SATU

154 8 0
                                    

"Dy, liat Alana, gak?"

"Ada di dalem, tuh. Bangunin sana, dari tadi gue bangunin gak bangun-bangun."

Setelah mengucap terima kasih, Febrian Arka Narendra, atau biasa dipanggil Bian, berjalan memasuki ruangan bertuliskan '11 IPA-4' tersebut. Laki-laki bertubuh jangkung itu tidak perlu waktu lebih dari dua detik untuk menemukan sosok yang dicarinya. Seorang perempuan tengah tertidur lelap di atas mejanya yang terletak di pojok kelas. Mengandalkan kamus bahasa inggrisnya sebagai bantal dan cardigan-nya sebagai selimut. Rambut hitam sepenuhnya menutupi wajahnya seolah itu adalah perbuatan yang disengaja. Agar orang-orang tidak melihat air liur yang keluar dari ujung mulutnya, mungkin.

Bian berjalan menghampiri cewek itu lalu duduk di kursi sebelahnya. Menatap Alana Ratu Shaletta selama beberapa detik lalu tersenyum. Tanpa sadar, tangannya bergerak menyingkirkan rambut yang menutupi wajah perempuan itu. Beberapa saat ia memperhatikannya. Bibirnya yang tipis tapi banyak omong, hidungnya yang tidak terlalu mancung dan tidak terlalu pesek, serta matanya yang apabila terbuka akan menunjukan sepasang bola mata hitam. Bola mata yang membuat Bian terjatuh tiap kali menatapnya. Sampai sekarang, ia tak tahu bagaimana caranya lolos dari sepasang mata tersebut.

Tapi seketika Bian menjitak kepala Alana. "Bangun, oi! Kalo mau tidur di rumah, jangan di kelas. Apalagi pulang sekolah gini." Cerocosnya.

Sontak yang Alana terbangun dan langsung mengelap ujung mulutnya dengan cardigan. Setelah mengerjap beberapa kali, barulah ia menyadari bahwa Bian berada di sampingnya. "Bian! Sakit, tau!"

Bian mengusap-usap pundaknya yang baru saja dipukul Alana. Kekuatan pukulan cewek itu bisa sepuluh kali lebih kuat bila dalam dua situasi: kaget dan salah tingkah. "Ngapain aja sih, tadi malem sampe ketiduran di sini?"

Yang ditanya menunjukan cengirannya. "Nonton Goblin. Abisnya rame banget. Sayang kalo dibesokin, entar asem."

Bian memutar kedua matanya. "Dikira sayur bayem."

Sebenarnya, tanpa bertanya pun ia sudah tahu apa yang dilakukan Alana malam-malam hingga dirinya bisa tertidur di dalam kelas seperti ini. Padahal, bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Membuat ia yang tadinya menunggu di gerbang mau tak mau menghampiri Alana di kelasnya. Akhir-akhir ini cewek itu sedang demam drama Korea. Membuatnya kurang fokus terhadap pelajaran di sekolah dan sering tertidur di dalam kelas.

"Na, fokus dikit sama pelajaran, kek. Mau sampe kapan tidur di kelas mulu?"

Mendengar Bian menyerocos membuat Alana memberengut. Menyebalkan. "Tapi tadi gak tidur pas pelajaran, kok! Aku baru tidur pas bel pulang bunyi."

Bian hanya bergumam mendengar pembelaan Alana. Yang dirinya inginkan sekarang adalah pergi ke kedai kopi dekat sekolah dan mendengarkan cerita Alana tentang apa saja yang terjadi hari ini. Bian selalu suka cara cewek itu bercerita. Matanya yang membulat serta mulutnya yang tak henti bergerak selalu sukses membuat Bian ikut tersenyum. Bahkan Bian rela mendengarkan cerocosan Alana tentang drama Korea yang ia tonton akhir-akhir ini. Walaupun seperti laki-laki kebanyakan, ujung-ujungnya ia akan mengejek selera Alana tentang aktor Korea. Mereka semua kan flower boy!

"Udah ah, ayo pulang." Bian menarik lengan Alana dan membawanya ke parkiran mobil.

Tanpa banyak protes Alana mengikuti langkah Bian hingga mereka berjalan beriringan. Dengan lengan yang saling terpaut. Mereka tidak perlu banyak alasan untuk bahagia. Seperti ini saja, berjalan beriringan sepanjang koridor sekolah di sore hari. Mengobrol tentang apa yang terjadi hari ini. Serta berdiskusi tempat apa yang mereka tuju setelah ini.
***
"Pesanannya saya ulang ya, satu coklat panas dan satu americano. Ada tambahan lain?" ujar salah seorang pelayan kedai kopi dekat SMA Bakti Negara yang selalu mereka kunjungi hampir setiap hari. Setelah mendapat jawaban "enggak" dan senyum sok imut Alana, pelayan itu pun segera pergi.

Bitter BrewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang