"Nona?" panggilku lagi. Perlahan matanya mengerjap. Kugenggamkan padanya kopiku yang kini hangat suam.
"Ah, maaf" suara itu keluar dari bibirnya yang mulai kembali warnanya. Tangannya nyaris menjatuhkan kopi jika tidak kugenggam.
"Tidak apa. minum kopinya. Dan ini" kuulurkan sebatang coklat. "makanan manis akan membantumu tenang. Makanlah"
"Terima kasih" suaranya lembut. Membangunkan yang di bawah sana.
Shit.
______________________________________
Sher POV
Baru kali ini aku mendapati mata seunik ini. Cukup sekali aku melihat. Dan aku tidak akan pernah lupa.
Aku mengerjapkan mata. Aku telah merepotkan orang ini. "Maaf, aku merepotkanmu" ucapku. Dia hanya tersenyum lalu membuka jaketnya dan memakaikannya padaku.
"Kau membeku. Minum kopinya sebelum dingin" lelaki itu bangkit dari posisinya dan duduk disebelahku.
Perlahan kuteguk kopi yang separuh hangat itu. "Pakai saja jaketmu" aku melepas jaket itu dari pundakku. "Kau pasti akan membeku" tatapanku kuarahkan ke tubuh atasnya yang hanya memakai sweeter 3/4.
Dia menggeleng. "Aku pernah lebih buruk dari ini" tangannya memakaikan kembali jaketnya padaku. Kali ini ia benar-benar memakaikan padaku. Bahkan sampai menarik resletingnya.
"Terima kasih untuk kopi, coklat, jaket dan yang tadi" kataku. Senyumku perlahan muncul.
"Axcelero"
"Sherina"
***
Ero POV
Setelah aku mengantar Sherina kembali ke hotel--yang ternyata adalah hotelku--para pegawai hotel yang serentak berdiri kuberi kode untuk segera pergi. Aku tidak mau Sherina mengetahui siapa aku.
Aku merebahkan diri setelah mandi. Hari ini melelahkan, tapi esok pasti lebih sulit.
***
Aku menemukan Sher duduk di atas ranjang kasurku. Hanya menggunakan kemeja tipis yang kebesaran di tubuhnya. Menatapku dengan tatapan polosnya yang entah mengapa membuatku turn on.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku. Aku duduk dipinggir kasur.
"Tentu saja menunggumu" sebelah tangannya terulur mengusap rahangku, menyentuh bibirku sensual. Sedang satu tangannya lagi naik turun di kepala belakang hingga tengkuk.
"Mengapa menungguku hem?" mataku tidak bisa lepas dari bibirnya yang tebal dan merah. Aku berusaha menggoda Sherina balik.
Sherina tersenyum nakal. Ia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan mengulumnya. Aku membuka mulutku. Meloloskan desahan tak bersuara. Usapan di dada menambah tegang juniorku.
Jari-jariku ikut bermain. Kubuka kancing kemeja Sherina satu persatu Dan kuturunkan lewat bahunya. Sial, ternyata dia tidak memakai bra. Puting coklatnya terlihat menantang. Kuremas payudaranya. Rintihan seksi keluar dari bibirnya. Matanya terpejam semakin erat saat aku memainkan putingnya.
"Ero.. Aaah" kepalanya mendongak. Memudahkan aku untuk menciumnya. Dalam.
Sher berhasil melepas kemejaku. Sekarang ia sedang berusaha membuka gesper sabukku. Sesekali tangannya meremas juniorku yang sudah berdiri tegak.
"Aaahh.. Yaa.. Disitu, Ahh" desahan kenikmatan semakin tercipta saat aku mengusap clitnya. Basah. Segera kurobek celana dalamnya. Dan dalam sekali sentak, Sherina berhasil membebaskan kejantananku.
"Aaargh" erang Sherina keras saat aku menusuk vaginanya dengan satu jari. Rapatnya vagina Sherina terasa begitu hebat di jariku.
"Kau mau dua jari baby?" tanyaku. Nafas kami beradu.
"Sure" kucium bibirnya habis-habisan Serta kupilin putingnya secara bergantian.
"Fas..teeerr.. Faster please"
"Okay baby" jari ketigaku masuk dan semakin semangat mengocok kewanitaan Sher.
"I'm cummiiing"
"Yes baby, do it for me"
Aku dapat merasakan jari-jariku menghangat karena cairan Sherina. Nafasnya tersengal-sengal. Pipinya memerah dan matanya sayu.
"Bersiaplah babe" ucapku. Tanpa menunggu jawabannya kumasukkan kejantananku dalam sekali sentak.
"Aaaaahh" punggung Sherina melengkung.
"Babe, you're so tight" kejantananku berdenyut nikmat.
"Move Ero! Move"
"As you wish my princess"
Aku bergerak. "Kau.. Sangathh.. Nikmaaat" geraman tertahan tercipta di dadaku.
"Fasteerr" pinggangku bergerak semakin cepat. Dan cepat. Kuhisap putingnya bergantian.
"Moan my name gurl"
"Errooo..hh.. Eroo" kedua tangan Sherina meremas seprei. Pinggulnya bergerak mengimbangiku. "I want to cumhh"
"Together" kupercepat sodokkanku. Hingga orgasme datang secara bersamaan.
***
Aku membuka mataku malas hanya karena suara berisik dari lantai bawah. Harusnya aku memasang pengedap suara semalam.
"Axcyy!!" teriakan dari bawah membuatku menyusup kebalik bantal. Menutup telinga rapat-rapat.
BRAKK
Pintu kamarku terbuka. Sial, mengapa aku tidak menguncinya? Huh.
"Axcyy ayo banguunn!!" teriak kecoa. No! Bukan kecoa dalam arti sebenarnya. Dia temanku. Namanya Sean O'Henry. Dia mirip kecoa karena selalu muncul tiba-tiba.
"Diamlaaaah!!" teriakanku terbenam dalam kasur. Aku menyurukkan badan semakin dalam ke selimut. Tapi aku merasakan lengket. Dobel sial!! Aku mimpi basah dan aku baru sadaaar.
"Hey buddy, kau ha--"kalimat lanjutan Sean berganti saat menyibak selimut dan melihat 'hasil' mimpi basahku "WOW! KAU MIMPI BASAH! SIAPA WAN--"
Kututup mulut berisik Sean."Daripada kau berisik. Lebih baik panggil Martha untuk mengganti seprei" kataku malas. Aku bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.
"Tentu. Tapi wanita mana yang berhasil membuatmu mendamba hingga mimpi basah?" tanya Sean dengan tatapan sok polosnya.
"Entah. Dia benar-benar wanita yang biasa saja" bodoh, tentu saja dia seperti dewi.
"Se 'biasa' apa dia?"
"Sudahlah tutup mulutmu. Aku harus bersiap"
______________________________________
Ero dan Sher kembalii :) maaf upadatenya telat. Sebenernya part ini udh jadi sejak 2 minggu lalu, tapi author mau tunda dulu sampai author sehat. Dan hari ini author udah lumayan baikan. Salam sayang selalu okee :*