Bersama kau , aku selalu tewas , tumbang , roboh seperti lima belas dengan tiga puluh bahkan keok pada bisik-bisik kata hati. Benar , lebih tiga puluh tiga kali kau mungkiri janji. Ya, bukan dua bukan lima tapi tiga puluh tiga kali kau khianati ikrar kau pada aku tapi aku tetap aku . biarpun hati dirobek-robek, dicabik-cabik, disobek dengan janji-janji manis semanis fondan yang membaluti kek coklat indulgence aku masih dengan prinsip selagi ada nafas , selagi ada nyawa , selagi itulah adanya harapan . Apa yang ketara sekarang adalah tiap waktu, saat dan detik tanpa pantulan kau, buat hati aku cerai-berai lerai pelan-pelan sampaikan air yang diteguk serasa duri, nasi yang ditelan serasa serkam.
Karam dilaut boleh ditimba , karam di hati bilakan sudah ? Aku tertanya-tanya apakah jarak buat kau rasa jauh dengan aku atau mungkin memang takda sekelumit rasa kasih dalam diri kau untuk aku . Kalau diikutkan logik jarak itu boleh menguatkan lagi rasa sayang seseorang kerana rasa rindu yang bertakung dalam hati buat kita rasa jarak itu bagaikan obat jerih pelerai demam. Tapi bukan pada cerita dongeng antara kau dan aku . Dua puluh sembilan batu kurang lebih empat puluh enam perpuluhan enam tujuh satu kilometer buatkan kau jauh dari mata lagi jauh dari hati.
Kira-kira tiada apa lagi yang boleh aku tegakkan . Aku pilih untuk move on , kalau itu yang terbaik untuk koneksi antara kau dan aku .