jooheon saja."

Dalam hatinya, jujur saja Changkyun mengumpat. Karena sudah diusir(?) akhirnya ia melengos dan kembali menaruh atensi pada ponsel yang sedang ia genggam.

Iseng-iseng, Changkyun membuka ruang obrolannya dengan Ranna. Karena sedang libur kuliah, gadis itu bilang padanya bahwa ia akan mengunjungi bibi dari ayahnya selama liburan. Sebenarnya Changkyun merasa agak—amat sangat—kecewa mengetahui hal itu. Pasalnya ia sedikit banyak sudah menyusun rencana mengenai beberapa hal yang ingin ia lakukan bersama Ranna saat periode libur kuliah. Tapi sepertinya semuanya jadi kedengaran tidak mungkin setelah obrolan terakhir yang mereka lakukan.

"Aku mungkin akan menghabiskan waktu liburku di sana."

Setelah membaca kalimat itu di ruang obrolan, Changkyun baru sadar ada yang berbeda dari profil Ranna. Rupanya gadis itu mengganti foto profilnya. Di sana ia sedang memeluk boneka karakter minion yang mengenakan kostum Captain America.

Jujur saja, saat melihat figur gadis itu hati Changkyun berdesir hebat. Padahal tidak ada yang spesial dari Ranna di foto itu. Ia hanya mengenakan pakaian kasual yang ia senangi. Kaus putih polos, kemeja flanel kebesaran, jeans pendek dan tas punggung. Sungguh tak ada yang istimewa tapi Changkyun merasa jantungnya ingin loncat keluar lewat kerongkongan.

"Ah. Aku benar-benar sudah gila." Gumamnya

Karena merasa tak ada hal menarik yang bisa ia lakukan, Changkyun memilih untuk memejamkan mata. Mungkin dengan itu pikirannya bisa kembali normal tanpa bayang-bayang Ranna yang selalu melingkari isi tempurung kepalanya.

Tetapi lagi-lagi rencana Changkyun gagal dikarenakan suara gerasak-gerusuk dari sebelahnya.

"Kepalamu berat honey, jangan tidur di pundakku."

Aduh, ketika kalimat Naline tadi baru saja meluncur, itu terdengar sangat jelas di telinga Changkyun yang baru akan terlelap. Sudah, tidak bisa tidur ia jadinya.

What the fuck am I doing here God or maybe they're too much please save my life, umpatnya dalam hati.

→←

"Minhyuk! Jangan lari-lari begitu!"

Belum ada tiga detik setelah kalimat itu keluar dari mulut Kihyun, sebuah insiden terjadi.

Minhyuk yang berada beberapa langkah lebih dulu dari rombongan tidak sengaja menabrak seorang perempuan. Itu memang masalah utamanya. Tapi hal lain yang lebih membuat malu dan membuatnya makin merasa bersalah adalah, posisinya di situ ia sedang memegang segelas americano. Karena ia menubruk tubuh perempuan itu cukup keras, jadi sedikit banyak ada sebagian yang tumpah.

"Oh, joesosorry. I'm sorry." Kata Minhyuk yang kemudian membatu

"What the fuck?" perempuan itu mengumpat padanya

Jooheon yang melihat itu langsung mengumpat dalam hati. Sebenarnya yang lain juga. Tapi dari sekian banyak reaksi yang dikeluarkan, reaksi Jooheon yang paling buruk. Pemuda itu seolah-olah mematri kalimat—aduh-buang-saja-kek-manusia-satu-ini—baru juga sampai sudah bikin masalah.

Changkyun yang melihat itu juga sebelas dua belas dengan yang lain. Jadi ia menghampiri perempuan—atau gadis?—yang ditabrak Minhyuk untuk mewakilkan permintaan maaf. Menggunakan bahasa internasional tentunya. Hey, they're in fucking Los Angeles.

"Hey, look, I'm sorry." Kata Changkyun

"Is sorry enough? My shirt was so damn dirt—y."

Changkyun membatu. Begitu pula gadis di hadapannya.

"Ranna?"

"Changkyun?"

Mereka beradu pandang sebentar. Sama-sama masih tidak percaya akan keadaan.

Sementara itu rombongan Changkyun malah mengernyit bingung kecuali Naline dan Jooheon. Mereka pernah bertemu dengan Ranna sebelum ini.

"Mwoya ige? Deuramainga?!" pekik Shownu yang merasa adegan di matanya sama sekali tidak realistis.

"Kalian bisa duluan. Aku menyusul nanti." Kata Changkyun akhirnya sambil menarik Ranna pergi

Pemuda itu membawa gadis di genggamannya ke tempat yang tidak terlalu sarat akan kerumunan orang.

"Kau sedang apa di sini?" tanya Changkyun

"Apa pedulimu?"

"Ayolah, Ranna. Aku serius."

"Kau pikir aku bercanda?"

Kesal, Changkyun mendengus pelan sambil memutar bola mata.

"Kau bilang padaku kau akan menghabiskan liburan di rumah bibimu. Tapi kenapa malah ada di sini? Kau bohong?"

"Kau juga bilang padaku kau ingin ke rumah nenekmu. Kau bohong?"

"Ranna, please. Aku tahu ibumu tidak mengajarkanmu bersikap seperti ini. Please behave yourself. Jawab pertanyaanku dulu."

Sama dengan Changkyun, gadis itu juga mendengus sambil memutar bola mata.

"Aku tidak bohong. Aku memang mau ke rumah bibi."

"Di sini? Di LA?"

Ranna mengangguk.

"Kau sendiri bagaimana? Apa penjelasanmu? Segala menuduhku berbohong, cih. Kau laki-laki?"

"Hey, aku juga tidak bohong. Aku juga mau ke rumah nenekku."

"Di sini? Di LA?"

Changkyun menangguk.

Oke, sekarang mereka berdua benar-benar kelihatan seperti sepasang idiot.

"Kau tidak membodohiku kan, Ranna?"

"Please Kyun-ah. Why would I?"

Sejemang, Changkyun dan Ranna hanya mampu berpandangan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Keduanya sama-sama tak habis pikir sebenarnya apa yang direncanakan takdir sampai-sampai mereka bertemu di LA.

"Kau sendiri?"

Selepas pertanyaan Changkyun terdengar telinganya, Ranna menggeleng.

"Aku bersama ibu. Mana mungkin pergi sendirian."

Tidak lama setelah itu, wanita paruh baya—Ibu Ranna—menghampiri mereka.

"Hai, bibi."

"Oh, Changkyun? Kau di sini?"

"Iya, aku ingin mengunjungi nenekku."

"Di sini? Di LA? Daerah mana?"

"Iya, bi. Di Baverely Hills."

Ranna melotot. Ia melirik ibunya sekilas yang malah melempar senyum ke arahnya.

Melihat ada yang aneh, Changkyun bertanya,"Kenapa?"

"Rumah bibiku juga di sana."

—to be continue

(Un)titledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang