A

787 32 0
                                    

"Aaaaa lagi coba...." Mario menyuapiku sarapan ditaman rumah sakit. Aku menggeleng, sudah tak nafsu makan sepertinya. Hampir duabulan aku di rawat di rumah sakit karena kondisi jantungku tidak stabil bahkan melemah.

"Ayo dong sayang, biar cepet sembuh.." Mario membujuk.

"Kamu tau sendiri kalauaku gak akan sembuh dan akan terus begini sampai ada donor jantung yang cocok..." aku memalingkan wajahku darinya.

"Sayang ...." Mario menarik wajahku dan berlututdi depan kursi rodaku.

"Meskipun kenyataannya kayak gitu, kita kan tetepberusaha. Kita gak diem dan pasrah aja dengan kondisi kamu. Nama kamu sekarangudah ada di daftar tunggu pendonor, ayo dong sayang kamu harus semangat. Adamama, ada papa, ada Kak Dyo , ada Alicia, dan ada aku yang bakal dukung danselalu jagain kamu." Mario menggenggam tanganku.

Air mata ini hampir saja menetes di depan Mario, aku tidak mau terlihat lemah dan akhirnya Mario merasa iba padaku. Mario adalah pacarku sejak dua tahun lalu saat kami masih duduk dibangku SMA.

Dulu, kondisi jantungku baik-baik saja tapi setahun belakangan aku menjadi sering kelelahan dan pigsan. Sementara Alicia adalah sahabat sekaligus tetanggaku, Alicia yang jadi Mak Comblang buat aku dan Mario.

"Ayana,kamu harus kuat, kamu harus bisa hadapin ini semua. Aku janji, aku gak bakal tinggalin kamu..." Mario mengacungkan jari kelingkingnya kepadaku.

Aku mulai luluh, jujur Mario adalah orang yang paling hebat dalam membujukku.

"Janji?"aku make sure. Mario mengangguk dan tersenyum.

"Apapun yang terjadi?"

"Iya, apapun yang terjadi..." aku pun menyambut jari kelingkingnya. Mario lalu mencium keningku.




Aku sedang di jurusan public relation semester 3 dan ya aku bolos kuliah dua bulan terkahir ini. Kau tau? Rasanya ingin mati saja ketika aku tidak bisa melakukan hal yang biasanya, aku di sekolah dulu adalah seorang kapten cheers. Berlari membawa pom-pom, menari, split, loncat tinggi adalah kegiatanku sehari-hari. Sekolahku salah satu pemenang piala bergilir Thropy walikota selama dua tahun berturut-turut.

Tapi sekarang, jangankan berlari berjalan jauh saja aku lelah. Rasanya untuk bisa menghirup oksigen saja, sudah sangat bersyukur. Kalau kau percaya kapten cheers dan kapten basket selalu menjadi pasangan karena sama-sama populer, ya memang benar. Ini terjadi padaku dan Mario, saat itu aku pertama kali bertemu Mario di pertandingan basket antar sekolah.

Saat itu aku sempat bingung, karena aku tidak pernah melihat Mario sebelumnya. Ketika masa orientasi masuk sekolah pun aku tidak mengingatnya. Ternyata Mario murid pindahan di tengah-tengah semester 2 kelas satu. Mario pindah sekolah karena ikut kakak perempuannya yang dipindah tugaskan ke Bandung. Kakaknya seorang direktur bank yang baru saja membuka cabangnya di Bandung. Mario berasal dari Kota Bekasi, ayahnya seorang dosen dan menitipkan supaya Mario menjaga kakaknya dengan baik.



Aku masih ingat bagaimana Mario sangatlah gugup ketika berpapasan denganku. Aku baru keluar dari perpustakaan dengan banyak buku karena aku harus menyelesaikan tugas dan perlu banyak referensi. Jam istirahat kedua yang sangat ramai, aku juga tidak konsentrasi full karena sudah lelah.

Aku berjalan seperti biasa menuju koridor kelas, lalu aku melewati Mario yang sedang mengobrol dengan sahabatnya. Aku tidak menyadari mata Mario yang terus memperhatikanku, aku berjalan lurus-lurus saja.

Kemudian pertemuan di kantin, aku, Alicia, dan Boby sedang mengobrol sehabis makan di jam istirahat. Kami menertawai keluhan Boby yang di pusingkan oleh pacarnya yang sangat ribet. Lalu mataku menemukan mata Mario yang sedang memperhatikan ke arah kami bertiga. Buru-buru Mario mengalihkan pandangannya dariku, saat itu aku juga tidak mau gede rasa duluan.

Beberapa hari setelah pertemuan di kantin itu, aku melihat Mario berbicara dengan Alicia dan bertukar nomor ponsel. Aku sempat kesal, merasa sebenarnya Mario mengincar Alicia bukan aku.

Hingga suatu hari Alicia meninggalkanku setelah bel berbunyi, Alicia bilang dia ada janji dengan Ibunya. Padahal, Alicia dan Ibu nya selalu bercerita ketika mereka akan pergi atau apapun, bahkan mengajakku. Aku sudah dianggap anaknya sendiri, Ibu Alicia sangatlah baik. Aku hanya bingung melihat Alicia berlari ke ambang pintu kelas, dan menghilang. Aku lantas memasukan buku-buku ke dalam tas, hahh ada ada saja Alicia. Ketusku dalam hati.

"Ay, sabtu ini latihan ya?" tanya Sonia.

"Iya Son, kan buat perform di pertandingan basket minggu depan..." jawabku sembari berjalan keluar.

"Okey, kayaknya pertandingan besar ya? Soalnya coach kasih kita gerakan yang baru..." terusnya.

"Iya, gue belum hafal lagi..." aku tertawa sedikit.

"Ahh elu mah cepet hafal, gak kayak gue lemot..." hahaha kami tertawa.

"Ayana ..."

seseorang memanggilku, aku menoleh ke sumber suara.

"Iya?" jawabku.

Ini cowok yang sering memperhatikanku tempo hari.

"Kenalin, gue Mario.." ucapnya sembari mengulurkan tangan.

"Gue Ayana..." jawabku melihat sorot matanya.

"Gue pengen jadi temen lo ..." singkatnya.


Ya itu sebagian kecil pertemuanku dengan Mario. Ternyata Mario menemui Alicia untuk bertanya tentang aku, bagaimana cara mendekati aku. Absolutely Alicia tau segalanya, yang aku hargai adalah Alicia membiarkan Mario mengetahui tentang aku, dari diriku sendiri. Jadi, dia tidak ambil muka untuk bagian ini. Jujur, aku orangnya cuek, tidak terlalu peduli dengan sekitar, dan aku tidak suka bertele-tele.

Ya kadang sifatku membuat orang malas untuk menjalin hubungan denganku, bahkan menjadi teman sekalipun. Berbeda dengan Mario, dia bilang dia sudah tertarik sejak melihatku bersama tim cheers waktu itu.



Mario membawaku kembali ke kamar, aku pun berbaring di ranjang.

"Hari ini, aku ke kampus dulu ya. Nanti aku balik lagi..." ucap Mario sembari membereskan isi tasnya.

"Kalau kamu gak bisa, kamu gak usah kesini. Gak ada suatu keharusan juga..." jawabku lurus.

"Sayang, stop bicara kayak gitu dan menghindari aku ..." Mario duduk di ranjangku.

"Kalau kamu gak mau aku melakukan semua ini untuk kamu, maka anggaplah aku melakukan ini semua untuk diriku sendiri. Diriku yang mencintai seseorang di hadapan matanya sekarang.." panjangnya.

Aku hanya memalingkan wajahku darinya.

Sungguh, aku muak dengan keadaan seperti ini. Andai kamu tau Mario, aku tersiksa melihat kamu masih setia padaku dengan kondisi seperti ini, sangat menyedihkan.

"Kamu harus kuat, karena kamu punya aku. Aku disini Ay, aku gak akan putus asa dengan apa kehendak Tuhan. Karena aku tahu, keputusan-Nya adalah yang terbaik untuk umat-Nya..." Mario mengecup keningku. Tak tertahan, airmata ini pun mengalir membasahi pipiku.




***

hai! whatsup?

new story!

hahaha kebanyakan nonton teater K3 dan konser kemarin yang keren abis.

Diliat-liat Alicia cantik juga ya?

Haduh parah nih masa mau berpaling dari si Kapten.


See you!



Regards,

A Half Wolf.

Dareka no Tameni [COMPLETED]Where stories live. Discover now