Prolog

104 6 0
                                    

Wangi aroma tanah yang baru diguyur hujan tercium begitu tajam saat Oliv hendak keluar dari ruang kelasnya. Kakinya mantap melangkah setelah obrolan singkat bersama Elsi, teman semasa kuliahnya selesai. Sambil berusaha memasukkan buku tebalnya ke dalam tas, mata gadis itu terus berusaha mencari keberadaan seseorang yang katanya sedang menunggunya di lorong kelas.

"Woy!" panggil Oliv masih dengan posisi berdiri di samping orang itu.

Namun sepertinya, sang lawan bicara tidak menyadari kehadiran Oliv dan masih tetap fokus pada ponsel yang ada di tangannya.

"Thir?" lanjut Oliv sambil sedikit membungkukkan badan.

Oliv belum mendapat respon.

"Ih! Anak setan!" kata Oliv setengah berteriak sambil menginjak kaki laki-laki itu dengan penuh rasa kesal.

Oliv bisa melihat Fathir yang gelagapan karena ponselnya hampir jatuh akibat terkejut saat kakinya tiba-tiba saja diinjak.

Fathir langsung mengusap kakinya sambil meringis kesakitan. Dilihatnya Oliv sudah memasang muka sangar saat ia mencoba melihat siapa yang sudah menginjak kakinya dan membuat ia kalah saat sedang main game di ponsel.

"Sakit, gila!" Fathir mencoba protes.

"Lagian dipanggil dari tadi ngga nyaut, budek apa lo?"

"Ya kan bisa panggil guenya baik-baik!"

"Ya dari tadi gue panggil baik-baik lo malah diem aja. Gue injek baru nyadar kan lo?"

Percakapan mereka atau lebih tepatnya adu mulut antara Oliv dan Fathir untungnya tidak berlangsung lama saat Fathir mencoba mengalah dengan meminta maaf pada Oliv, walaupun sebenarnya ia heran karena menurut Fathir pertengkaran kecil itu bukan sepenuhnya disebabkan oleh dirinya sendiri.

Rencananya hari ini Oliv dan Fathir akan pergi makan siang di salah satu cafe di Jalan FM Noto di daerah kotabaru, Yogyakarta, karena Oliv baru saja selesai melaksanakan kuliah praktek yang membuatnya begadang semalaman.

Tolong jangan berpikir bahwa makan siang ini terjadi karena Fathir ingin merayakan selesainya ujian gadis itu. Karena sebenarnya Fathir sedang menagih janji pada Oliv yang telah membuatnya ikut begadang karena membantu Oliv menyelesaikan tugas dari dosen sampai pukul tiga dini hari.

Suara knalpot motor vespa matic yang dikendarai Fathir membuat Oliv tersadar dari lamunan dan segera memakai helm sambil duduk di belakang Fathir. Dalam hatinya ia bersyukur karena Fathir tidak sadar bahwa tadi Oliv sempat memerhatikan gerak-gerik Fathir saat sedang menggulung jaket denim yang ia pakai dan membuat lengan laki-laki itu terlihat setengahnya.

"Pokoknya lo nggak boleh protes kalau gue makan banyak disana!" kata Fathir saat motornya melaju pelan menuju pintu keluar parkiran.

"Bawel lo ah," jawab Oliv sinis, kedua tangannya sedikit memegang ujung jaket Fathir, seperti orang yang takut sewaktu-waktu akan jatuh dari motor. Oliv bukan mencuri-curi kesempatan karena hal itu sudah menjadi kebiasaan dan Fathir pun sudah sangat terbiasa.

"Bawel tapi suka kan?" Fathir berusaha menggoda gadis yang sedang duduk di belakangnya.

"Cih!" 



***

Cerita ini, aku buat khusus tentang Oliv dan Fathir. Alurnya ngga selalu maju, karena akan ada part yang membahas masa-masa mereka masih SMA. 

Enjoy this story! 

*Sedang berusaha supaya bisa update rutin dan semoga bisa!*

*Oyaaa beberapa hari yang lalu aku update short story : Hormon Endorfin Nadin (completed), kindly check this out yaaa bagi yang berminat :p

29 Juli 2017

O x F (spin-off : BOM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang