1

11 0 0
                                    


11.41 a.m

"RAINA! BANGUN, KAMU NIAT DAFTAR SEKOLAH ATAU BUNDA PONDOKIN KAMU BENERAN NIH! BANGUN RAINA!" ujar perempuan paruh baya sembari membuka gorden kamar seorang anak perempuan yang sedang melanjutkan hidupnya di alam mimpi

"RAIN—"

"Iyaa bundaaa"
"Jam 7 kok terang banget ya, bun?" tanya perempuan malas tersebut kepada perempuan paruh baya itu yang ternyata adalah bundanya.

"Sudah jam 11 Raina, Bunda gak mau bercanda lagi, ayo kita daftar ulang sekarang."

Bunda meninggalkan Raina di kamarnya. Raina terbelalak dan langsung melipat selimutnya lalu berlari menuju kamar mandi untuk segera berangkat daftar ulang.

"Ayah, Raina gak yakin bakal nyaman sekolah disini." Ujarnya pada ayahnya yang menemani Raina daftar ulang.

"Kenapa gak yakin? kan teman Raina banyak yang disini. Ini sekolahnya juga bagus, gak kalah sama yang dulu Raina pengenin."

Sementara itu Raina hanya menunduk dan cemberut mendengar jawaban ayahnya.

Raina merogoh ponselnya yang bergetar dan benar, ia mendapatkan pesan dari sahabatnya, Gabriella.

12.25 a.m
Ra, dimana? Aku
udah disini

12.25
Kamu dimana? Aku
samperin

12.26 a.m.
Di deketnya lapangan
basket. Aku tunggu!

12.26 a.m.
Oke, aku liat kamu. tunggu!

"Ayah, Raina mau ketemu Gaby, dia ada disitu, Raina gak lama," Ujarnya sambil menunjuk lapangan basket yang tidak jauh dari tempatnya.

"Iya, biar Ayah yang urus berkasnya, nanti kalau sudah selesai, Ayah telfon,"

Raina tersenyum lebar lalu berlari dengan riang ke tempat sahabatnya yang kerap dipanggil Gaby.

"Rainaa!"

"Gab, gila. Aku baru bangun jam 11, bunda marahin aku masa, katanya aku mau dipondokin! yakali! trus ini juga daftarnya lama amat."

"Kamu kali yang gila, Ra. udah kesiangan, minta cepet." maki Gaby kepada Raina sambil tertawa kecil

Raina duduk disebelah Gaby lalu melihat para siswa siswi yang akan menjadi teman angkatannya.

"Gab, ko ga ada yang ganteng ya?"

"Mulai nih."

"Engga serius deh, coba tuh liat"
"Tapi yaudah lah hahahah."

Gaby tidak menanggapi perkataan Raina, ia hanya geleng geleng dan sesekali mengecek ponselnya.

"Ra, tau ga sih, tadi tuh a—"

"Eh bentar, Ayah telfon." Raina sembari mengambil ponselnya.

BagaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang