Rasa takut mulai menguasai setiap sisi pikiran terdalam Aqueena. Pikiran aneh mulai melanda isi kepalanya tatkala gadis itu mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dia terkejut dengan teleportasi yang dilakukan Fischer untuk membawanya ke ruangan kepala sekolah. Aqueena sempat pingsan sebentar, lalu terbangun saat mencium aroma tajam kaus kaki yang (mungkin) tidak dicuci selama berminggu-minggu.
Kejadian demi kejadian mulai membuatnya merasa tidak nyaman. Bagaimana tidak, kejadian yang dilalui Aqueena bukanlah kejadian yang wajar, melainkan kejadian aneh yang tidak dapat dijelaskan dengan rumus Fisika, maupun Kimia, ataupun Matematika, apalagi Ekonomi dan Akuntansi yang jauh menyimpang dari teori Sains yang mungkin (sedikit) dapat menjelaskan kebenaran.
Tidak hanya teleportasi, setelah terbangun dari pingsannya, Aqueena dihadapkan pada kenyataan aneh lainnya. Kejadian itu sukses membuat jantung Aqueena melonjak. Siapapun pasti akan terkejut dengan kenyataan di depan matanya yang sangat tidak lazim.
Aqueena terdiam di ruangan kesehatan setelah merasa hampir mati. Gadis bersurai cokelat itu masih sangat shock dengan kejadian yang baru saja dilaluinya. Sejujurnya, Aqueena mulai takut dengan tempat ini, sekolah ini, dan para penghuni sekolah ini. Ingatannya berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu saat dirinya melihat gelas yang bisa melayang, kertas yang perlahan bersatu dan berubah menjadi seekor burung, dan yang lebih parahnya, tubuh Aqueena sendiri yang melayang di udara.
Aqueena masih ingat bagaimana pria tua itu muncul dari balik pintu ruang kesehatan—yang telah terkunci rapat—dengan setelan aneh yang dikenakannya; memakai jubah serupa Dracula, membawa sebuah tongkat yang tingginya hampir sama dengan bahunya, tongkat yang dibawanya memuat sebuah ukiran aneh yang ditafsir Aqueena sebagai gambar orang tak jadi terbang, rambut ubannya yang disisir ke belakang sehingga mengekspos kening yang tingginya hampir menyamai menara Eiffel (gantungan menara Eiffel maksudnya), dan tubuh ringkihnya yang membuat Aqueena teringat pada Bokir yang diisengi Sundel Bolong.
Pasca bangun dari pingsan, Aqueena menutup diri dan memekik pada setiap orang yang hendak mengunjunginya, bukan, dia memekik pada siapa saja yang ingin memasuki ruang kesehatan, termasuk pada siswa yang ingin minta obat ataupun sekedar tiduran di ruang kesehatan. Aqueena bahkan menolak kunjungan Fischer karena masih merasa takut. Semua yang berada di sana berusaha membujuknya untuk membuka pintu. Seluruh siswa menjadi ricuh dan berbondong-bondong menuju ruang kesehatan hanya untuk menyaksikan Aqueena yang sedang mengamuk.
Aqueena mengunci dirinya di ruang kesehatan dengan rasa takut seakan dirinya adalah korban penculikan. Mereka berusaha menggunakan sihir untuk membuka pintu, bahkan seseorang berusaha untuk menembus ruangan. Akan tetapi, hal itu dilarang keras oleh kepala sekolah. Alasannya karena Aqueena belum terbiasa dengan sihir dan keanehan lainnya. Bisa saja gadis itu pingsan berkali-kali melihat kekuatan satu persatu dari mereka.
Mr. Hawort yang merupakan kepala sekolah berusaha membujuk Aqueena. Tapi tetap saja gadis itu tak mengindahkan, bahkan beberapa kali terdengar lemparan keras ke arah pintu disertai teriakan, "PERGI KALIAN SETAN!!"
Karena Aqueena tetap berkeras kepala, akhirnya Mr. Hawort terpaksa menggunakan sedikit sihir, tetapi tidak terlalu mengejutkan Aqueena.
Mr. Hawort membuka pintu ruang kesehatan menggunakan tongkat sihirnya yang sangat merepotkan untuk dibawa kemana-mana. Pria tua itu memasuki ruang kesehatan, lalu perlahan mendekat ke arah Aqueena yang menatapnya dengan tajam di atas ranjang seraya memeluk bantal yang sewaktu-waktu bisa dijadikan senjata pamungkas pertahanan diri.
Aqueena merasa pria tua itu sedikit tidak waras dengan penampilannya yang terlihat aneh. Pakaian yang dikenakan Mr. Hawort seperti pakaian musim dingin, padahal sekarang adalah musim panas yang berkepanjangan, bahkan suhu udara mencapai 34 derajat Celsius.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Stone: Crystalball [END]
FantasíaCover by: @dimasprayoga_ Ketika dia merasakan pahitnya kehidupan, dirinya terlempar ke sebuah dunia yang mengharuskannya menerima kenyataan aneh yang tak bisa dijelaskan dengan teori ilmiah, dimana sihir bukanlah khayalan yang hanya ada di film fant...