Realita

150 3 2
                                    



Aku ditugaskan di lalulintas. Beberapa hari terlihat lancar. Eh itu kok ada yang gak pakai helm, bonceng tiga lagi

"stop, boleh saya lihat surat berkendaranya?"

"waduh, saya lupa bawa sim pak, ketinggalan dirumah, adanya stnk" bapak itu pura pura kebingungan tapi gayanya santai.

"kalo begitu, mari sebentar ke kantor polisi"

"Pak, ini saya ada 300 ribu, gimana kalo kita damai saja"

"gak bisa pak, kami punya prosedur, gak boleh asal ngasih duit, nyogok itu gak baik"

Bapak itu merengut, tidak dalam konndisi yang tenang lagi, tapi tetap mengikutiku

STNK bapak itu ku sita, aku menulis surat rujukan sidang. Sebelum pergi bapak itu sempat mengumpat

"dasar sok suci!"

Aku cerita dengan rekan rekan kantorku tentang kejadian itu

"kok gak diambil ky? Rezeki tu, klo aku langsung tak ambil"

"iya, kayak gaji polisi gede aja main nolak nolak" sahut yang lain

" loh kan itu duit haram, gak boleh" sahutku ketus

"halah soksokan, yaudah terusin aja kelakuan sok sucimu itu"

Loh, kok mereka gini sih, padahal aku yakin mereka orang yang baik baik, tapi masalah gini kok dianggap biasa, dihalalkan, ternyata oknum oknum lumayan banyak. Betul kata papah, semoga niatku gak berubah.

Aku ditunjuk jadi tim utuk menyeleksi taruna akpol. Wah, rezeki gak kemana, semoga jd tambahan. Aku juga penasaran dengan calon taruna yang baru, sekalian nostalgia tes dulu hehehe.

Wah, ada beberapa jendral lagi, beberapa calon juga terlihhat dekat dengan komandan. Setelah lihat datanya, ternyata mereka adalah anaknya, waah kesempatan bagus nih, mungkin mau ngikutin karir ayahnya. Semoga saja mereka lulus. Siapa yang bekerja keras, dia yang berhasil.

"tolong bantu anak saya" perbincangan komandan dan ketua pelaksana tidak sengaja kudengar. Loh, bantu apa ini, jangan jangan... gakmungkin, dia sudah punya jabatan tinggi bintangnya saja sudah 2, masa mau berbuat curang, malu lah sama anak buahnya. Tapi, karena penasaran, anak jendral calon taruna itu sudah kutandai.

"siap ndan"

Tes berjalan beberapa bulan, anak jendral itu kemampuannya biasa saja, malah lebih dibawah peserta lain, dari hasil psikotes juga kelihatan kok, biasa saja. Besok adalah hari pengumuman. Semoga diberi yang terbaik.

Loh, kok anak jendral itu lolos? Wah sudah gak bener ini. Masa seorang senior berbintang 2 melakukan kecurangan, gimana anak buahnya pak nanti kalo ngikutin? Wah ini harus...

"heh, jangan bengong, mikirin apa? Nih jatahmu, makasih kerja kerasnya" ketua pelaksana memberiku upah

"siap, terima kasih ndan"

Sampe rumah kubuka amplopnya.. waduhhh 40 juta?? Padahal cuman mengawasi, lebih daricukup ini. Bisa buat papah mamah haji, kata mereka masih kurang 20 juta, Alhamdulillah. Tahun depan harus jadi panitia lagi nih, lumayan duit hallal, 300 ribu kemaren malah diganti 40 juta

Papah sama mamah sudah ditanah suci, sisa uangnya masih kutabung utuk keperluan nanti.

"wuih denger denger dapat gaji tambahan nih"

"hehe iya, kemaren kan habis penerimaan taruna baru"

" banyak ya? Si gito dapat 50 juta kemaren tuh"

" ya... kurang lebih"

"tuh kan, kita itu gk bisa sok suci, jadi polisi banyak godaannya, kemakan omongan sendiri kan hahaha"

"maksudnya?" bener bener gak paham

"duit yang kamu dapet itu kan hasil sogok ortu calon taruna, masa gitu aja gak tau, polos banget sih"

Loh loh loh, jadi itu uang sogok?

dugaanku bener dong tentang anak komandan? Aku sudah ngira

 masa mungkin sih? 

Hey, sebentar, jadi aku dulu gagal masuk akpol juga karena permainan ini? 

 Duitnya sudah kupake buat papah mamah lnaik haji, haram dong 

apakah niatku sudah tidak lurus lagi? jelas ini  bertentangan dengan nasihat papah.





Aku bukanlah polisi lagi, aku yang sekarang adalah tokoh yang kubenci.


"Orang yang bertarung dengan monster harus hati hati, agar tidak menjadi monster itu sendiri"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 31, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Negeri Para BedebahWhere stories live. Discover now